Share

Bab 572

Author: Emilia Sebastian
"Aula Keabadian? Tempat apa itu?" tanya Ayu dengan bingung.

Kahar menggeleng dan menjawab, "Aku juga nggak tahu spesifiknya, tapi teman seangkatanku bilang, mereka menjual pil keabadian yang konon dapat menghidupkan kembali orang mati. Obat itu sangat luar biasa, tapi harganya juga sangat mahal dan sulit didapatkan meski ingin membelinya."

"Kalau kita memang mau beli, apa mungkin kita nggak bisa mendapatkannya?"

Ayu tidak setuju dengan ucapan "sulit didapatkan meski ingin membelinya". Bagaimanapun juga, dia adalah putri keenam Adipati Pelindung Kerajaan, sedangkan Kahar adalah putra ketiga Adipati Pelindung Kerajaan. Dengan status mereka, apa yang tidak bisa mereka beli di ibu kota?

"Katanya, karena obat itu sangat langka dan dilarang diedarkan di luar, siapa pun yang mau beli harus menunggu. Berhubung obat itu begitu luar biasa, aku rasa kita boleh coba beli sebutir untuk Kak Abista. Kalau memang manjur dan bisa menawarkan racun di tubuh Kak Abista, Ayah pasti nggak akan marah lagi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 599 

    "Kak Kama, buat apa kamu masuk ke rumah? Kenapa kamu nggak ambil uangku?" tanya Ayu dengan sengaja."Nggak apa-apa. Aku cuma masuk untuk cari sesuatu dan sudah menemukannya."Kama mengulurkan tangan untuk mengambil untaian uang dari tangan Ayu. Setelah menemukan bahwa tali uang itu bahkan berbeda dari yang dia gunakan, dia lebih yakin lagi bahwa dirinya pasti hanya salah paham kali ini.Namun, Kama tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya melanjutkan, "Kalau begitu, aku akan ambil uangnya. Kalian mau makan apa malam ini? Aku pergi beli makanan."Ayu diam-diam mengamati perubahan ekspresi Kama. Melihat bahwa Kama benar-benar memercayainya, dia langsung menunjukkan senyum yang nyaris tak terlihat.Baguslah jika begitu. Meskipun kelak uang Kak Kama "hilang", dia juga tidak akan dicurigai. Lagi pula, dia juga hanya melakukan sedikit tipu daya.Jika langsung mengambil seuntai koin, Ayu akan mudah ketahuan. Namun, apabila dia hanya mengambil 2-3 koin dari setiap untai, bagaimana mungkin Kama bisa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 598

    Wajah Kama dan Kahar dipenuhi luka. Namun, luka Kama tidak separah luka Kahar. Jadi, dia hanya beristirahat sebentar, lalu bertopang pada lantai dan berdiri. Dia menatap Ayu dan Kahar sambil bertanya, "Berapa lama kalian mau tinggal di sini?"Mendengar hal itu, Ayu dan Kahar saling berpandangan. Kemudian, Kahar menjawab, "Kaki Ayu terkilir. Dia mungkin perlu istirahat sebentar. Jadi, sekitar sebulan?"Berhubung Kama akhirnya berubah pikiran dan bersedia membiarkan mereka tinggal, untuk berjaga-jaga, Kahar merasa lebih baik mereka memberi tahu waktu yang lebih lama. Sebulan seharusnya sudah cukup bagi mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan ayah mereka.Kahar dengan hati-hati mengatakan satu bulan, sedangkan Kama terlihat acuh tak acuh. Dia tidak setuju atau membantah. Dia memandang ke kedua sisi rumah gubuk, lalu setelah beberapa saat, dia berkata, "Kalau begitu, aku akan bangun 2 kamar lagi untuk kalian." Sebulan memang tidak lama, tetapi juga tidak sebentar. Kama hanya punya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 597 

    "Iya, iya. Kakak salah. Kakak akan patuhi ucapan Ayu," ujar Kahar sambil tersenyum. Dia segera meminta maaf. Setelah itu, dia menoleh ke arah Kama dengan sikap acuh tak acuh. Dia seolah-olah sedang berkata pada Kama, 'Lihat, Kak Kama, ini pilihanku.'Namun, Kahar tidak tahu bahwa badai emosi sedang bergolak di dalam hati Kama saat ini. Kahar telah terjerumus terlalu dalam sehingga tidak dapat melihat semuanya dengan jelas. Namun, Kama yang telah sadar dapat melihatnya dengan sangat jelas. Ketika Ayu membodohi Kahar, Kama hanya melihat dari kejauhan. Dia melihat bahwa sekilas, raut wajah Ayu penuh dengan rasa jijik. Terutama ketika Kahar mengucapkan janji terakhir itu, sorot mata Ayu dipenuhi dengan cemooh yang tidak bisa disembunyikan.Namun, ketika menyadari tatapan Kama, Ayu mendongak dan semua emosi itu segera menghilang. "Perhatian" dan "kekhawatiran" yang tersisa itu seketika terlihat sangat tulus."Kak Kama, ada apa?"Ayu menatap Kama dengan saksama. Selain kebingungan, ada juga

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 596

    Kama mengulurkan tangannya untuk menahan tinju Kahar, lalu menatapnya dengan dingin sambil berujar, "Ini masalah di antara kita, buat apa kamu libatkan Syakia?""Memangnya kenapa kalau aku mau libatkan dia!" Kahar menyahut dengan geram, "Siapa suruh kamu mau putuskan hubunganmu denganku demi dia! Berhubung begitu, kamu harus biarkan aku menghajarmu sampai amarahku reda atau hajar aku sampai aku tumbang. Kalau nggak, aku nggak akan ampuni dia!"Kemudian, Kahar tiba-tiba mengincar kaki Kama. Kama pun terkejut dan segera melangkah mundur untuk menghindar. Ketika Kama menatap Kahar lagi, amarahnya bercampur dengan perasaan tidak mengerti. "Kahar! Jangan lupa, dia juga adik kandungmu! Kamu bahkan bisa bersikap begitu baik terhadap orang luar, kenapa kamu nggak bisa bersikap lebih baik terhadap adik kandungmu!""Cih!" Kahar meludah dengan kuat ke lantai dan mengeluarkan ludah yang bercampur darah. Dia berkata dengan ekspresi garang, "Adik kandung apa! Sejak dia paksa aku untuk akhiri pertun

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 595 

    Kama dan Kahar bahkan tidak peduli pada kekuatan yang mereka kerahkan. Hanya dalam sekejap, wajah keduanya sudah babak belur dan berlumuran darah. Ayu yang mengikuti mereka keluar tidak menyangka mereka akan mulai berkelahi secepat ini. Dia bahkan belum menggunakan caranya sendiri. Jelas-jelas, perkelahian ini akan menjadi kesempatan yang baik baginya. Akan tetapi, Ayu tidak bisa merasa senang. Keduanya menjadi seperti ini bukan di bawah kendalinya. Jadi, kenapa dia harus senang? Satu per satu orang sepertinya mulai terlepas dari kendalinya. Perasaan kehilangan kendali ini membuat Ayu merasa sangat tidak senang.Melihat kedua orang itu bertarung dengan sengit, Ayu tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap mereka. Setelah berkelahi cukup lama, kedua orang itu akhirnya terlihat lelah dan gerakan mereka melambat. Ayu mengamati situasi keduanya secara terpisah. Berhubung keterampilan bela diri Kahar tidak sebaik Kama, jika benar-benar ada pemenang, pemenangnya tidak diragukan lagi adalah

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 594

    Kahar hampir histeris saat bertanya pada Kama.Satu lagi. Dari Cempaka sampai Kama, dari tunangannya sampai saudaranya sendiri. Kenapa mereka semua memperlakukannya seperti ini?"Katakan, kenapa!"Kemarahan di mata Kahar dibalut dengan emosi yang tidak dapat dijelaskan, seolah-olah dia telah dikhianati. Satu per satu, mereka meninggalkannya dan menyerah padanya di saat-saat seperti ini. Mereka semua juga mau memutuskan hubungan dengannya. Apa dia telah melakukan kesalahan? Namun, apa salahnya?Kahar hanya memilih Ayu yang pernah menyelamatkan nyawanya di antara Syakia dan Ayu. Itukah sebabnya dia salah?Kahar menginginkan jawaban. Sayangnya, Kama tidak ingin lagi memberikan jawaban itu kepadanya sekarang."Kita nggak bisa komunikasi.""Heh? Nggak bisa komunikasi? Kamu sendiri yang nggak mau mengatakannya, 'kan? Dulu, nggak ada yang nggak kamu bicarakan denganku. Sekarang, kamu bilang nggak bisa komunikasi denganku? Apa yang nggak bisa dikomunikasikan di antara kita?"Kahar merasa tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status