“Bagaimana bisa dia ada di sini?” batin Shena dengan mata terbelalak.
Lelaki itu tetap memandangi Shena dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celananya. Sengaja membuat Shena terintimidasi. Kebetulan sekali, polisi dan ketua RT pergi meninggalkan Shena di kamar jenazah sendiri.
Di saat Shena tengah sendiri, lelaki itu datang lalu menutup pintu kamar mayat. Herannya petugas kamar mayat pun tidak ada di sana.
“Apa tujuanmu menjebakku semalam?” tanya lelaki itu dengan nada rendah tetapi penuh penekanan.
Shena membulatkan mata saat lelaki itu menutup pintu. Perempuan itu mundur hingga berakhir ditepian pintu pendingin mayat. Jantungnya berdebar sangat kencang dengan pipi yang masih basah oleh air mata.
“Aku tidak—“ belum selesai bicara, lelaki itu langsung memotong.
“Bohong! Berani-beraninya kamu menjebak Aryan Mahendra. Kamu pasti sudah tahu akibatnya, kan!” bentak Aryan sambil melayangkan tangan hendak ke pipi Shena tetapi meleset ke pintu pendingin.
Shena gemetar bukan main. Sepertinya hari ini dia akan menyusul orang tuanya. “Tidak! Kamu sendiri yang meniduriku. Aku yang dirugikan!” bantah Shena gemetar.
Aryan mengangkat dagu Shena kasar. Lelaki itu memandangi Shena dengan tatapan jijik dan penuh kebencian.
“Dirugikan? Kamu harus membayar kesalahan kakakmu yang telah mengambil kekasihku!”
Shena menelan salivanya. Ternyata Aryan masih menyimpan dendam itu. Melawan Presdir MnM Factory tidaklah mungkin. Apalagi perusahaan ayahnya masih memasok kain batik kepada perusahaan tersebut.
“Mengambil kesucianku saja masih belum cukup? Kamu mau apalagi?” tantang Shena dengan suara bergetar.
Aryan melepaskan cengkraman tangannya dari dagu Shena. Presdir itu tidak mendengar suara langkah mengikutinya. Dia menoleh dan mendapati Shena membeku dengan mata terbelalak. Tidak tinggal diam, Aryan segera menghampiri dan memagut bibirnya begitu saja.
Kesadaran Shena kembali saat bibir lelaki itu mendarat. Kedua tangannya mendorong dada bidang Aryan kuat-kuat, tetapi tenaga presdir itu jauh diatasnya.
“Lelaki tidak waras!” umpat Shena sambil mengatur napasnya yang tersengal.
Aryan enggan menanggapi perkataan perempuan itu. Kebenciannya kepada keluarga Shena harus dituntaskan. Tangan kekarnya memegangi pergelangan tangan Shena kuat, menariknya hingga keluar dari kamar mayat. Polisi dan Ketua RT itu pun kembali dan bertemu Shena dan Aryan.
“Shena, kamu mau kemana?” tanya Pak RT.
“Kami sedang ada urusan. Urusan jenazah akan saya serahkan kepada asisten saya.” Aryan tidak membiarkan Shena menjawab.
Pak RT dan Polisi itu mengangguk dan tidak lama mereka didatangi anak buah Aryan kemudian melakukan pengurusan jenazah bersama. Sedangkan Shena terpaksa mengikuti kemana lelaki itu membawanya.
Aryan membawanya pergi ke sebuah kawasan elit ibukota. Meskipun Shena datang dari keluarga berada, tetapi kasta Aryan Mahendra jauh di atasnya. Mobil mereka berhenti di depan rumah dengan pagar besar dan lebar. Pintu gerbang terbuka, dan di halaman rumah utama, terlihat asisten rumah sudah berjajar seolah hendak menyambut.
“Keluar!” titah Aryan sembari keluar dari mobil sport hitam kesukaannya.
Shena tidak berani membantah, menuruti semua perintah Aryan. Sejujurnya Shena bisa saja lari, tetapi dia harus lari kemana. Dia mencoba menghubungi kekasihnya sepanjang perjalanan menuju rumah yang terbakar, tetapi hanya mailbox yang menjawab. Dia juga mencoba menghubungi sahabatnya tetapi jawabannya sedang berada di luar kota.
“Selamat pagi, Tuan Muda,” sambut para asisten rumah.
“Pagi,” jawab Aryan dingin.
Shena tidak berani mengangkat kepala. Perempuan itu berjalan mengikuti Aryan tanpa menoleh kanan dan kiri. Lelaki itu kembali mencengkram pergelangan tangannya, menyeret dengan kasar hingga akhirnya mereka memasuki sebuah ruangan kerja dan terlihat ada lelaki beruban berdiri sambil memegang sebuah cangkir.
“Jelaskan, kekacauan apa yang akan kamu buat?” tanya pria tua itu dengan nada rendah.
“Aku mau menikahi gadis ini!” jawab Aryan.
Shena menoleh dengan mata membulat sempurna. Selama ini dia pikir, nasibnya akan sama seperti perempuan yang dikabarkan menghilang setelah menggoda Aryan. Akan tetapi, pernikahan adalah hal yang sakral. Mana mungkin Aryan memilih wanita yang notabenenya adalah adik dari lelaki yang telah merebut kekasihnya.
Pria tua itu membalikkan tubuhnya, meletakkan cangkir dalam genggamannya di atas meja. Netranya memandangi Shena dari atas hingga bawah. Terdengar dengusan napas kasar seolah menahan emosi.
“Apa kamu tahu konsekuensinya? Bukankah lebih baik kamu menikahi perempuan dari kolega bisnis kita?” tanyanya memastikan lagi.
Shena kembali terkejut saat tahu orang yang di hadapannya ini adalah salah satu orang berpengaruh di dunia bisnis. Bahkan sudah berkali-kali masuk koran bisnis juga menjadi pembicara di setiap acara motivasi perencanaan keuangan. Shena bahkan mengagumi sosok Mahatma Mahendra yang terkenal dermawan berbanding terbalik dengan putranya sendiri.
“Aku sudah yakin. Aku akan membuatnya terus hidup walau dia sendiri menginginkan kematian!” tegas Aryan penuh keyakinan.
Mahatma menoleh kembali ke arah Shena, memandangi gadis muda dengan penampilan sedikit acak-acakan. Dia tahu, perempuan yang dibawa anaknya adalah putri dari Bimantara Prasetyo. Bahkan berita kematiannya sudah tersebar di jagat dunia maya.
“Tolong, jangan izinkan dia menikah denganku. Kumohon,” pinta Shena memelas dengan air mata yang berderai membasahi pipi.
Mahatma menggerakkan bola mata ke arah Aryan kembali. Senyuman simpul terlihat jelas di paras tuanya. Shena sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Sepertinya hidup di neraka segera dimulai.
“Mari kita sambut kedua mempelai kita,” ucap Pembawa acara sembari bertepuk tangan.Riuh suasana pesta pernikahan yang digelar secara sederhana untuk seorang Presdir MnM Factory. Terlihat banyak tamu undangan yang hadir mengucapkan selamat untuk Aryan juga Shena. Mereka sempat tidak percaya karena beberapa waktu lalu mereka baru saja menghadiri pesta pertunangan Shena juga kekasihnya.Shena tidak bisa menyembunyikan kesedihannya, wajahnya enggan menampakkan wajah ceria meskipun itu bohong. Tepat seminggu setelah kematian orang tuanya, Shena harus menggelar pernikahan yang tidak diinginkannya. Sosok yang diharapkan menjadi penyelamatnya pun tidak kunjung tiba.“Cepat tersenyum!” titah Aryan dengan berbisik ke telinga istrinya.“Apa senyumku ini kurang tulus bagimu?” tanya Shena.Shena menoleh ke arah Aryan, sambil menarik garis bibirnya. Senyumnya dibuat selebar mungkin dengan bola mata seakan ada cinta membara di antara mereka.Jantung Aryan berdebar sangat kencang saat melihat tatapa
“Cepat katakan alasannya!” desak Shena dengan suara bergetar. Tangannya mencengkram pinggang Aryan dengan kuat.“Akan kujawab setelah resepsi.” Aryan melepaskan tangan Shena dari pinggangnya lalu pergi sambil tersenyum penuh kemenangan.Resepsi pernikahan pun telah usai. Shena sudah tidak sabar dengan jawaban dari Aryan tentang penyebab kematian orang tuanya. Dia tidak peduli meski harus berlutut sekali pun untuk mendapatkan jawabannya. Shena terus mengikuti kemana Aryan pergi hingga akhirnya mereka berhenti di kamar pengantin yang dihiasi taburan kelopak mawar merah.“Aryan Mahendra! Cepat jelaskan apa penyebab kematian orang tuaku?” desak Shena sudah mulai hilang kesabaran.Tangan lelaki itu memegang lengan istrinya kuat. Retinanya fokus, tidak bergerak sedikit pun, sengaja ingin mengintimidasi Shena.“Ck,ck,ck, sepertinya kamu tidak paham statusmu di sini adalah budakku!” tegas Aryan.Shena tidak gentar hanya dengan tatapan Aryan. Baru saja dia menikah, statusnya adalah istri bukan
“Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa masuk rumah ini?” tanya Aryan sambil meletakkan alat makan di samping piringnya.“Aku Alan Surya Kencana, tunangan Shena. Kemana kamu membawa calon istriku? Kenapa kamu menikahinya tanpa memberitahuku? Beraninya kamu merebut dia, kembalikan Shena padaku!” geram Alan dengan tangan yang mengepal kuat.Aryan mengelap mulut dengan serbet yang berada di pangkuannya. Terdengar embusan napas berat sembari beranjak dari tempatnya berada. Di saat yang sama Shena datang dengan wajah kesalnya. Dia hendak mengambil minum ke dapur, tetapi langkahnya terhenti saat melihat Alan berada di rumahnya.“Alan!” cetus Shena. Matanya berkaca-kaca tetapi tangannya mengepal erat. Sebelum dia menikah dengan Aryan, selama beberapa hari ini dia bahkan tidak mendapatkan kabar apapun dari kekasihnya itu. Seharusnya Alan berada di garda terdepan menjadi penyelamatnya.Alan menoleh ke arah suara berasal. Netranya melihat Shena berdiri dengan mata memerah. Lelaki itu tanpa ragu segera
“Apa yang kamu lihat, Cantik?” tanya Archi sambil berbisik kepada Shena.Shena terperanjat hingga menabrak pot bunga yang ada di tepian halaman depan rumah Clara. Sontak orang yang berada di dalam rumah itu terkejut lalu mengintip ke arah jendela. Mereka melihat Shena dan Archi sedang berdiri, memandangi satu sama lain.“Apa mereka melihat kita?” tanya Clara sambil menoleh ke arah orang yang ada di depannya.“Cepat cek!” titah orang itu.Clara keluar dari rumah, dia melihat Shena seperti orang ketakutan. Meski terpaksa, perempuan itu terpaksa bersikap baik di depan sahabatnya.“Shena, kamu kenapa?” tanya Clara.Shena menoleh ke arah Clara. Dia yakin kalau tadi yang dia lihat Clara bersama Alan. Mereka seperti orang sedang bermesraan.“Ra, ada hubungan apa kamu dengan Alan?” tanya Shena serius.Clara mendengus keras. Bibirnya sedikit mengerucut tetapi kebohongan masih harus berlanjut. Perempuan itu mendekat ke arah Shena. Dia memegang kedua bahu Shena, mencoba meyakinkan sahabatnya itu
Suasana hening sesaat ketika semua mata tertuju pada perempuan dengan wajah babak belur. Petir tiba-tiba saja menggelegar di saat langit malam yang dipenuhi bintang. Angin kencang mulai berembus, mengibaskan rambut panjang Shena yang tergerai.“Aryan, maafkan aku,” isak perempuan yang sedang menatap Aryan dan Shena.Shena menatap Aryan juga perempuan itu berulang kali. Pegangan tangan suaminya kini mulai melemah, perlahan menurun lalu terlepas.“Sisil, kenapa kamu di sini?” tanya Aryan dengan sedikit bergetar seperti menahan tangis.Prisilia segera berlari menghampiri Presdir MnM itu sambil berurai air mata. Tanpa ragu dia merengkuh Aryan di depan Shena yang notabenenya adalah istri sahnya.“Aryan maafkan aku sudah melukai hati juga meninggalkanmu. Aku khilaf karena memilih Dion menjanjikan bisa hidup sebebas burung di angkasa. Nyatanya
“Aryan tidak mungkin jatuh cinta pada perempuan lain, tidak boleh!” gerutu Prisilia dalam hati.Ada perasaan aneh di hati Shena saat Aryan mendekap tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang, seakan waktu berhenti dan perasaan ini tidak pernah dialami saat bersama Alan.Prisilia tidak mau Aryan dan Shena menjadi dekat. Dia harus membuat mereka berpisah. Otaknya berpikir dengan keras. Mata memicing dan senyumnya tertahan saat menemukan sebuah ide cemerlang.“Aaah!” jerit Prisilia sembari terjatuh ke aspal. Perempuan itu terlihat lemas tidak berdaya.Aryan segera menoleh ke arah Prisilia. Shena pun turut menoleh ke arah perempuan itu. Pelukan Aryan yang melemah, Shena segera mengambil kesempatan. Dia mendorong dada Aryan dengan kedua tangan. Tenaganya hanya tersisa sedikit karena belum sempat makan bahkan setelah melakukan malam pertama rasa kedua.
Napas Shena tertahan sesaat. Jantungnya berdebar begitu cepat karena sudah pasti tamat riwayat. Perempuan itu enggan untuk melihat siapa yang ditabraknya. Dia mengambil satu langkah ke belakang, tetapi ada yang menangkap lengan Shena cukup kuat. “Lepaskan aku!” pinta Shena sambil menepis tangan tersebut. “Anda pasien di rumah sakit ini. Kenapa Anda berkeliaran sambil memegang infus?” tanya lelaki itu. Suara bariton terdengar begitu familiar di telinga Shena. Itu bukanlah suara Aryan, pikirnya. Shena memberanikan diri untuk menatap orang di hadapannya. Namun, retinanya tidak dapat mengenali orang tersebut. “Saya bosan, mau cari udara segar,” jawab Shena mencari alasan. Lelaki itu tersenyum lalu melepaskan genggaman tangannya. Dia kemudian memanggil salah satu perawat untuk mengambilkan kursi roda untuk Shena. “Kalau begitu biar saya antar saja. Kebetulan saya mau berkeliling rumah sakit,” tawarnya. “Baiklah,” jawabnya. Shena mengangguk saja karena tidak punya pilihan lain. Baru
“Kenapa Aryan belum juga kembali? Aku … akulah wanita satu-satunya di hati Aryan. Tidak mungkin dia berpaling begitu mudah dan aku tahu sifatnya seperti apa. Aku akan membuat Shena tersingkir!” gerutu Prisilia sambil berdiri di depan jendela kamar.Mata Prisilia terbuka lebar saat mobil lamborghini mulai memasuki halaman rumah. Perempuan itu segera berlari menuruni anak tangga, menyambut kedatangan Aryan. Senyumnya begitu lebar penuh harap. Binar matanya pun memancarkan aura bahagia. Namun, saat dirinya sampai di depan pintu masuk, Terlihat Aryan sedang menggendong Shena. Walaupun tatapannya dingin tetapi Prisilia yakin kalau lelaki itu sudah tersihir pesona lugu milik Shena.“Ary, dia kenapa?” tanya Prisilia sambil memasang wajah sedih meskipun sebenarnya dia marah.Aryan tidak menggubris pertanyaan dari Prisilia. Lelaki itu harus memastikan jika Shena tidak kabur dari rumah ini. Ent