“Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa masuk rumah ini?” tanya Aryan sambil meletakkan alat makan di samping piringnya.
“Aku Alan Surya Kencana, tunangan Shena. Kemana kamu membawa calon istriku? Kenapa kamu menikahinya tanpa memberitahuku? Beraninya kamu merebut dia, kembalikan Shena padaku!” geram Alan dengan tangan yang mengepal kuat.
Aryan mengelap mulut dengan serbet yang berada di pangkuannya. Terdengar embusan napas berat sembari beranjak dari tempatnya berada. Di saat yang sama Shena datang dengan wajah kesalnya. Dia hendak mengambil minum ke dapur, tetapi langkahnya terhenti saat melihat Alan berada di rumahnya.
“Alan!” cetus Shena. Matanya berkaca-kaca tetapi tangannya mengepal erat. Sebelum dia menikah dengan Aryan, selama beberapa hari ini dia bahkan tidak mendapatkan kabar apapun dari kekasihnya itu. Seharusnya Alan berada di garda terdepan menjadi penyelamatnya.
Alan menoleh ke arah suara berasal. Netranya melihat Shena berdiri dengan mata memerah. Lelaki itu tanpa ragu segera menghampiri Shena lalu merengkuhnya erat.
“Akhirnya aku menemukanmu setelah membaca berita di jejaring sosial. Shena kenapa kamu menikahi dia, bukankah kita akan menikah dua bulan lagi. Kenapa?” cecar Alan dengan suara parau.
“Lepaskan istriku!” tegas Aryan penuh penekanan.
Alan tidak mengindahkan perintah Aryan. Dia terus merengkuh Shena, membuat presdir tampan itu murka. Dengan langkah cepat, Aryan menghampiri Alan. Lelaki itu tanpa ragu menarik lalu memukul wajah Alan dengan keras.
“Alan!” panggil Shena. Pipinya mulai basah oleh tetesan air matanya.
Aryan menarik lengan Shena, membuat perempuan itu berdiri di belakangnya. Presdir MnM Factory tanpa ragu melindungi istrinya dari lelaki yang tidak pantas bersaing dengannya.
“Pergi dari rumahku!” usir Aryan dengan nada meninggi.
Alan tidak berhenti sampai di situ saja. Lelaki itu berdiri, mencoba meraih jemari Shena yang melenggang bebas.
“Shena, aku tahu kamu terpaksa melakukan pernikahan ini. Sekarang kamu pergi denganku, ya,” ajak Alan seperti orang tidak tahu malu.
Aryan segera menepisnya keras. Mengesalkan sekali melihat Shena diam saja padahal sudah jelas mereka sudah menikah dan semua ini harus berjalan sesuai rencananya.
“Lepaskan tangan kotormu itu!” bentak Aryan.
“Shena, tolong dengarkan aku. Kita pergi dari rumah ini. Kamu juga tidak mungkin tinggal dengan orang yang membencimu, bukan,” bujuk Alan tidak mau menyerah.
Shena kesal melihat Alan yang bertindak seperti pahlawan kesiangan. “Alan, selama ini kamu kemana? Saat di hotel kemarin, kamu menghilang tanpa jejak. Sekarang kamu datang di saat aku sudah menikah dengan lelaki lain. Apakah kamu tahu betapa takutnya aku saat itu?”
Alan kembali meraih jemari Shena, tetapi belum sempat tangannya menyentuh, Aryan segera menarik Shena masuk dalam peluknya.
“Sudah kubilang pergi!” usir Aryan dengan suara menggema ke segala penjuru.
Akhirnya para penjaga pun berdatangan saat mendengar teriakan Aryan. Semuanya seakan tidak menyadari kedatangan Alan, padahal kondisi penjagaan terasa cukup ketat.
“Maaf Bos, kita terlambat,” sesal salah satu ketua dari penjaga tersebut.
Penjaga-penjaga itu datang menyergap Alan yang berusaha mendekati Shena lagi. Namun, Alan terus saja berusaha untuk membujuk Shena pergi dari rumah itu.
“Shena, tolong dengarkan aku, saat itu aku tidak bisa datang ke hotel karena ada seseorang menyekapku. Kamu tahu kan, aku tidak pernah, membohongimu. Semua yang terjadi padamu itu ulahnya. Rumahmu terbakar juga ulahnya, Shena! Dia ingin membalas perbuatan kakakmu dengan menghancurkanmu!” teriak Alan dengan tubuh yang diseret oleh penjaga Aryan.
Aryan bergeming saat Alan berteriak seperti itu. Ekspresi wajahnya pun datar dan tidak terlihat seperti orang yang marah. Sedangkan Shena gemetar bukan main saat mendengar ocehan Alan.
Shena memandangi Aryan dengan tatapan penuh tanya. Tangannya menepis rangkulan Aryan lalu berpindah ke kerah kemejanya.
“Oh, jadi kamu pelakunya! Apa kamu sudah puas menghancurkanku, Aryan Mahendra?” geram Shena dengan suara paraunya.
Aryan mendesah pelan. “Aku baru saja memulainya, Shena. Kenapa kamu seperti orang yang baru tahu. Apa kamu tidak mencurigaiku?”
Shena menggeleng. Tubuhnya begitu lemas tak berdaya. Sejak awal dia memang tahu kalau Aryan hanya melampiaskan dendam kepadanya. Namun, menghilangkan nyawa itu rasanya begitu berlebihan. Bukankah memasukkannya ke penjara sudah cukup.
“Jangan harap aku akan menuruti semua perintahmu!” Shena berusaha berlari mengejar Alan dan meninggalkan Aryan.
Sementara itu, setelah diusir oleh penjaga Aryan, Alan berjalan menuju mobil yang terparkir di bahu jalan. Tidak lama ada sebuah mobil rubicon datang dan jendela kursi penumpangnya terbuka. Ada seseorang yang duduk di sana, dia menoleh memandangi Alan yang berdiri tegak.
“Apakah semua berjalan lancar?” tanya penumpang rubicon tersebut.
“Semua sudah kusampaikan, Tuan Archi. Apakah ada perintah yang baru, Tuan?” tanya Alan sambil tersenyum ala penjilat kelas kakap.
Archi tersenyum menyeringai puas mendengar ucapan Alan. Sepupu Presdir MnM itu pun menunjukkan bukti transfer kepada Alan.
“Ini adalah biasa jasamu. Sekarang aku minta bawa Shena itu pergi ke hadapanku, perempuan cantik itu tidak boleh kulewatkan. Aku juga ingin mencicipinya!” Archi tersenyum puas lalu menutup kaca jendelanya.
“Baik, akan kulaksanakan, Tuan,” pungkas Alan.
Di tempat lain, Shena sedang berlari keluar dari kediaman Aryan. Perempuan itu butuh penjelasan lain dari Alan. Anehnya, tidak ada satu penjaga pun yang mengadang seperti tadi. Shena berjalan mengejar mobil Alan yang hendak pergi meninggalkan bahu jalan.
“Alan! Alan!” teriak Shena memanggil kekasihnya.
Rubicon milik Archi berhasil menghalangi Shena. Lelaki itu membukakan pintu mobilnya.
“Kamu mau kemana, Istri sepupuku?” tanya Archi pura-pura ramah.
Shena terdiam saat pintu itu terbuka, seolah mengajaknya untuk masuk. Shena tidak mau jatuh ke tempat yang sama.
“Apa urusanmu? Pulanglah!” usir Shena sambil mencari jalan lain.
Archi memutar bola matanya kesal. Namun, dia harus membuat Shena jatuh ke pelukannya. “Bukankah kamu berteriak memanggil seseorang. Aku bisa mengantarkanmu ke tempat tujuan,” tawarnya.
“Tidak perlu,” tolak Shena baik-baik.
Perempuan itu tidak bisa mempercayai siapapun. Apalagi sedari tadi firasat dia selalu buruk saat memandang wajah Archi.
“Jangan begitu, Cantik. Aku tulus loh, membantumu,” bujuk Archi.
Merasa Archi seperti orang memaksa membuat Shena semakin terganggu. Perempuan itu berlari menjauhi Archi dan memilih melewati jalan kecil agar tidak dibuntuti. Dari kejauhan Aryan melihat Archi dan Shena sedang berbicara berdua. Perasaan kesalnya muncul. Lelaki itu memilih memasuki mobil lamborghini miliknya. Sudah saatnya dia menunjukkan siapa Aryan Mahendra sebenarnya.
“Shena, kamu pikir bisa lepas dengan mudah dari seorang Aryan Mahendra. Aku tidak akan membiarkanmu bebas sebelum dendamku terbalas!” Aryan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Berdasarkan penjelasan dari Brian, Shena memiliki sahabat bernama Clara dan hubungan mereka sangat dekat. Aryan memacu kendaraannya menuju kediaman Clara.
Sementara itu, Shena akhirnya sampai di depan rumah Clara setelah menaiki ojek yang sedang melintas. Untung saja dia masih memiliki sisa uang untuk melarikan diri dari Aryan Mahendra. Shena berjalan perlahan menuju pekarangan rumah Clara.
“Astaga!” Shena terbelalak saat melihat dari balik jendela sebuah pemandangan menyayat hati. Dia menutup mulut dengan tangannya.
Suasana di lantai lima apartemen tersebut terbilang sepi. Belum ada terlihat penghuni yang berkeliaran di sekitar sana. Isak tangis Shena terdengar begitu lirih memenuhi selasar apartemen tersebut. Terdengar suara langkah sepatu pantofel yang berjalan semakin mendekat.Shena tidak mau mengangkat kepalanya. Dia terlalu takut jika itu adalah Aryan. Meskipun suaminya, rasanya masih berat untuk melihat wajahnya saat ini. Namun, aroma wood yang melekat kuat di tubuh Aryan tidak tercium saat ini.“Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya suara bariton yang begitu familiar di telinga Shena.Shena mengangkat kepalanya, mencoba membuka mata dan melihat siapa yang berada di hadapannya kini. Meskipun matanya kurang jelas karena dipenuhi air mata, tetapi dia masih bisa mengenali orang itu adalah Edward. Lelaki itu menurunkan lututnya lalu mengusap wajah Shena tanpa ragu.“Hah,” jawab Shena.
“Brian cepat berikan laporan keuangan dan penjualan kita sekarang!” Aryan yang baru saja datang ke kantor langsung menyalakan komputernya. Dia segera melihat grafik penjualan selama setahun belakangan ini.“Baik Pak,” jawab Brian yang segera mengambil berkas laporan keuangan dan penjualan selama setahun belakangan ini.Aryan segera mencari file tentang statistik penjualan dan juga keuangan. Beberapa reject dari bahan mentah hingga barang jadi yang tertolak karena produk tidak sesuai dengan permintaan. Matanya berkunang-kunang saat melihat begitu banyak barang reject meskipun masih memberikan keuntungan tetapi tidak banyak.“Brian, kenapa pengeluaran bulan ini besar? Saya tidak pernah menyetujui proyek pembuatan pakaian ini. Kenapa sekarang proyek ini terlihat membengkak sedangkan penjualan masih dibawah margin?” tanya Aryan.Brian melihat di tabletnya file
Sejak pengakuan perasaan Aryan, hubungannya dengan Shena semakin membaik. Terakhir kali saat di pantai, mereka menghabiskan malam panas bersama diiringi dengan deburan ombak yang menggema di seisi cottage-nya. Saat bangun pagi, pipi Shena merona kemerahan. Dia merasa malu pada dirinya sendiri.Malam itu dirinya menjadi liar, seperti burung yang baru dilepaskan dari sangkar. Shena meliuk, mendesah semakin menggila saat Aryan memperlakukannya begitu lembut. Kali ini Aryan sudah tidak mempedulikan apapun. Dia ingin membina rumah tangga yang harmonis dengan Shena.“Aku akan memenuhi janji yang pernah kuucapkan saat kau pergi dari kamar itu. Aku akan menjadikanmu milikku dan tidak akan kubiarkan kau lepas,” gumam Aryan yang sedang menikmati lahan tersembunyi milik istrinya.Sinar mentari mulai memasuki kamar bernuansa industrialis milik Aryan. Kelopak mata Shena mulai terbuka perlahan saat s
Hubungan Alan dan Clara mulai tidak baik. Clara cemburu melihat Alan yang seolah mencoba mendekati Shena lagi. Perempuan itu semakin membenci Shena yang bertindak seperti wanita lugu tetapi nyatanya dia mahir memainkan perasaan lelaki.“Alan, kapan pernikahan kita segera dilaksanakan? Kamu tahu kan aku sedang hamil,” desak Clara sembari mengusap perutnya.Alan yang sedang membaca laporan seketika mengangkat kepalanya. Dia menatap tajam ke arah selingkuhannya itu. Napasnya terdengar berat dan tangan mulai mengepal.“Hamil? Kalau begitu kita lakukan USG sekarang juga,” tantang Alan yakin.Clara menelan salivanya kasar. Sudah pasti bualannya itu tidak akan mempan untuk Alan. Mereka adalah pasangan tukang ngarang handal yang sering membuat korbannya hancur.“Kenapa kamu enggak percaya sama aku? Kita melakukannya sering, Alan. Hampir setiap malam kamu tanam benih, kena
“Astaga!” Shena menutup mulut dengan tangannya.Aryan segera mendorong tubuh Prisilia. Dia tidak mau Shena salah paham dengan kelakuan mantan kekasihnya itu.“Apa-apaan ini!” Aryan mendorong tubuh Prisilia dan langsung menutup pintu kamar dan menguncinya.Shena tidak terkejut melihat Sisil melakukan tindakan seperti itu. Sejak awal pun dia memang berniat untuk merebut hati Aryan. Namun, kali ini Aryan dengan tegas mengeluarkannya dari kamar. Ada perasaan senang di hati Shena, mungkin suaminya benar-benar tulus ingin berubah.“Aku bisa jelaskan, Shena.” Aryan bergegas memegang kedua bahu istrinya.Shena mengangguk, “Sudahlah.”Aryan mengembuskan napas lega. Dia merangkul dan membawa Shena pergi ke meja makan untuk menikmati sarapan bersama. Mereka duduk di tepian jendela dengan pemandangan cantik yang disuguhkan oleh Tuhan untuk insan di bumi.Tangan Aryan mengusap dan mencium jemari istrinya. “Terima kasih sudah percaya padaku.”Sinar mentari mulai menyinari tempat mereka berada. Caha
Shena membeku, tidak bisa berkata-kata lagi. Matanya seperti ditaruh irisan bawang merah. Ungkapan ini tidak pernah dirinya dengar dari bibir Alan. Kisah cinta mereka hanya berawal dari pernyataan suka tanpa ada getaran seperti saat ini. Mata Shena dan Aryan saling beradu, menatap begitu dalam dan syahdu. Perlahan langit semakin menunjukkan warna aslinya. Taburan bintang mulai menghiasi langit kota. Suasana menggelap, tetapi secerca sinar temaram memberikan siluet indah di tempat itu. “Pembual!” umpat Shena mencoba mengalihkan suasana yang membuatnya terhanyut. Aryan tidak terpancing kata-kata provokatif Shena. Dia tahu, mana ada orang yang percaya dengan ucapannya setelah memaki dengan kasar. “Terserah, mau percaya atau tidak. Aku sengaja membawamu ke kantor, mengenalkan kepada klien dan investor hanya untuk memberitahu kepada seluruh dunia kalau aku memilikimu. Caraku memang tidak seindah rayuan Romeo atau Deni Cagur, tapi inilah aku.” Hati perempuan mana yang tidak terenyuh den