Share

Pembalasan Manis Istri Lugu Presdir
Pembalasan Manis Istri Lugu Presdir
Penulis: Ratu Coblak

Malam Yang Membara

[Shena, kamu sudah janji ya. Hotel Diamond nomor 1501. Ini kuncinya, jangan lupa pakai gaun yang sudah kukirimkan kemarin.]

Shena menatap layar ponselnya lekat-lekat. Ada sebuah keraguan, jantungnya pun berdebar sangat kencang. Hari pernikahan bersama kekasihnya tinggal menghitung hari, tetapi kenapa kekasihnya itu menginginkan hal yang sebenarnya bisa diraihnya.

Shena menghela napas panjang. Dia menengadahkan kepala sembari terus berpikir apa yang dilakukannya ini benar atau salah. Perempuan itu berdandan sangat cantik, rambutnya dibiarkan panjang terurai dengan sedikit curly di bagian bawahnya. Gaun merah mini dengan bagian dada cukup rendah membuatnya sedikit tidak nyaman.

“Tenanglah Shena, sebentar lagi kamu akan menikah, jadi tidak usah khawatir,” monolog Shena sembari mengepalkan kedua tangannya seolah memberi semangat.

Seorang asisten rumah menghampiri Shena. Dia memberikan segelas minuman seperti permintaan majikannya. Perempuan itu menghabiskan air minum itu lalu pergi ke hotel yang dimaksud.

Sepanjang perjalanan menuju hotel, Shena merasakan tubuhnya menjadi lebih sensitif. Sesampainya di depan kamar tersebut, Shena sempat ragu. Tangannya dibiarkan menggantung dekat gagang pintu.

“Ada apa dengan tubuhku?” batin Shena mulai gelisah. Dia merasakan darahnya berdesir, jantungnya pun berdebar kencang. Dia memasuki ruangan, netranya mengedar ke sekeliling ruangan tetapi tidak ada orang yang dinantinya.

“Kemana dia?” Shena berdiri di depan tempat tidur, menanti kekasihnya.

Tidak lama terdengarlah suara pintu terbuka. Suara pantopel terdengar jelas di telinga Shena semakin lama semakin mendekat. Jantung Shena berdebar tidak karuan, dia menoleh dan menemukan siluet tubuh seorang lelaki terlihat dari dinding kamar. Cahaya minim membuat pandangannya tidak fokus. Dia sedikit terlihat lebih tinggi tetapi Shena yakin kalau itu kekasihnya.

“Sayang,” panggil Shena lembut.

“Hmmm,” erang Lelaki itu berjalan sempoyongan seolah akan terjatuh. Dia hampiri Shena dan membuatnya dalam posisi tersudut. Dalam pandangan sayup dan sedikit kabur karena pengaruh alkohol, baginya Shena adalah perempuan yang telah lama dirindukannya.

Indera pendengaran Shena merasakan sebuah perbedaan pada suara orang yang ada di hadapannya. Namun, bibirnya langsung terkunci oleh bibir lelaki itu. Rasanya begitu menggairahkan setiap kali mereka saling bersentuhan. Lelaki itu mengusap wajah perempuan yang ada di hadapannya lembut dan penuh hasrat

Malam terasa syahdu saat sinar rembulan yang menerangi tubuh keduanya. Jantung keduanya berdebar saat hasrat mulai menguasai seluruh tubuhnya. Shena dan lelaki itu berpegangan erat, menikmati setiap detik yang dilewati begitu membara. Semakin lama permainan semakin panas hingga mereka melakukan pelepasan yang sempurna. Keduanya terlelap lelah sambil berpelukan.

Keesokan harinya, sinar matahari mulai menyilaukan mata Shena. Perempuan itu sempat tersenyum saat mengingat begitu panasnya semalam. Namun, perlahan senyumnya menghilang saat menoleh ke arah lelaki yang sedang memeluknya.Napasnya tertahan saat mengamati wajah lelaki yang masih tertidur pulas. Dia merasa familiar dengan wajahnya, seperti sering melihatnya.

“Mati aku!” batin Shena. Dia mengigit bibirnya kuat. “ Bisa-bisanya aku tidur dengan pria paling kejam di negeri ini. Ya Tuhan, bagaimana kalau dia bangun lalu memenjarakanku karena dianggap telah menjebaknya?”

Bola mata Shena terus bergerak ke kanan dan kiri. Perempuan itu menuruni ranjang perlahan, memakai pakaiannya lalu berjalan keluar dengan mengendap.

“Siapa kamu?” tanya lelaki itu yang dengan cepat meraih pergelangan tangan Shena.

Shena semakin panik. Lelaki ini bukan orang sembarangan. Semua orang di negeri ini tahu, dia begitu kejam dan bisa memasukkan orang ke penjara dengan mudah. Apalagi banyak rumor mengatakan kalau dia melenyapkan wanita yang mencoba menjebak untuk menghabiskan malam bersamanya.

“Maaf!” Shena menepis tangan lelaki itu kuat. Dengan cepat dia berlari sambil menenteng tas, walaupun sekujur tubuhnya lemas.

“Jangan lari!” pekik lelaki itu.

“Jangan sampai aku tertangkap! Aku tidak mau pernikahanku batal. Aku tidak mau!” gumam Shena sampai keringat dingin. Dia memesan taksi untuk segera pulang ke rumahnya.

Sepanjang perjalanan pikiran Shena benar-benar kacau. Saat taksi tersebut memasuki komplek perumahan, terlihat ada kepulan asap hitam membumbung menyelimuti langit. Terlihat ada mobil pemadam memasuki area perumahan.

Benar saja, Perasaan gundah Shena terjawab dengan kenyataan jika asap hitam tadi berasal dari rumahnya. Skleranya dipenuhi air mata yang sudah siap menuruni pipi. Tanpa berpikir lagi Shena keluar dari taksi berteriak histeris.

“Papa, Mama, kalian di mana?” teriak Shena sambil berusaha lari menuju rumahnya yang terbakar.

“Jangan ke sana Shena, bahaya! Kedua orang tuamu sudah dibawa ke rumah sakit. Ikut dengan saya ke rumah sakit bersama Pak Polisi, ya,” ajak ketua RT tersebut.

Shena mengangguk, dia diantar oleh RT dan polisi menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, tangis Shena pecah saat menemukan kedua orang tuanya sudah terbaring tidak bernyawa. Tubuh mereka terbakar dan hampir saja tidak dikenali.

“Papa, Mama!” isak Shena yang langsung terduduk lemas.

Perasaan hancur dirasakan sudah. Dia sudah mendapatkan double kill dalam satu waktu. Kehilangan kesucian oleh musuh keluarga juga orang tua yang paling dia sayangi.

Di saat kesedihannya memuncak, sudut mata Shena mendapati seseorang berdiri memandanginya tajam. Ternyata dia adalah lelaki yang telah menghabiskan malam pertama dengannya. Senyuman lelaki tampan itu terlihat menyeramkan dan membuat bulu kuduk Shena merinding seketika.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status