LOGINRabu, dua puluh tujuh September empat tahun lalu. Pertama kali nya Tedi melihat Rani, saat dia sedang bekerja di bengkel motor milik teman nya.
Saat itu, Rani mendorong motor matic nya yang mogok. Dan kebetulan, bengkel itulah yang paling dekat dengan tempat nya saat itu. Rani yang mempunyai tinggi semampai, berambut panjang dan sedikit ikal, yang di kuncir kuda. Dia memiliki kulit kuning langsat, yang saat sedang berkeringat, terlihat begitu bercahaya. Setiap laki-laki yang memandangnya langsung merasa jatuh cinta, bahkan para wanita pun juga mengagumi kecantikan nya. Bisa di bilang, saat ini Rani dalam usia yang sedang mekar-mekarnya. Terlihat begitu indah dan menawan, sehingga mampu menarik perhatian berbagai macam serangga yang ingin menghinggapi nya. Jarang ada perempuan yang begitu terlihat menawan, dan tanpa cela. Biasanya, jika dia cantik, maka sifatnya tidak baik. Jika dia begitu baik, maka dia tidak begitu cantik. Begitu juga dengan Rani, dia begitu cantik dan menarik. Tapi dia mempunyai sifat yang sulit sekali di atur, mungkin karena dia terlau mandiri, sehingga dia sudahlah terbiasa, melakukan semuanya sendiri dan tanpa ada aturan dari orang lain. Saat itu, dia sedang menuju kampusnya, untuk mencari dosen pembimbing nya. Dia sedang menyusun skripsi untuk jenjang S-2 nya. Umur yang masih muda, tapi sudah akan selesai kuliah S-2. Padahal dia sempat berhenti selama satu tahun, karena dia terpuruk dalam kesedihan saat kehilangan orang tuanya. Tapi tidak disangka, dia begitu lihai dalam segala hal. "Pak, tolong benerin motor saya ini. Mogok tadi di jalan." Niat hati Rani, memakai motor itu agar tidak terkena macet. Dia malah apes, karena motor nya malah mogok di tengah jalan. Dia merasa kalau hari ini, adalah hari yang sial. "Baik Neng, pasti bapak benerin semuanya kalau buat Neng mah." Pemilik bengkel itu, selalu suka bercanda dengan anak-anak kampus yang sering service motor di tempat nya, tapi tidak jika dengan Rani dan para mahasiswi. Rani hanya menanggapi nya dengan senyum palsu saja. Dia tahu kalau pemilik bengkel itu, masih lumayan muda. Tapi tentu saja masih lebih tua darinya, makanya dia memanggilnya Bapak. Tapi, pemilik bengkel, tidak pernah sekalipun protes saat dipanggil dengan sebutan Bapak oleh Rani. Pemilik bengkel itu, masih terbilang sopan. Dia tidak berani menggoda perempuan-perempuan muda seperti Rani, dia tidak ingin kalau bengkelnya malah mendapat masalah, jika dia kurang ajar dengan pelanggan. Tiba-tiba Tedi menghampiri pemilik bengkel. "Biar aku saja yang service motornya, kamu layani saja yang mau beli sparepart." "Yakin kamu bisa service yang ini?" tanya pemilik bengkel itu. "Yakin lah, aku ini kan sudah jago dalam masalah beginian." Ucap Tedi terdengar sombong. Rani paling tidak suka dengan laki-laki tukang pamer, baik pamer harta, ataupun pamer kebolehan. Rasanya malah jadi illfeel saja. Dalam hatinya, dia mengumpat sifat Tedi yang terlalu percaya diri. "Neng, saya benerin motornya ya. Saya jago loh benerin motor, benerin mobil. Benerin hati juga bisa." Tedi berusaha menggoda Rani. "Hei mang, jangan terlalu banyak bicara. Cepetan benerin motor nya, aku mau bimbingan di kampus." Rani memang selalu ketus jika menjawab laki-laki yang menggodanya. Rani memang selalu ketus jika menjawab laki-laki yang menggodanya. "Memang nya neng masih kuliah?" Tanya Tedi basa basi. "Pake nanya lagi, ini lihat kan saya pakai jas almamater? Buruan mang, keburu Dospem saya pulang ini." "Jangan panggil mamang dong, saya kan masih muda. Coba kamu panggil Aa gitu, atau Mas." Rani semakin kesal dengan tingkah laku Tedi. Pemilik bengkel itu, melihat Rani yang tidak suka dengan Tedi, langsung berinisiatif meminjamkan motornya kepada Rani. "Neng, mendingan neng pakai motor punya bapak saja. Takutnya kalau nunggu beres, malah telat lagi." Pemilik bengkel itu sangat mengerti apa yang terjadi pada Rani, dia juga pernah kuliah, dan bagaimana susahnya menemui Dospem (Dosen pembimbing). "Gak ngerepotin ini Pak?" Tanya Rani lagi. "Gak apa-apa, sama sekali gak ngerepotin. Kamu pakai saja, biar kamu gak telat." Jawab pemilik bengkel. "Kalau begitu saya pinjam dulu ya pak, nanti kalau sudah beres saya kembalikan." Rani bersikap sopan kepada pemilik bengkel itu. Pemilik bengkel pun mengangguk dan tersenyum. Rani langsung saja pergi meninggalkan bengkel itu, motornya masih di service, jadi dia pasti akan kembali ke bengkel itu. "Wah, lu malah biarin dia pergi gitu aja sih?" Protes Tedi "Maksud lu?" Tanya pemilik bengkel sambil mengkerutkan keningnya, tanda tidak mengerti. "Ya itu cewek yang tadi, gue kan lagi deketin dia. Padahal biarin aja dia nunggu, kan gue jadi bisa banyak ngobrol sama dia." Ucap Tedi kesal. "Heh gebleg, lu gak ngerti bahasa manusia apa? Kan dia udah bilang, kalau dia lagi buru-buru mau ketemu Dospem. Kalau dia telat, kasihan lah skripsinya jadi telat juga." jawab pemilik bengkel itu lagi. "Apaan lagi itu Dospem, yang ada juga Dosen kali ah." Ucap Tedi sok tahu. "Iiih si gebleg, ya Dospem itu singkatan dari DOSEN PEMBIMBING." Ucap pemilik bengkel sambil menekankan apa itu Dospem. Tedi hanya nyengir kuda, dia yang hanya lulusan SMA, memang sama sekali tidak mengerti tentang istilah-istilah itu. "Ya Maaf, gue kan gak pernah kuliah, jadi kagak ngarti lah." Ucapnya lagi. "Makanya jadi orang jangan sotoy, dah cepetan kerjain kerjaan lu aja. Nanti kalau orang nya udah dateng, harus udah beres." Pemilik bengkel itu, mengakhiri pembicaraan mereka. "Siap bos." Jawab Tedi. Sementara itu, Rani yang baru saja sampai di kampus. Langsung memarkirkan motor yang dia pinjam, di parkiran khusus mahasiswa. Dia setengah berlari menuju ruangan Dosen, untuk mencari Dospem nya. Untung saja dia tidak telat, dan dia bertemu dengan orang yang di maksud, bimbingan nya berjalan lancar. Dan setelah selesai dia menuju kantin, untuk membeli makan siang. Perutnya sudah sangat keroncongan, karena dari pagi dia tidak sarapan sama sekali. Rani memesan nasi dengan soto, karena dia tidak bisa jika tidak makan nasi. Menurut dia, jika belum makan nasi, maka itu belum termasuk makan. Walau dia makan bakso dengan lontong sekalipun, itu bukan makan. Saat dia sedang menikmati makan siang nya, bahunya ditepuk oleh seseorang. Rani kaget dan tersedak. "Uhuuk.. Uhuuk.. Uhuuk." Orang itu menyodorkan air minum kepada Rani. "Makasih." Ucap Rani. Dia meneguk airnya sampai tersisa setengah gelas saja. "Maaf ya Rani, tadi aku ngagetin kamu. Jadinya kamu tersedak." Suara laki-laki yang tidak asing ditelinga Rani, orang itu selalu berbicara dengan bahasa yang baku, tidak seperti dirinya yang terbiasa dengan bahasa informal. "Iya, aku kaget banget. Untung aja mangkok soto nya gak ikut ketelen sama aku." Jawaban Rani selalu saja seenaknya. "Kamu ini, mana ada orang yang bisa makan mangkok." Rani hanya mengedikkan bahunya. "Rani, kamu sudah bertemu dengan Dosen pembimbing kamu?" Tanya nya lagi. "Sudah pangeran, hamba sudah bertemu dengan dosen pembimbing hamba satu jam yang lalu." Begitulah jawaban Rani, yang mengikuti gaya bicara orang yang ada di hadapan nya. Orang itu, tidak tersinggung sama sekali. Dia malah tersenyum dan semakin mengagumi Rani. "Baguslah kalau begitu. Apa kamu punya waktu, untuk nonton atau makan di cafe?" Rani sudah mulai kesal karena makan siang nya terganggu. "Maaf ya Arjuna, aku ini kan lagi makan siang. Kamu sendiri lihat kan? Aku bener-bener lagi kelaperan, jadi aku makan di sini. Tapi kamu malah ngagetin dan bikin aku keselek, sampai hampir saja aku ngabisin satu ember air tadi." Ucap Rani panjang lebar kepada laki-laki yang bernama Arjuna. Menyebut namanya saja, sudah membuat Rani merasa geli, apalagi dengan bahasanya yang baku. "Jadi intinya, kamu bersedia atau tidak dengan ajakan aku?" Laki-laki itu masih tidak mengerti dengan sindiran halus dari Rani. "Arjuna, kamu ngajak aku makan di cafe. Sedangkan sekarang aku juga lagi makan. Kamu itu pengen aku lipet-lipet kaya origami ya?" Mata Rani melotot, dia tidak bisa menahan emosinya lagi. Manusia didepan nya itu, benar-benar sangat mengganggu makan siang nya. "Ya sudah kalau kamu tidak ingin makan di cafe. Kita bisa menonton saja kan." Masih belum menyerah ternyata. "Begini ya, tuan Arjuna yang terhormat. Saya Rani Maharani, tidak ingin makan bersama anda, dan juga tidak ingin menonton bersama anda. Karena saya sedang sangat sibuk, dan tidak ada waktu untuk menemani anda." Setelah berbicara seperti itu, Rani melanjutkan makan siangnya, dia buru-buru menghabiskan makanan di piring nya itu. "Baiklah kalau begitu, mungkin lain kali kita bisa jalan berdua. Kalau begitu, aku pamit dulu ya." Arjuna pun pergi meninggalkan Rani sendirian. "Dari tadi ke pergi, bikin orang kesal saja." Makanan di piring Rani pun habis, dan dia pergi meninggalkan kampusnya, dan kembali ke bengkel yang tadi.Tedi merasa sedikit bingung saat dia tanpa sengaja bertemu dengan Vira, di tempatnya bekerja. Ada perasaan yang tidak bisa ungkap kan, rasa senang karena bisa bertemu dengan perempuan yang dia suami, tapi juga ada rasa takut, jika nanti Indi tahu kecamatan nya dengan Vira. Dia tahu perempuan seperti apa istrinya itu, dia itu bar-bar dan arogan. Sifat asli manusia akan keluar saat merasa terancam bukan? Dia takut jika Indi tahu, maka Vira yang akan dalam bahaya. Tapi disatu sisi dia bahagia karena bisa melihatnya setiap hari, tanpa harus sembunyi-sembunyi dari Indi. Tedi merasa jika Vira memang ditakdirkan untuk nya, selain wajah yang sekolah mirip dengan mantan istrinya, sifat lembut Vira juga membuat Tedi merasa nyaman, tidak seperti Indi. Merasa didukung oleh alam, dipermudah untuk selalu bertemu dengan Vira, membuat Tedi semakin yakin dengan perasaan nya. Walau di dalam hatinya sendiri, dia merasa bersalah kepada Indi. Sama halnya saat dia mengkhianati Rani dulu, ada ra
Bekerja di pabrik, tidak pernah dibayangkan oleh Vira. Tapi kini dia bisa masuk ke pabrik yang menjamin karyawan nya, mendapat gaji UMR, mendapat asuransi kesehatan, ada jaminan kerja. Dulu dia hanya bekerja di toko yang menjual pakaian, gaji nya hanya sedikit, dan tidak cukup untuk bayar kontrakan dan makan, bahkan kadang atasan nya terlalu galak terhadap pegawainya. Gaji sedikit, tapi diperlakukan semena-mena. Tidak kuat, tapi sulit untuk mendapatkan kerja lagi. Tapi hari ini Vira sudah mulai bisa merasakan bekerja dengan gaji yang layak. "Bismillah, semoga saja aku bisa cepat beradaptasi, dan bekerja dengan baik." Dengan tekad yang kuat, Vira mengendarai motor yang diberikan Rani, menuju tempatnya bekerja. Sampai di sana, dia memarkirkan motornya di tempat para karyawan memarkir motor. Vira belum tahu dia akan ditempatkan di bagian mana, dia diminta untuk menunggu di pos satpam, dan nanti akan diantarkan kebagian dia bekerja. Saat masuk pertama kali ke dalam pa
Rani meminta seseorang untuk mengurus masuknya Vira ke pabrik, tentunya akan satu tempat kerja dengan Tedi dan Indi. Sambil menyelam minum air, Rani membantu Vira agar punya penghasilan tetap, juga bisa membalas dendam dengan apik kepada Tedi dan juga Indi. Entah rencananya akan berhasil atau tidak, tapi setidaknya Rani sudah mencoba. Dia memang berencana supaya Indi merasakan apa yang dia rasakan, juga Tedi. Di saat sedang sayang sedang adem, malah diselingkuhi dan ditinggalkan. Setelah itu, tentu saja akan ada lagi kejutan yang lain nya. Rani ingin mereka terpuruk, hingga mereka datang merangkak kepadanya untuk meminta maaf, karena semua perbuatan pasti akan mendapat balasan yang setimpal. Biarlah dia akan di cap sebagai perempuan jahat, tapi dia hanya ingin mengembalikan apa yang mereka lakukan kepada nya. Vira tinggal di rumah yang Rani siapkan, dan mendapat pekerjaan tetap yang mendapat gaji UMR, tidak seperti sebelumnya, gaji nya benar-benar di bawah UMR. Sulit untuk me
Rani sedikit gemetar saat melihat berita tersebut, bagaimana tidak, pria yang mendekatinya sudah pasti punya niat jahat, jika dia dengan gampangnya merespon pria tersebut, bisa saja dia juga akan tertipu, atau lebih parahnya dia akan dibius dan hal menakutkan lain nya yang bisa terjadi. Dia memang perempuan mandiri, tapi tetap saja dia hanya seorang perempuan. Tidak bisa melawan laki-laki dengan tangan kosong. Untung saja saat itu dia langsung pergi meninggalkan pria tersebut, tanpa mau berbasa-basi. Jika tidak ada teman karyawan nya, Rani tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa saat dia sedang dibuntuti oleh pria tersebut. "Ternyata orang-orang Lombok benar-benar sigap ya pada orang yang berbuat jahat, jadi makin suka aku. Kapan-kapan ajak Raline ke sana lah." Ucap Rani. Penipuan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, baik di tempat sepi, atau sekalipun di tempat yang ramai. Kita tidak tahu orang yang seperti apa yang benar-benar baik. Ada yang berwajah lembut dan
Di datangi oleh orang asing, yang sama sekali tidak ada dalam ingatan nya, Rani menjadi lebih waspada. Dia tidak akan tertipu oleh trik murahan seperti itu. "Maaf mas, saya gak kenal anda. Permisi." Rani langsung pergi meninggalkan laki-laki tersebut. Laki-laki yang sudah menyodorkan tangan nya untuk bersalaman, langsung ditinggalkan begitu saja, dia merasa sedikit malu, lantas mengangkat tangan nya dan menyugar rambut. Melihat Rani yang semakin menjauh, dia malah semakin merasa tertantang, dan ingin mendekati Rani. "Perempuan cantik memang sulit untuk di dekati." Ucap laki-laki itu. Biasanya dengan cara seperti itu, dia bisa mendapatkan perempuan manapun yang dia mau, berpura-pura sebagai teman lama, lalu akan mengatakan bahwa dia salah orang, dan meminta kontak, sebagai permintaan maaf, dia akan mengajak perempuan tersebut untuk makan, atau sekedar nonton. Setelahnya, banyak korban yang dengan senang hati memberikan sejumlah uang kepadanya, tapi setelah uangnya terkuras,
Hari senin, adalah hari yang sibuk untuk semua orang yang bekerja. Hari ini Rani telah berhasil membuat design dari kalung yang diminta, oleh seorang keturunan kerajaan yang sangat mengagumi karya-karya nya selama ini. Perempuan dengan kulit putih dan mata hijau Jamrud, bertubuh tinggi dan langsing bak barbie di dunia nyata. Setelah design yang dia buat dikirim kepada orang yang bersangkutan, dia langsung mendapatkan pujian. "Terima kasih sudah memenuhi semua ekspektasi saya, setiap detail nya sangat menawan dan tanpa cela." Perempuan tersebut berbicara dengan bahasa asing. Rani paham, bahkan dapat berbicara dengan bahasa tersebut dengan lancar. "Saya berterima kasih untuk pujian nya, saya sangat senang bisa membuat perhiasan yang Anda impikan, semoga anda puasa dengan hasilnya." Balas Rani dengan menggunakan bahasa yang sama. Satu persatu design yang diminta telah siap, bahkan ada beberapa yang sudah direalisasikan. Rani merasa sudah saatnya dia membawa tim nya untuk berlibur







