Share

Bab 6.

"Aku jatuh kemarin." jawab Rangga.

"Jatuh? Jatuh dimana?" sahut Richard mengejek.

"Hmm, aku jatuh dari tangga kemarin." Rangga mengelak.

Rifky hanya tersenyum mengejek, "Kamu jatuh dari tangga? Rangga jatuh tangga?"

Hendrik yang di samping Rangga hanya bisa diam, meski ia juga bingung kenapa tangan Rangga bisa seperti itu.

Walau sudah bertanya, pasti Rangga menjawabnya "Joey". Benarkah Joey? Laki-laki culun yang selalu ia bully. Tapi seharian kemarin ia tak melihat Joey. Namun yang membuat Hendrik curiga adalah kejiwaannya Rangga, entah ia waras atau tidak.

Rangga sendiri meminta dirinya untuk merahasiakan apa yang dialaminya. Karena Rangga akan merasa malu karena kalah dari Joey. Namun Hendrik masih tak percaya jika tidak melihat dengan kedua matanya sendiri.

----

Sudah waktunya jam kuliah siang dimulai, semua mahasiswa dan mahasiswi masuk ke kelas sesuai jam kelas mereka masing-masing. Joey yang sudah berada di kelas dan duduk santai sendirian paling pojok belakang ruangan. Kebetulan jadwal Rifky dan gengnya tidak di jam kelas yang sama, karena mereka di jam pagi.

Melihat Joey duduk santai di pojok belakang, semua orang yang melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Mereka cuek, diam dan memilih duduk jauh-jauh dari laki-laki yang terkenal culun itu. Joey terkekeh melihat semua orang menjauhinya.

"Tak masalah kalau begini. Setidaknya aku bisa merasakan apa itu kuliah lagi." ucap Joey.

Tibalah sang 3 gadis yang dijuluki mahadewi di kampusnya. Angelica, Sarah, dan Nita. Mereka semua melihat ketiga gadis itu dengan tatapan kagum. Bahkan banyak sekali laki-laki di kampusnya yang terpesona, ingin sekali memiliki satu dari mereka, Dan yang paling di puja adalah Angelica.

Namun semua laki-laki di kampusnya mengurungkan niatnya. Karena mengingat Rifky yang juga mengincarnya, meski di tolak berapa kali.

Beberapa saat kemudian, terlihat bapak dosen masuk ke dalam ruangan. Kelas pun dimulai, bapak dosen itu menjelaskan apa yang ia jelaskan sesuai mata kuliahnya. Tiba-tiba terdengar suara yang membuat bapak dosen itu tak nyaman, ia menoleh ke arah 2 mahasiswa yang tengah mengobrol.

Bapak dosen tak terima jam mengajarnya merasa terganggu. Untuk kelasnya Rifky dan gengnya, bapak dosen itu hanya bisa menegurnya dengan wajar. Bapak dosen mengambil penghapus papan tulis dan lalu ia lempar ke arah 2 mahasiswa yang mengobrol.

Tapi lemparannya terlalu kelebihan melewati 2 mahasiswa itu, dan terkena kepala seorang mahasiswa yang duduk di pojok belakang.

Melihat penghapus papan tulis melayang melewati atas mereka, refleks 2 mahasiswa itu terdiam. Semua tatapan orang di dalam kelas menatap ke arah 2 mahasiswa itu dan seorang mahasiswa yang duduk di pojok belakang.

"Jika kalian mengobrol di jam saya, lebih baik kalian keluar," ucap sang bapak dosen.

"Maaf pak!" ucap mereka berdua serempak.

Bapak dosen itu memaafkan mereka berdua, lalu ia menatap ke arah mahasiswa yang duduk di pojok belakang. Ia hanya menatap datar lalu membalikkan tubuhnya fokus ke papan tulisnya.

Tanpa membalikkan tubuhnya, bapak dosen bersuara, "Laki-laki yang duduk di pojok belakang sendiri, bawakan penghapusnya ke depan!"

Mendengar suara bapak dosen, seluruh mahasiswa dan mahasiswi termasuk 3 gadis mahadewi menolehkan kepalanya ke arah mahasiswa yang duduk di pojok belakang. Mereka melihat Joey yang duduk di pojok belakang berdiri dan mengambil penghapus papan tulis.

Beberapa detik kemudian, semua orang dibuat terkejut melihat Joey yang melempar penghapus itu ke arah depan, “DUGH!” penghapus itu terkena belakang kepala sang dosen.

Bapak dosen membalikkan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Joey, "Kamu berani melawan bapak dosenmu ini?" ingin sekali memberi pelajaran kepada Joey seperti biasanya saat jam kosong.

Tapi ia urungkan Karena masuk jam mengajarnya, jadi ia tak bisa memberi pelajaran kepada Joey seperti biasanya.

"Bajingan, aku hanya membalas lemparanmu," bagaimana tidak terkejut melihat Joey dengan santainya mengatakan sang bapak dosen dengan sebutan bajingan.

"Anda yang melempar, maka Anda yang seharusnya mengambilnya sendiri, Anda kan punya kaki, kecuali bapak cacat, maka dengan senang hati aku membantu bapak."

Bapak dosen dibuat terkejut melihat sikap Joey, ladahal Joey yang ia kenal Joey yang culun dan penurut ketika disuruh, meskipun cerdas dan berprestasi. Semua mahasiswa dan mahasiswi juga kembali dibuat terkejut mendengar ucapan Joey yang sangat berani.

Joey kembali bersuara, "Berhubung tadi bapak melempar penghapusnya mengenai kepalaku, jadi aku melempar balik penghapusnya ke arah kepala bapak. Tidak ada salahnya kan, aku hanya membalas, secara, aku tidak terima bapak yang tiba-tiba melemparku dengan penghapus, meskipun tidak sengaja."

"Joey! Keluar dari kelas saya!" Bapak dosen itu berteriak menyuruh Joey untuk keluar dari kelasnya.

Joey terkekeh lalu tersenyum, "Dengan senang hati," Joey melangkahkah kakinya keluar dari kelas ruangan.

Langkah kaki Joey terhenti saat mendengar bapak dosen berbicara lagi, "Akan kulaporkan kamu, supaya beasiswamu dicabut dan kamu dikeluarkan."

Joey terkekeh, lalu membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah bapak dosen dengan senyuman khas psychopath, "Lakukan saja, mungkin setelah ini bapak akan mendapat kejutan," ucap Joey sambil pergi berlalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status