“Mari kita sambut kedua mempelai kita,” ucap Pembawa acara sembari bertepuk tangan.
Riuh suasana pesta pernikahan yang digelar secara sederhana untuk seorang Presdir MnM Factory. Terlihat banyak tamu undangan yang hadir mengucapkan selamat untuk Aryan juga Shena. Mereka sempat tidak percaya karena beberapa waktu lalu mereka baru saja menghadiri pesta pertunangan Shena juga kekasihnya.
Shena tidak bisa menyembunyikan kesedihannya, wajahnya enggan menampakkan wajah ceria meskipun itu bohong. Tepat seminggu setelah kematian orang tuanya, Shena harus menggelar pernikahan yang tidak diinginkannya. Sosok yang diharapkan menjadi penyelamatnya pun tidak kunjung tiba.
“Cepat tersenyum!” titah Aryan dengan berbisik ke telinga istrinya.
“Apa senyumku ini kurang tulus bagimu?” tanya Shena.
Shena menoleh ke arah Aryan, sambil menarik garis bibirnya. Senyumnya dibuat selebar mungkin dengan bola mata seakan ada cinta membara di antara mereka.
Jantung Aryan berdebar sangat kencang saat melihat tatapan Shena. Perasaan yang pernah menghilang dalam dirinya. Aryan memalingkan wajahnya segera, tidak mau hanyut dalam permainan yang baru saja dimulai.
“Papa senang akhirnya kamu menikah, Ary.” Mahatma memeluk putranya, mengusap punggungnya penuh haru.
“Jangan terlalu senang, Pah,” jawab Aryan dingin.
Shena tidak bisa menahan air matanya saat melihat Mahatma memeluk putranya. Dia teringat orang tuanya juga yang sudah kembali ke Sang Pencipta. Perasaan rindu sekaligus haru bercampur jadi satu.
“Jangan menangis di hari bahagiamu, menantuku.” Mahatma menyeka air mata yang membasahi pipi Shena.
Shena mengangguk penuh haru. Mahatma juga memberikan pelukan hangat layaknya seorang ayah kepada menantunya. Setidaknya tindakan Mahatma bisa meredakan kerinduan yang tidak akan pernah terbayar sampai kapanpun.
“Jangan drama kalian!” ketus Aryan dengan mata mendelik melihat ayah dan istrinya seperti orang yang sudah lama tidak bertemu.
Mahatma tersenyum lalu melepaskan pelukannya. Dia yakin Aryan akan melupakan kisah cinta masa lalu yang kelam.
“Jadilah suami yang baik, Aryan,” pungkas Mahatma sembari meninggalkan kedua mempelai.
Dari kejauhan terlihat ada seseorang yang memperhatikan kedua mempelai. Matanya tajam seolah tidak puas pada pertunjukan di hadapannya.
“Bukankah aku sudah menyuruhmu menjebak Aryan dan membuat sebuah skandal? Kenapa yang ada dia menikahi adik musuhnya sendiri?” geram lelaki itu pada seseorang di sampingnya.
“Maaf Tuan, saya sudah menjebaknya tetapi saya pikir Aryan akan marah besar dan menghilangkan nyawa perempuan itu seperti rumor yang beredar,” jawab orang itu dengan nada bergetar.
“Dasar tidak berguna!” Lelaki itu menggeplak kepala pesuruhnya. Dia kemudian menghampiri Aryan dan Shena yang sedang menyapa para tamu.
Di depan semua orang, Shena dan Aryan terlihat seperti pasangan yang saling jatuh cinta. Shena terpaksa melakukan itu supaya Aryan mau memberitahu penyebab kematian orang tuanya.
“Wah, wah, wah. Selamat atas pernikahan kalian.” Lelaki itu bertepuk tangan sambil menyeringai.
Raut wajah Aryan seketika berubah masam. Shena dapat melihat jelas perubahan suasana hati suaminya. Perempuan itu meraih jemari Aryan, menggenggamnya dengan erat.
“Tamu tak diundang!” ketus Aryan.
Lelaki itu adalah Archimedes Mahendra, sepupu Aryan yang begitu menginginkan jabatan Aryan sebagai presdir MnM Factory. Mereka sudah lama terlibat perseteruan, tetapi keahlian Aryan memang berada di atas Archi.
Archi tertawa puas. “Sepupuku menikah, mana mungkin aku tidak datang. Meskipun kamu tidak mengundangku, tapi kamu mengundang keluargaku. Sudah jelas, bukan!”
Aryan merasakan Shena menggenggam jemarinya erat. Dia menoleh ke arah Shena menatap wajah istrinya dengan alis yang mengkerut.
“Terima kasih atas ucapannya. Maaf kami harus pergi menyapa tamu lain,” ucap Shena menutup pembicaraan yang terasa tidak menyenangkan.
Shena menarik jemari Aryan, membawanya pergi menjauh dari Archi. Melihat dari tatapan sepupu suaminya, Shena tahu kalau mereka tidak akur.
Melihat pemandangan seperti ini membuat dada Archi semakin bergemuruh. Shena seperti ingin melindungi Aryan dan itu membuatnya semakin tidak nyaman.
“Mereka tidak boleh jatuh cinta! Aku harus menghentikannya!” Archi kesal bukan main. Tangannya meremas bunga mawar yang ada di atas meja tamu. Terlihat ada darah di telapak tangan yang terkena duri mawar.
Saat jarak mereka semakin menjauh dengan Archi, Shena bergegas melepaskan genggamannya.
“Aku sudah menyelamatkanmu dari saudara menyebalkan itu. Jadi kamu berhutang satu padaku!” Shena melipat tangan sambil memandang tajam suaminya.
Aryan mendengus sembari memalingkan kepalanya. Senyumnya terlihat seperti orang yang sedang merendahkan. “Siapa yang memintamu berbuat seperti itu? Aku tidak punya hutang apapun kepadamu!”
Shena mendekat ke arah Aryan, memperpendek jarak di antara mereka. Perempuan itu tidak mau ditindas. Dia menarik kerah tuxedo milik suaminya. “Jangan sombong nanti kamu akan menyesalinya, Tuan Angkuh!”
Aryan memegang kedua tangan Shena kuat. Dia tidak suka diintimidasi oleh siapapun terlebih lagi dari seorang perempuan yang terlihat lemah. Dengan cepat dirinya memindahkan tangan Shena ke arah pinggangnya, seolah Shena hendak memeluknya.
“Apa kamu tidak penasaran, kenapa rumahmu bisa terbakar? Apa kamu pikir kematian orang tuamu itu wajar?”
“Cepat katakan alasannya!” desak Shena dengan suara bergetar. Tangannya mencengkram pinggang Aryan dengan kuat.“Akan kujawab setelah resepsi.” Aryan melepaskan tangan Shena dari pinggangnya lalu pergi sambil tersenyum penuh kemenangan.Resepsi pernikahan pun telah usai. Shena sudah tidak sabar dengan jawaban dari Aryan tentang penyebab kematian orang tuanya. Dia tidak peduli meski harus berlutut sekali pun untuk mendapatkan jawabannya. Shena terus mengikuti kemana Aryan pergi hingga akhirnya mereka berhenti di kamar pengantin yang dihiasi taburan kelopak mawar merah.“Aryan Mahendra! Cepat jelaskan apa penyebab kematian orang tuaku?” desak Shena sudah mulai hilang kesabaran.Tangan lelaki itu memegang lengan istrinya kuat. Retinanya fokus, tidak bergerak sedikit pun, sengaja ingin mengintimidasi Shena.“Ck,ck,ck, sepertinya kamu tidak paham statusmu di sini adalah budakku!” tegas Aryan.Shena tidak gentar hanya dengan tatapan Aryan. Baru saja dia menikah, statusnya adalah istri bukan
“Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa masuk rumah ini?” tanya Aryan sambil meletakkan alat makan di samping piringnya.“Aku Alan Surya Kencana, tunangan Shena. Kemana kamu membawa calon istriku? Kenapa kamu menikahinya tanpa memberitahuku? Beraninya kamu merebut dia, kembalikan Shena padaku!” geram Alan dengan tangan yang mengepal kuat.Aryan mengelap mulut dengan serbet yang berada di pangkuannya. Terdengar embusan napas berat sembari beranjak dari tempatnya berada. Di saat yang sama Shena datang dengan wajah kesalnya. Dia hendak mengambil minum ke dapur, tetapi langkahnya terhenti saat melihat Alan berada di rumahnya.“Alan!” cetus Shena. Matanya berkaca-kaca tetapi tangannya mengepal erat. Sebelum dia menikah dengan Aryan, selama beberapa hari ini dia bahkan tidak mendapatkan kabar apapun dari kekasihnya itu. Seharusnya Alan berada di garda terdepan menjadi penyelamatnya.Alan menoleh ke arah suara berasal. Netranya melihat Shena berdiri dengan mata memerah. Lelaki itu tanpa ragu segera
“Apa yang kamu lihat, Cantik?” tanya Archi sambil berbisik kepada Shena.Shena terperanjat hingga menabrak pot bunga yang ada di tepian halaman depan rumah Clara. Sontak orang yang berada di dalam rumah itu terkejut lalu mengintip ke arah jendela. Mereka melihat Shena dan Archi sedang berdiri, memandangi satu sama lain.“Apa mereka melihat kita?” tanya Clara sambil menoleh ke arah orang yang ada di depannya.“Cepat cek!” titah orang itu.Clara keluar dari rumah, dia melihat Shena seperti orang ketakutan. Meski terpaksa, perempuan itu terpaksa bersikap baik di depan sahabatnya.“Shena, kamu kenapa?” tanya Clara.Shena menoleh ke arah Clara. Dia yakin kalau tadi yang dia lihat Clara bersama Alan. Mereka seperti orang sedang bermesraan.“Ra, ada hubungan apa kamu dengan Alan?” tanya Shena serius.Clara mendengus keras. Bibirnya sedikit mengerucut tetapi kebohongan masih harus berlanjut. Perempuan itu mendekat ke arah Shena. Dia memegang kedua bahu Shena, mencoba meyakinkan sahabatnya itu
Suasana hening sesaat ketika semua mata tertuju pada perempuan dengan wajah babak belur. Petir tiba-tiba saja menggelegar di saat langit malam yang dipenuhi bintang. Angin kencang mulai berembus, mengibaskan rambut panjang Shena yang tergerai.“Aryan, maafkan aku,” isak perempuan yang sedang menatap Aryan dan Shena.Shena menatap Aryan juga perempuan itu berulang kali. Pegangan tangan suaminya kini mulai melemah, perlahan menurun lalu terlepas.“Sisil, kenapa kamu di sini?” tanya Aryan dengan sedikit bergetar seperti menahan tangis.Prisilia segera berlari menghampiri Presdir MnM itu sambil berurai air mata. Tanpa ragu dia merengkuh Aryan di depan Shena yang notabenenya adalah istri sahnya.“Aryan maafkan aku sudah melukai hati juga meninggalkanmu. Aku khilaf karena memilih Dion menjanjikan bisa hidup sebebas burung di angkasa. Nyatanya
“Aryan tidak mungkin jatuh cinta pada perempuan lain, tidak boleh!” gerutu Prisilia dalam hati.Ada perasaan aneh di hati Shena saat Aryan mendekap tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang, seakan waktu berhenti dan perasaan ini tidak pernah dialami saat bersama Alan.Prisilia tidak mau Aryan dan Shena menjadi dekat. Dia harus membuat mereka berpisah. Otaknya berpikir dengan keras. Mata memicing dan senyumnya tertahan saat menemukan sebuah ide cemerlang.“Aaah!” jerit Prisilia sembari terjatuh ke aspal. Perempuan itu terlihat lemas tidak berdaya.Aryan segera menoleh ke arah Prisilia. Shena pun turut menoleh ke arah perempuan itu. Pelukan Aryan yang melemah, Shena segera mengambil kesempatan. Dia mendorong dada Aryan dengan kedua tangan. Tenaganya hanya tersisa sedikit karena belum sempat makan bahkan setelah melakukan malam pertama rasa kedua.
Napas Shena tertahan sesaat. Jantungnya berdebar begitu cepat karena sudah pasti tamat riwayat. Perempuan itu enggan untuk melihat siapa yang ditabraknya. Dia mengambil satu langkah ke belakang, tetapi ada yang menangkap lengan Shena cukup kuat. “Lepaskan aku!” pinta Shena sambil menepis tangan tersebut. “Anda pasien di rumah sakit ini. Kenapa Anda berkeliaran sambil memegang infus?” tanya lelaki itu. Suara bariton terdengar begitu familiar di telinga Shena. Itu bukanlah suara Aryan, pikirnya. Shena memberanikan diri untuk menatap orang di hadapannya. Namun, retinanya tidak dapat mengenali orang tersebut. “Saya bosan, mau cari udara segar,” jawab Shena mencari alasan. Lelaki itu tersenyum lalu melepaskan genggaman tangannya. Dia kemudian memanggil salah satu perawat untuk mengambilkan kursi roda untuk Shena. “Kalau begitu biar saya antar saja. Kebetulan saya mau berkeliling rumah sakit,” tawarnya. “Baiklah,” jawabnya. Shena mengangguk saja karena tidak punya pilihan lain. Baru
“Kenapa Aryan belum juga kembali? Aku … akulah wanita satu-satunya di hati Aryan. Tidak mungkin dia berpaling begitu mudah dan aku tahu sifatnya seperti apa. Aku akan membuat Shena tersingkir!” gerutu Prisilia sambil berdiri di depan jendela kamar.Mata Prisilia terbuka lebar saat mobil lamborghini mulai memasuki halaman rumah. Perempuan itu segera berlari menuruni anak tangga, menyambut kedatangan Aryan. Senyumnya begitu lebar penuh harap. Binar matanya pun memancarkan aura bahagia. Namun, saat dirinya sampai di depan pintu masuk, Terlihat Aryan sedang menggendong Shena. Walaupun tatapannya dingin tetapi Prisilia yakin kalau lelaki itu sudah tersihir pesona lugu milik Shena.“Ary, dia kenapa?” tanya Prisilia sambil memasang wajah sedih meskipun sebenarnya dia marah.Aryan tidak menggubris pertanyaan dari Prisilia. Lelaki itu harus memastikan jika Shena tidak kabur dari rumah ini. Ent
Aryan segera berlari meninggalkan Shena di kamar. Dia bersama asisten rumah pergi menghampiri Prisilia dan segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Sementara itu, Shena masih duduk di tepi bath tub sambil melamun.“Kalau Aryan pergi membawa Prisilia ke rumah sakit bersama anak buahnya, berarti rumah ini kosong. Apakah ini saat yang tepat untuk kabur dari rumah ini?” gumamnya.Shena keluar dari kamar, menengok kanan dan kiri membaca situasi. Dirasa sudah aman dia memutuskan melarikan diri. Perempuan itu tidak membawa apa-apa. Namun, ada satu tempat yang bisa dituju. Dia bisa berlindung di perusahaan ayahnya. Tidak mungkin perusahaan itu tidak berjalan, pasti masih ada beberapa direksi yang mengambil alih perusahaan tersebut.“Sepertinya aman, aku bisa pergi sekarang,” ucap Shena sambil terus menengok kanan dan kiri.Sepanjang perjalanan, Shena termenung. Nasibnya kenapa begitu buruk, dosa apa yang pernah dilakukannya hingga membuat terlunta macam ini. Jarak dari rumah Aryan menuju pe