Share

Bab 668

Penulis: Emilia Sebastian
Melihat Syakia mengangguk, Adika juga memasang tampang terkejut.

"Bukannya Deska bilang bunga ini ...."

"Benar, Tabib Deska bilang bunga ini sudah lama punah, makanya aku baru memasukkannya ke dalam rencanaku."

Namun, malah terjadi hal tak terduga saat ini.

Adika langsung mengerti maksud Syakia dan secara naluriah menghiburnya, "Deska seharusnya akan segera tiba. Gimanapun, bunga ini beracun. Mungkin saja itu bukan seperti dugaanmu. Kamu lebih ahli dalam budi daya obat herbal daripada aku, tapi kurasa cara budi daya bunga beracun dan obat herbal pasti berbeda."

Seperti yang dikatakan Adika, budi daya obat herbal dan budi daya tanaman beracun memang berbeda.

Memang benar Ayu berhasil menanam bunga beracun, tetapi itu tidak berarti dia mampu menanam safron asli. Itulah sebabnya Syakia meminta Deska untuk datang. Dia ingin memastikan apakah bunga beracun itu memang benar-benar seperti yang diduganya.

Ketika Deska tiba, Yanto juga ikut datang.

Akhir-akhir ini, Yanto sedang sibuk mengurus
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 673

    Sudah lama sejak terakhir kali Panji mengunjungi Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Anehnya, dia malah merasa sedikit rindu. Oleh karena itu, setelah meninggalkan aula utama, dia berkeliling di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan sendirian.Saat berjalan-jalan, entah kenapa Panji teringat Syakia yang hadir di upacara pernikahan hari itu. Dia pun pergi ke tempat tinggal Syakia dulu. Namun, sebelum sampai di tempat tujuannya, seseorang menghentikannya. Ternyata itu adalah Ranjana yang telah diusir Damar sebelumnya.Panji memperlambat langkahnya, lalu menatap Ranjana yang duduk di kursi roda 3 meter di depannya. Tatapannya beralih ke kakinya yang lumpuh."Ranjana, kok kamu ada di sini? Bukannya Paman minta kamu pergi ke dapur bersama Kak Kahar ....""Kamu nggak seharusnya menikahinya."Panji mulai berbicara dengan canggung, tetapi sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Ranjana tiba-tiba menyela. Panji pun terdiam dan menatapnya.Ranjana duduk diam di kursi rodanya, wajah tampannya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 672

    Sayangnya, Ayu sama sekali tidak patuh. Dia bahkan menolak menurut pada Damar dalam hal memilih suami dan bersikeras melakukan sesuatu yang begitu memalukan. Selain mempermalukan Keluarga Angkola, tindakan Ayu lebih mempermalukan Damar lagi.Sekarang, di seluruh ibu kota, siapa di antara para orang yang mengetahui kejadian ini dan tidak diam-diam menertawakan Damar? Demi putri haram, seorang ayah malah mengusir putri sahnya.Tidak masalah jika putri haram itu mengungguli putri sahnya. Namun, kini putri sah yang tak disukai itu begitu terkenal, juga diangkat menjadi Putri Suci yang berpangkat tinggi. Sementara itu, putri haram yang disayangi malah tercoreng reputasinya dan rela menjadi istri pendamping orang lain.Dengan memakai kata yang enak didengar, dia memang adalah istri pendamping. Kasarnya, dia tetap hanyalah seorang selir.Jadi, bukan hanya Ayu yang ditertawakan, tetapi juga Damar, sang ayah yang dulu memegang kendali penuh atas segalanya. Maka dari itu, mustahil untuk mengatak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 671

    Setelah masuk, Panji akhirnya menyadari tatapan Kahar dan yang lainnya. Dia pun merasa bingung dan bertanya, "Kak Kahar, Ranjana, kenapa kalian menatapku seperti itu?"Tatapan itu terasa sangat meresahkan.Namun, Panji malah masih tidak sadar dan melontarkan kata-kata itu tanpa berpikir panjang.Damar yang berjalan di depan mendengarnya dan melirik ke belakang dengan penuh peringatan. Kemudian, dia berkata kepada Kahar dan Ranjana dengan dingin, "Kenapa kalian masih nggak pergi suruh orang untuk siapkan makan siang? Apa aku harus pergi sendiri?"Wajah Kahar menjadi muram. "Memangnya nggak bisa suruh pelayan yang melakukannya?"Dia masih harus mengawasi Panji. Kemudian, dia ingin bertanya kepada Ayu apakah Panji menindasnya.Ranjana juga menyahut, "Ayah, kakiku nggak bebas bergerak. Aku tetap di sini saja."Omong-omong, yang menyebabkan Ranjana menjadi lumpuh sebenarnya adalah Panji. Ketika Panji datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk melamar Ayu dengan tusuk konde patah,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 670

    Laras menatap Bima cukup lama sebelum tiba-tiba tersenyum. "Ayah, kamu rahasiakan rencana sebesar ini dari Ibu dan Kakak, tetapi malah mengundangku untuk bergabung. Apa kamu nggak takut aku akan merusak rencanamu?" "Kamu sangat pintar."Bima tersenyum dan berkata, "Meski kamu itu cuma putri seorang selir, status itu nggak ada hubungannya dengan kecerdasan. Sama seperti ibumu dan kakak. Meski mereka itu istri dan putri sahku, mereka benar-benar bodoh. Untuk jalankan rencana besarku, aku nggak butuh orang bodoh.""Laras, putriku yang baik, kamu seharusnya mengerti, 'kan? Kamu ... nggak punya pilihan lain, lho."Sebelum Laras kembali ke ibu kota, Bima telah mengaturkan status baru untuknya, yaitu putri sah ketiga Keluarga Panjalu. Status aslinya sebagai putri kedua selir telah dihapus dengan alasan "kematian akibat sakit".Jadi, sejak mendengar kabar itu, Laras tahu bahwa Bima punya niat jahat. Undangan untuk bergabung dalam rencana besar ini sebenarnya hanyalah bentuk pemberitahuan dari

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 669

    Syakia langsung mengangguk, lalu berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu, kita tetapkan di hari itu saja."Pada tanggal 8, dia akan benar-benar terlepas dari Keluarga Angkola dan memulai hidup baru....Di Kediaman Keluarga Panjalu di ibu kota."Brak!"Kotak kayu berisi pil keabadian jatuh ke lantai, lalu pil bulat itu menggelinding hingga berhenti di samping sepasang sepatu bot sebelum dipungut oleh tangan besar berkulit pucat kebiruan.Laras yang berdiri di dekatnya memasang raut wajah tidak percaya. Dia menatap pil di tangan Bima dan bertanya, "Apa kamu sudah gila? Kamu bunuh begitu banyak orang cuma untuk jual barang seperti ini?""Barang seperti ini .... Apa salahnya?" Bima tersenyum dan menjawab, "Memangnya kamu nggak inginkan keabadian?""Keabadian?" Begitu mendengar sepatah kata itu, Laras langsung mencibir, "Aku bukan istrimu yang percaya dan menyembah dewa. Gagasan keabadian cuma cara untuk membodohi sekelompok idiot yang terlalu senggang."Bima mendesah dan menggeleng. "Anak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 668

    Melihat Syakia mengangguk, Adika juga memasang tampang terkejut. "Bukannya Deska bilang bunga ini ....""Benar, Tabib Deska bilang bunga ini sudah lama punah, makanya aku baru memasukkannya ke dalam rencanaku."Namun, malah terjadi hal tak terduga saat ini.Adika langsung mengerti maksud Syakia dan secara naluriah menghiburnya, "Deska seharusnya akan segera tiba. Gimanapun, bunga ini beracun. Mungkin saja itu bukan seperti dugaanmu. Kamu lebih ahli dalam budi daya obat herbal daripada aku, tapi kurasa cara budi daya bunga beracun dan obat herbal pasti berbeda."Seperti yang dikatakan Adika, budi daya obat herbal dan budi daya tanaman beracun memang berbeda.Memang benar Ayu berhasil menanam bunga beracun, tetapi itu tidak berarti dia mampu menanam safron asli. Itulah sebabnya Syakia meminta Deska untuk datang. Dia ingin memastikan apakah bunga beracun itu memang benar-benar seperti yang diduganya.Ketika Deska tiba, Yanto juga ikut datang. Akhir-akhir ini, Yanto sedang sibuk mengurus

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status