Share

Makan Malam

Author: DeealoF3
last update Last Updated: 2023-09-28 17:22:31

Saat tengah sibuk di dapur, terdengar alunan 'Sang Dewi' milik penyanyi Lyodra hingga membuat Kania mengecilkan kompor lalu mendekati meja makan--tempat ponselnya terletak. Senyumnya seketika tersungging saat melihat nama sang suami di layar iPhone 13-nya. Ia lalu merapikan rambutnya dengan tangan sebelum menarik tombol hijau ke atas.

“Kenapa, Mas, tumben video call?” ucap Kania setelah menjawab salam Dika. Ia pun sempat melirik jam dinding yang ada di dapur. Jam tiga sore. “Biasanya kalau udah di kantor suka lupa sama yang di rumah,” ucapnya hingga membuat Dika tersenyum.

“Dek, kamu lagi ngapain?”

“Tuh lihat. Aku lagi masak, buat makan malam.”

“Sekarang kamu matiin kompor dan cuci tangan. Nggak usah masak. Terus kamu pergi ke salon dan dandan yang cantik. Nanti jam lima Mas jemput. Kita makan malam di luar.”

Sontak, mata Kania membulat. Sudah cukup lama Dika tidak pernah mengajaknya makan di luar. “Beneran, Mas?”

“Iya. Kalau perlu kamu beli baju baru. Mas mau ajak kamu makan ke restoran mahal.”

“Wah, oke, Mas. Eh, tapi dalam rangka apa, ni? Tumben. Aku, kan, lagi nggak ulang tahun? Ulang tahun pernikahan kita juga udah lewat.”

“Aku naik jabatan. Sekarang Mas jadi kepala divisi, Dek, dan dipindahkan ke kantor pusat.”

“Alhamdulillah. Selamat, ya, Mas. Akhirnya kerja keras Mas selama ini membuahkan hasil.”

“Alhamdulillah.Berkat doa dan dukungan kamu juga, Dek. Ya, sudah, ya. Mas masih ada urusan. Jangan lupa kamu dandan yang cantik, ya.”

“Siap, Bos.”

Dika baru akan mematikan panggilan saat suara Kania kembali terdengar.“

“Eh, Mas, Mas.”

“Iya, Dek, kenapa lagi?”

“Boleh, nggak aku ajak Nisya?”

“Buat apa? Mas kan ingin merayakannya berdua sama kamu.”

“Aku cuma mau minta maaf atas sikapku tempo hari. Sampai sekarang aku masih merasa bersalah sama dia.”

Dika melepas kasar udara di paru-parunya. “Iya, Dek, kamu memang agak keterlaluan waktu itu.”

“Makanya, itu. Boleh, ya? Lagian dia pasti bisa bantuin aku dandan dan cari baju yang pantas.”

“Ya, udah. Kamu boleh ajak dia.”

"Asyik. Makasi, Mas." Sontak, perasaan Kania bagai dihinggapi ratusan bunga mawar yang baru mekar.

***.

“Selamat, ya, Mas atas jabatannya yang baru,” ucap Nisya yang duduk tepat di sebelah Kania. Ia begitu bahagia saat tadi Kania meneleponnya dan mengajaknya makan malam untuk merayakan kenaikan jabatan Dika.

“Makasi, Nis. Maaf kalau undangannya mendadak. Kania yang tiba-tiba punya ide pengen ngajak kamu. Oh, iya, makasi juga sudah mengubah istriku jadi secantik ini.” Dika tersenyum sambil menggenggam erat tangan Kania. Seketika pipi Kania memerah. Namun, Nisya mencibir.

“Iya, Mas nggak pa-pa. Kebetulan lagi nggak ada pelanggan penting. Jadi bisa ninggalin salon ke asisten aku.“

Tak lama kemudian, seorang pramusaji datang membawa nampan dan mangkuk kecil di atasnya. Pelayan itu lalu meletakkan mangkuk berisi sup dengan irisan roti yang diletakkan di piring terpisah ke hadapan Dika, Kania dan Nisya.

“Silakan dinikmati, Pak, Bu.“

"Terima kasih,” ucap Dika, sedangkan kedua wanita di kanan kirinya hanya menganggguk pelan.

Sepeninggal sang Pelayan, Kania yang baru pertama kali makan di restoran mewah tampak kebingungan.

“Mas, kita cuma makan ini aja? Mana kenyang,” ucapnya pelan pada Dika yang masih bisa terdengar oleh Nisya.

"Ini baru makanan pembukanya, kok, Dek."

"Oh, gitu." Kania mengangguk paham lalu mulai menikmati sup jamur yang aromanya sudah menggantung di hidung, dan membuat liurnya tertelan. Nisya seketika mengulum senyum. Dalam hati ia mentertawakan sikap Kania yang menurutnya sangat kampungan.

Ia dan Kania memang sudah bersahabat selama dua tahun, tapi hubungan mereka bisa dibilang belum sedekat nadi. Tanpa setahu Kania, Nisya masih banyak menyembunyikan sesuatu di belakangnya. Begitupun sebaliknya. Mereka dekat hanya karena sama-sama tinggal sendiri di perantauan. Kania yang ditinggal sang suami bekerja di luar kota, sedangkan Nisya yang sudah tidak bersuami.

Sembari lidahnya bermesraan dengan sesendok kuah sup, Nisya mengalihkan pandangan ke arah Dika yang juga sedang menikmati supnya. Lelaki itu terlihat sangat tampan dengan balutan jas hitam Armani yang membungkus tubuh atletisnya.

Sayang sekali, pria setampan kamu harus beristrikan seorang Kania yang kampungan, Nisya terus membatin.

Dika yang sadar jika Nisya terus menatap sontak mengangkat kepala dan balas memandang sahabat istrinya itu. Tak dipungkiri jiwa lelakinya terganggu dengan penampilan seksi dan sorot mata tajam milik sahabat sang istri.

Beberapa menit lamanya Nisya dan Dika saling beradu tatap. Keduanya seakan enggan memutus rasa yang sudah mulai timbul.

***

Dika baru akan membuka kotak makan yang Kania bawakan saat telepon di meja kerjanya berbunyi.

“Hallo, siang.”

“Pak, ada tamu untuk Bapak,” lapor resepsionis yang bernama Dita.

“Siapa, Dit? Klien? Bilang saya sedang istirahat. Suruh kembali nanti di atas jam satu.”

“Bukan, Pak. Ibu. Katanya mau mengantar makan siang buat Bapak.”

"Ibu? Maksud kamu istri saya?"

"Iya, Pak. Kelihatannya, sih, begitu," ucap Dita yang membuat garis-garis halus di dahi Dika bermunculan..

Kania? Ngapain dia ke sini?

Dika sudah berpikir yang tidak-tidak. Lelaki itu khawatir kalau Kania akan membuat malu--dengan penampilan yang kuno dan tidak menarik. Itu juga yang menjadi alasan mengapa dia tidak pernah mengajak istrinya itu menghadiri acara-acara kantor.

Namun, saat Dika akan bertanya lebih lanjut, samar terdengar suara seseorang yang sangat dikenalnya.

Nisya? Mau apa dia kemari?

“Bagaimana, Pak?”

“Oke, Saya turun sekarang,” ujar Dika setelah meletakkan kotak makan siangnya ke dalam laci.

Saat tiba di lobi, Dika langsung disambut Nisya yang siang itu tampak lebih memukau.

“Mas,” sapa Nisya dengan suara manja. Bibir mungilnya yang berwarna merah muda sudah melengkung ke atas. Ia kemudian berdiri dan menghampiri Dika yang baru turun dari tangga.

Awalnya Dika sempat ragu mau mengajak Nisya ke ruangannya. Hingga akhirnya wanita itu mulai bicara.

"Kita ke ruangan kamu aja, ya, Mas?"

"Bo-boleh." Dika lalu mengajak Nisya ke ruang kerjanya yang terletak di lantai tiga.

“Kamu ada apa ke sini? Kok, nggak kasih tahu dulu? Kania juga nggak bilang apa-apa,” kata Dika pada wanita yang sudah duduk di hadapannya. Meski terlihat gugup, dia berusaha ramah.

Sebenarnya Dika tidak nyaman berduaan dengan Nisya seperti itu. Terlebih mereka hanya dipisahkan oleh meja selebar 80 cm. Bukan karena tidak tertarik, belum tepatnya. Lebih karena Dika yang tidak terbiasa dipandangi wanita cantik bersorot mata tajam seperti Nisya.

"Sebentar aku kasih tahu Kania dulu, ya," ucap Dika berusaha mengalihkan perhatian Nisya darinya.

"Eh, jangan, jangan, Mas!" kata Nisya cepat. Tepat sebelum Dika menekan nomor Kania.

Sontak, Dika memicing. "Kenapa, Nis?" Apa jangan-jangan dia punya maksud lain denganku?

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
wajarlah si dika selingkuh sama sahabat istrinya. kebanyakan laki2 akan mencari wanita yg lebih cantik dari istrinya klu punya uang lebih dan jabatan. apalagi klu istri sahnya tolol dan kampungan. cuma wanita tolol yg mengajak sahabatnya yg janda pergi makan malam romantis dg suami
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat   Keputusan Akhir

    Melihat Dika berdiri tak jauh dari posisinya, wajah Mahar sontak memerah. Urat-urat di dahinya langsung bermunculan. Ia pun mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menggemeretakkan gigi. Namun sedetik kemudian, kepalanya memutar ke arah Kania yang berdiri di sisinya. Keadaan wanita itu pun tidak jauh berbeda. Kania terus menunduk seraya meremas-remas jemarinya. "Tenang, Mir. Enggak usah takut. Ada aku," ucap Mahar seraya melingkarkan tangannya di bahu Kania dan mendekatkan tubuh wanita itu ke dadanya. Nisya pun seketika geram saat melihat Kania. Rasa cemburunya mendadak naik ke kepala. Terlebih melihat Dika yang terus memandangi Kania tanpa berkedip sedikit pun. Saat melihat Kania, Dika langsung menatapnya dengan pandangan penuh penyesalan. Ia ingin segera memeluk erat Kania tapi kakinya seperti terpaku. Dadanya mendadak sesak kala melihat Mahar melingkarkan lengannya di bahu Kania. "Sudah, Pak, cepat bebaskan suami saya. Saya tidak mau menghirup udara yang sama dengan mereka," uc

  • Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat   Mafia Hukum

    Bagi Argantara, uang adalah segalanya. Meski saat itu ia sudah menjadi seorang pengacara yang sukses dan terkenal, tetap tidak bisa mengurangi ketertarikannya pada uang. Ia bahkan berkali-kali menggadaikan idealismenya untuk membela koruptor, demi mendapatkan bayaran yang fantastis. Untuk melancarkan kasusnya, Argantara sudah sering melakukan praktek di bawah meja. Ia pun cukup terkenal di kalangan kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan. Tentu saja sebagai pengacara yang terkenal loyal dalam hal negatif. Dalam memberikan komisi yang tidak main-main demi membebaskan sang klien. Saat sore itu Nisya menghubunginya untuk meminta bantuan, tanpa pikir panjang Argantara pun langsung menerima, karena Dika merupakan salah satu klien penting di kantornya. ***Setibanya Nisya di kantor polisi, ia kembali dikejutkan dengan kondisi Dika yang kacau balau. Wajah suaminya itu babak belur dan masih ada sisa darah di ujung bibir kirinya. "Ya Tuhan, Mas Dika. Kamu kenapa?" ucap Nisya sambil mengusap

  • Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat   Bebas dan Terkurung

    Kania menggigit tangan Dika hingga pria itu memekik kencang dan melepaskan tangannya dari mulut Kania. "Sebaiknya kamu menyerah, Mas! Agar hukumanmu tidak semakin berat." Kania kembali berlari ke pintu dan mencoba membukanya. Sayangnya Dika sudah berhasil menyembunyikan kuncinya.Bersamaan dengan itu, di lantai bawah, Mahar beserta dua orang petugas polisi sudah tiba di lobi hotel. "Selamat siang, kami sedang mencari seseorang," ucap petugas polisi bernama Alfred. "Ada apa, Pak?" "Apa ada tamu yang bernama Aldika Pratama?"Petugas resepsionis itu tidak langsung menjawab. Ia bingung apakah harus melaksanakan permintaan Mahar barusan, karena ia tidak boleh memberikan informasi mengenai tamu hotel kepada siapa pun. Beruntung sang manajer hotel ikut bergabung. Setelah mendengar penjelasan dari Mahar dan petugas polisi, dengan cepat ia menyuruh resepsionis itu mencari nama tamu yang dimaksud. "Iya benar, Pak. Dia menginap di sini sejak semalam.""Di kamar berapa?"Resepsionis berambut

  • Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat   Tanggung Jawab

    "Sah," ucapan para jamaah Solat Jumat di masjid perumahan Galih tinggal membahana, menambah keharuan dan kesakralan suasana yang sedang tercipta: meski tidak dihadiri oleh mempelai wanita. Mahar lekas mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Mulutnya pun tak henti mengucap syukur karena saat itu telah resmi berstatus sebagai suami Kania. Bersamaan dengan itu, ingatannya terbawa ke masa satu jam lalu. Saat Mahar masih berusaha meyakinkan Galih bahwa ia benar-benar ingin menikahi Kania."Tapi Kania kan belum ketemu. Kita juga nggak tahu bagaimana keadaannya nanti? Dia masih hidup atau ...." "Pak, saya yakin Kania masih hidup. Dia pasti selamat. Lagi pula saya nggak peduli. Bagaimanapun keadaannya nanti, saya tetap ingin menikahi dia. Jadi tolong nikahkan kami."Galih akhirnya menyerah dan menuruti permintaan Mahar. Mahar pun lekas memberitahu Fitri agar segera hadir ke masjid tempat berlangsungnya akad nikah. Setelah acara selesai Galih langsung memeluk erat Mahar. Air mata lelaki it

  • Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat   Kotor

    "Gimana, Pak? Apa ada informasi?" ucap Mahar setibanya ia di kediaman Galih. Galih menggeleng lemah, "Bapak sudah menanyakan semua orang di sini tapi tidak ada yang mengaku melihat orang asing." Sebelum Mahar tiba, Galih sudah mengumpulkan semua tamu, termasuk tim penyedia fasilitas yang mereka libatkan dalam acara. Mahar mengerutkan dahi. Dadanya yang sudah memanas mendadak sempit. Mir, kamu di mana? Please, kasih aku petunjuk biar bisa nolongin kamu. Aku harap kamu baik-baik aja. Firasatnya kalau Kania diculik semakin kuat. Tiba-tiba salah seorang petugas katering melihat ke arah para tim sound sistem. "Personal kalian yang satu lagi mana?" "Ini sudah semuanya. Siapa yang kamu maksud?" kata pemimpin tim sound sistem. "Tadi itu ada orang memakai topi hitam dan masker keluar dari sini sambil membawa koper besar. Katanya dia membawa sound sistem."Mahar pun sontak mendekat. "Kenapa, Mas?""Ini, Pak, tadi waktu saya sedang sibuk membereskan meja untuk prasmanan, ada laki-laki yang

  • Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat   Iblis

    Setelah Kania terkulai, Dika lekas membopongnya dan menaruhnya di ranjang. Ia kemudian memasukkan tubuh Kania ke dalam koper besar yang ia temukan di dalam lemari Kania. "Jadi kamu dan Mahar akan bulan madu dengan menggunakan koper ini? Sayang sekali rencana itu aku hancurkan." Sesudah memastikan kalau kondisi aman: karena orang-orang masih sibuk di ruang depan, Dika lekas mendorong koper itu melalui pintu belakang. Ia juga menutupi wajahnya agar tidak ada yang mengenali. Lagi-lagi ia terbantu karena saar itu Galih sedang berada di depan menyambut para tamu yang berasal dari saudara jauh Kania. Dika lekas membawa tubuh Kania dan memasukannya ke mobil yang ia parkir di seberang rumah Galih. Ia sempat berpapasan dengan seorang petugas katering yang menanyakan mengenai koper yang sedang ia bawa, tapi Dika menjawab santai. "Ini hanya sound sistem." Karena petugas katering itu juga sedang sibuk menyiapkan penganan, ia langsung percaya dan tidak bertanya lebih lanjut. Tak lama setelah Di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status