Share

Bab 6

Auteur: Nexy91
last update Dernière mise à jour: 2025-11-12 12:07:33

Motor milik Rani, sudah selesai di service. Tedi sudah menunggu kedatangan Rani, dia benar-benar tertarik dengan nya. Wanita cantik, berpendidikan tinggi.

Dia yakin, jika dia bisa mendapatkan perempuan seperti Rani, kelak anak-anak nya akan cerdas dan cakap seperti ibunya.

Rani sampai di bengkel yang tadi, dia memarkir motor yang dia pinjam.

"Pak, motor saya sudah beres?" Tanya Rani kepada pemilik bengkel. Rani mulai bersikap sopan kepada nya, karena bantuan yang diberikan orang itu kepada nya.

"Sudah neng, semuanya sudah beres." Ucapnya.

"Wah, terimakasih banyak ya pak. Ini kunci motor bapak, saya juga sudah isi bensin nya full." Rani menyerahkan kunci motor itu.

"Wah, pakai di isi segala neng. Padahal mah biarin aja atuh." Pemilik bengkel itu tersenyum ramah.

"Gak apa-apa dong pak, kan tadi sudah kepake sama saya. Jadi berapa pak biaya servicenya tadi?"

Tedi langsung mendekat dan berkata, "kalau buat neng mah gratis aja. Asal kasih nomor hp nya sama Aa." Pemilik bengkel mendelik kepada Tedi.

"Idih, dasar cowok gila. Yang ditanya siapa, yang jawab siapa." Rani semakin tidak suka dengan kelakuan Tedi.

"Jangan didenger neng, semuanya jadi sembilan puluh." Ucap pemilik bengkel.

"Ini pak, makasih banyak ya pak buat motornya tadi. Kalau gitu saya pulang dulu." Rani pamit, dan pulang dengan motornya yang telah di service.

Sementara Tedi merasa tidak diberi kesempatan untuk mendekati Rani, dan dia sedikit marah kepada teman nya itu.

"Lu gimana sih lot, gue kan lagi mau deketin tu cewek. Ngapa lu malah biarin dia buru-buru balik?" Protes Tedi.

"Lah, klo lu begitu ke setiap pelanggan cewek gue, yang ada kagak bakalan ada lagi yang mau service di tempat gue." Pemilik bengkel itupun menjawab, nama aslinya Rio, tapi teman-teman dekatnya sering menyebutnya kolot, karena dia dianggap berpikiran kolot, terlalu banyak pantangan.

"Alah, bilang aja lu juga suka kan sama cewek tadi?" Tedi semakin nyolot.

"Mana berani gue suka sama cewek tadi, lu gak tahu apa, kalau dia itu sebentar lagi mau lulus S-2. Gue aja cuma lulusan S-1 doang yot." Rio menjawab, panggilan Tedi itu peyot.

"Kenapa, kan lu sama-sama kuliah lot?" Tanya Tedi.

"Beda lah, dia itu umur masih muda tapi udah mau lulus S-2. Dia itu pinter banget, walaupun dia sempet berenti kuliah selama setahun, tapi dia bisa dengan mudahnya nyelesain semua materi kuliah nya. Gue bener-bener kagum sama dia." Penjelasan dari Rio, membuat Tedi semakin penasaran.

"Kok lu bisa tahu banyak soal dia?" Tanya Tedi lagi.

"Siapa yang gak tau dia, kita buka bengkel deket ama kampus nya dia. Anak-anak kampus tuh, pada kagum sama dia. Dan banyak banget orang-orang yang ngomongin keunggulan nya dia." Ternyata Rio tahu Rani dari anak-anak kuliahan yang sering ke situ.

"Wah, kalau pinter begitu sih, makin cocok jadi bini gue. Nanti kan kalau punya anak, bakalan dia ajarin tuh semua nya. Jadi nanti anak-anak gue bakalan pinter kaya dia." Tedi semakin bersemangat mengejar Rani.

"Jangan terlalu nge khayal lu, dia itu kaya langit yang gak bisa di jangkau." Ucap Rio mengingatkan.

"Mana ada, gue yakin bisa bikin dia luluh." Tedi sudah bertekad untuk mendapatkan Rani, bagaimanapun caranya.

Tedi mencari tahu lewat teman-teman nya, bahkan anak-anak kampus yang sering nongkrong di dekat bengkel milik Rio.

Tidak banyak informasi pribadi Rani, hanya info yang sudah dikatakan Rio saja yang dia dapatkan.

Sementara itu Rani, yang sudah kembali ke rumahnya bersama Raline. Langsung masuk begitu saja ke dalam rumah, tanpa salam dan permisi.

Rumah itu dibeli oleh mereka berdua, sengaja agar lebih dekat dengan kampus. Alih-alih menyewa atau ngekos, mereka berdua lebih memilih membeli rumah tersebut.

Raline yang sedang bersantai, melihat Rani yang nyelonong masuk dan langsung melemparkan dirinya sendiri diatas sofa. Merasa pasti ada yang membuat dia tidak senang hari ini.

"Kenapa lagi sekarang?" Tanya Raline

"Gak ada." Rani menjawab ketus.

"Gak usah bohong sama gue, muka lu aja udah kaya cucian, kusut bener." Ungkap Raline.

"Tadi motor gue mogok, mana lumayan jauh lagi dari bengkel yang deket kampus. Sebel banget gue, musti dorong motor jauh-jauh, banjir ketek gue gara-gara tuh motor." Ucapnya kesal.

"Ya lagian lu ngapain bawa motor butut begitu, bukannya bawa mobil biar aman."

"Kan tadinya gue takut telat, biar gak kejebak macet aja. Eh malah apes lagi." Rani mengerucut kan bibirnya.

"Yah, namanya hari apes, ga ka ada di dalam kalender. Tapi lu gak telat kan ketemu Dospem?"

"Untungnya gue dikasih pinjem motor, sama yang punya bengkel. Jadinya gue tepat waktu, dan Dospem gue gak nyebelin kaya Dospem lu, yang sering ngilang. Hahahahaha." Rani tertawa puas meledek sahabatnya itu.

"Sialan lu, malah ngeledek lagi." Raline melempar bantal ke arah Rani. Bantal itu tepat mengenai wajah Rani, dan Rani pun membalas dengan melemparkan kembali bantal itu. Tapi Raline berhasil menghindar, dan Rani tidak terima, sehingga dia mengejar Ralin untuk menjambak rambut sahabat nya itu.

Mereka berdua lebih cocok jika disebut musuh, karena tiada hari tanpa bertengkar. Tapi kalau salah satu dari mereka mendapat masalah, maka yang satu akan menjadi orang pertama yang maju dan membela.

Begitulah kedekatan mereka yang sangat membuat orang lain iri, mereka kuliah di kampus yang sama, tapi memilih jurusan yang berbeda.

"Udah ah, rambut gue bisa botak gara-gara elu. Gue mau ke salon aja buat benerin rambut gue." Raline bercermin sambil membenarkan sedikit rambut nya.

"Ah, lebay lu. Baru juga gue jambak segitu doang, masa langsung ke salon. Dasar ganjen lu." Ucap Rani sambil memainkan bibirnya.

"Mending lu juga ikut gue ke salon, rambut lu udah kaya singa begitu. Muka cantik tapi rambut udah kaya hutan aja." Ajak Raline sambil menarik tangan sahabat nya.

"Aaaah, males gue. Mending di rumah aja, cape tahu tadi ngadepin cowok gila di bengkel." Tolak Rani.

"Cowok gila? Cakep gak cowok nya?" Tanya Raline antusias.

"Kalau soal cowok aja lu cepet." Jawab Rani.

"Ayok ah ke salon dulu, nanti sambil perawatan, kita ngobrol-ngobrol nya oke sayang ku." Ajak Raline memaksa.

"Iiiiih jijik banget gue dibilang begitu." Rani bergidik mendengar panggilan Raline untuk nya.

Raline malah semakin sengaja, bermanja kepada sahabat nya, sambil melingkarkan tangan nya di pinggang Rani.

Akhirnya, dengan terpaksa Rani pergi ke salon bersama sahabat nya. Mereka memilih perawatan rambut lengkap, kalau masalah kecantikan, Raline lebih percaya dengan klinik kecantikan saja, dia tidak berani jika harus perawatan di sembarangan tempat.

Proses itu membutuhkan beberapa jam, sampai Rani tertidur saat rambutnya masih di creambat. Dia paling tidak tahan melakukan perawatan seperti itu, karena terlalu memakan banyak waktu.

Menurutnya, lebih baik dia tidur di rumah, dan memakan banyak camilan yang enak. Rani mempunyai tubuh yang sulit untuk gemuk, seberapapun banyak nya makanan yang dia makan, berat badan nya masih saja stabil. Dan itu membuat Raline merasa sedikit iri, karena dia harus tetap diet agar tubuhnya tetap bagus.

Tapi rasa iri itu, bukan iri yang membuatnya membenci orang lain. Hanya merasa, jika dia yang seperti Rani, mungkin dia juga akan terus makan apapun yang dia mau, tanpa rasa takut.

Setelah semuanya selesai, akhirnya Rani bisa segera pulang dan tidur. Tapi ternyata impian nya tidak dapat dia lakukan, karena Raline mengajaknya untuk pergi ke tempat permainan anak-anak yang ada di dalam mall.

Dengan terpaksa dia pun mengikuti keinginan sahabat nya itu, mereka memasuki mall dan berjalan menuju toko pakaian.

"Katanya mau ke time zone, kok malah ke sini?" Protes Rani, karena bukan nya ke tempat bermain, malah masuk ke toko pakaian.

"Hehehe, cuma sebentar. Gue butuh baju, soalnya udah gak ada lagi baju yang bisa gue pake." Raline menjawab dengan tersenyum.

"Ih, dasar aneh. Baju udah penuh tuh di lemari lu, masih aja bilang gak ada baju." Ucap Rani sambil marah-marah.

"Itu udah gue pake semua Ran, masa pakai yang itu-itu mulu. Lu juga beli lah baju."

"Males lah, baju gue masih banyak yang bisa di pake."

"Alah, cuma kaos berapa biji juga. Udah lu diem aja, biar gue yang beliin lu baju."

Raline terus memilih berbagai macam pakaian yang ingin dia kenakan, dan juga untuk Rani kenakan. Dia ingin sahabat nya itu sedikit lebih perhatian pada dirinya sendiri, jangan cuma belajar dan bisnis saja yang dia pikirkan.

Akhirnya, setumpuk pakaian di beli oleh Raline untuk mereka berdua. Dengan beberapa tas belanja di tangan kanan dan kiri, kini mereka menuju ke tempat permainan untuk sedikit bersantai.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani    Bab 47

    Hari senin, adalah hari yang sibuk untuk semua orang yang bekerja. Hari ini Rani telah berhasil membuat design dari kalung yang diminta, oleh seorang keturunan kerajaan yang sangat mengagumi karya-karya nya selama ini. Perempuan dengan kulit putih dan mata hijau Jamrud, bertubuh tinggi dan langsing bak barbie di dunia nyata. Setelah design yang dia buat dikirim kepada orang yang bersangkutan, dia langsung mendapatkan pujian. "Terima kasih sudah memenuhi semua ekspektasi saya, setiap detail nya sangat menawan dan tanpa cela." Perempuan tersebut berbicara dengan bahasa asing. Rani paham, bahkan dapat berbicara dengan bahasa tersebut dengan lancar. "Saya berterima kasih untuk pujian nya, saya sangat senang bisa membuat perhiasan yang Anda impikan, semoga anda puasa dengan hasilnya." Balas Rani dengan menggunakan bahasa yang sama. Satu persatu design yang diminta telah siap, bahkan ada beberapa yang sudah direalisasikan. Rani merasa sudah saatnya dia membawa tim nya untuk berlibur

  • Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani    Bab 46

    Vira merasa terharu melihat kebaikan Tedi, dia memang tidak memiliki perasaan apapun terhadap Tedi. Namun kebaikan nya membuat Vira kagum, tapi jika dia ingat kalau Tedi sudah beristri dan masih juga mau melayani perempuan lain, sudut lain di hatinya menjadi terbakar. Semua perempuan tidak suka dengan laki-laki tukang selingkuh, kadang perempuan mau jadi selingkuhan, tapi tidak jika dengan diselingkuhi. Vira sama sekali tidak ingin menjadi selingkuhan, dia hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh penolong nya saja. Uang yang diberikan Rani, tidak mungkin bisa dia kembalikan. Rani adalah perempuan yang sangat baik, hanya saja dia terlanjur disakiti oleh kedua orang itu, salah satunya adalah laki-laki yang ada dihadapan Vira saat ini. 'Seandainya dia tahu, kalau mantan istrinya itu adalah perempuan kaya. Apa dia masih tetap akan selingkuh dengan orang yang tidak bisa dibandingkan sedikitpun dengan mantan istrinya itu?' suara hati Vira terus bergema, ingin sekali rasanya Vira

  • Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani    Bab 45

    Tedi mendapatkan chat dari seseorang yang dia beri nama, Athar. "Mas, kamu ada waktu gak? Aku lagi butuh temen, Mama aku mau di operasi. Tapi gak ada saudara yang temenin aku." Isi chat itu, membuat Tedi sedikit salah tingkah, dia takut jika Indi membaca chat tersebut. "Ada apa mas?" Tanya Indi. Tedi menjadi gugup. "Itu temen aku minta bantuan katanya, ibunya mau operasi." Jawab Tedi, tidak sepenuhnya berbohong. "Temen kamu yang mana mas? Aku kenal gak?" Indi ingin tahu siapa teman yang Tedi maksud. "Kamu gak kenal, dia dulu temen yang punya bengkel waktu dulu aku kerja di sana." Kebohongan mulai Tedi keluarkan dari mulutnya. "Oh, dia minta bantuan apa? Mau minjem duit atau yang lain?" Indi takut jika uang suami nya dipakai atau dipinjamkan kepada orang lain. "Bukan, dia cuma mau aku temenin dia di rumah sakit, soalnya dia gak punya saudara di sini." Tedi menjelaskan. "Oh, ya udah kalau gitu, kamu pergi aja temenin dia. Tapi jangan lupa nanti kamu pulang, jangan nginep lagi m

  • Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani    Bab 44

    Sampai di rumah yang Tedi tempati bersama Indi. Tedi merasa enggan untuk masuk, karena sudah pasti pemandangan yang tidak sedap akan tersuguh di dalam sana. Tedi sudah memperkirakan, bahwa saat ini pasti Indi masih tertidur pulas. Dengan perasaan enggan, Tedi membuka pintu rumahnya, dan apa yang dia bayangkan tidak ada sama sekali. Rumah itu terlihat bersih dan rapih, bahkan ada wangi buah dari dalam sana. Tedi merasa, jika dia sudah salah masuk rumah, karena biasanya rumah itu seperti tempat sampah, berantakan dan berbau tidak sedap. Tedi buru-buru membuka pintu kamarnya, dan di sana tidak ada Indi, yang ada hanya kasur dengan seprai yang bersih dan rapih juga. "Apa aku mimpi? Kenapa rumah ini bersih dan rapih, apa mungkin Rani sudah balik lagi ke rumah ini?" Dengan semangat, Tedi mencari ke dapur, tapi tidak ada siapapun. Tedi mencari ke depan, juga tidak ada Rani di sana. Tedi kembali ke rumah dengan lesu, tidak berapa lama suara knop pintu dibuka dari luar. Cekle

  • Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani    Bab 43

    Karena Tedi tidak ingin membawanya pulang bersama, akhirnya Indi memilih untuk melanjutkan berbelanja sendirian. Indi terus menggerutu sepanjang waktu, dia tidak suka jika suaminya itu bersikap cuek terhadapnya. "Apa mungkin mas Tedi malu, karena aku begitu gemuk? Sekarang wajah aku juga jadi rusak gara-gara lemak ini." Indi merasa sedih karena nya. Dia semakin bertekad untuk berusaha diet dan kembali cantik seperti dulu. Selain membeli sayuran, Indi juga membeli skincare untuk wajah dan badan nya. Walaupun harganya lumayan mahal bagi Indi, tapi dia tidak perduli dengan itu, toh uang suaminya juga ada untuk makan sehari-hari. Selesai berbelanja sayur, Indi menuju kasir untuk membayar. Setelahnya dia pergi kebagian skincare dan memilih yang sekiranya cocok untuk kulitnya yang sedang berjerawat. Setelah memilih beberapa produk, Indi segera menuju kasir dan membayarnya. Uang yang Indi keluarkan, bisa untuk biaya hidupnya selama dua minggu. Ada sedikit penyesalan dalam dirinya

  • Pembalasan Istri Sah: Identitas Tersembunyi Rani    Bab 42

    Satu hari berlalu begitu cepat. Indi merasa terus menerus lapar, dan seperti sulit untuk dikendalikan. "Kenapa lagi ini, rasa lapar ini terlalu menyiksa." Indi tidak kuat, dan akhirnya kembali memesan banyak makanan, untuk dia makan sendiri. Setelah selesai makan, Indi kembali sadar, jika dia benar-benar tidak bisa mengendalikan keinginan nya untuk makan. Keadaan ini memang terlalu aneh, saat kemarin dia tidak bekerja, dia bisa sedikig mengendalikan diri, dan bahkan lebih sadar. "Sepertinya aku tidak bisa membiarkan ini terus menerus. Aku harus mencoba untuk periksa ke dokter." Ucap Indi sambil melihat bungkus makannan yang berserakan. Hari itu Indi benar-benar pergi ke dokter, mendaftar di bagian administrasi, dan menunggu namanya dipanggil. Saat dia masuk ke dalam ruangan dokter, Indi merasa sedikit tegang, seperti hendak melakukan operasi saja, padahal hanya pemeriksaan biasa. "Selamat siang, dengan nyonya Indi?" Tanya dokter tersebut. "Siang dok, iya benar dok." Ja

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status