Share

Ke rumah Dela

Penulis: OptimisNa_12
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-16 10:34:48

Setelah Dela dan suaminya pulang, aku melihat ibu dan mas Arya yang sedang mengobrol di teras belakang. Aku berjalan menuju jendela yang tepat di belakang mereka, dengan hati-hati karena takut ketahuan aku menguping pembicaraan mereka.

"Ibu kenapa pinjamin BPKB mobilku ke Dela? kalau dia nggak bisa bayar angsurannya gimana? aku bisa kehilangan mobil, " ucap mas Arya.

"Ya kamu tinggal minta istrimu lagi dong, dia kan banyak duit, nyatanya mau beli tanah, " balas ibu.

"Nggak mau lah, masa iya aku dibelikan mobil sama istriku dua kali, gengsi dong, "

"Nggak usah gengsi-gengsian, yang penting kan punya mobil. "

'Gayamu belagak gengsi mas, kalau ku belikan beneran pasti juga dipakai, ' batinku.

"Bu, aku minta bagian dong dari uang gadai mobil, " ucap mas Bima.

"Buat apa? kamu kan sudah dapat dari Lisa. "

"Buat Risa dan cucu ibulah, bisa di amuk aku sama dia kalau nggak ngasih duit. "

"Iyaa, tapi dikit saja. "

Huh! nenek satu ini punya uang hasil gadai saja sama menantu siri hitung-hitungan apalagi sama aku menantu sahnya. Untung aku nggak butuh uangmu.

***

Pagi ini aku, mas Arya dan ibu akan ke rumah Dela untuk mengambil sertifikat rumah Dela. Sesampainya kami di sana, ada sebuah mobil terparkir di depan rumah Dela. Mobil Risa.

"Ayo mas, " mengajak mas Arya turun. "Mas? mas ...! " ucapku menepuk pundak mas Arya.

"Ekh, iya, ada apa? " tanya mas Arya kaget.

"Ya Allah Mas ... sudah selesai kan nyetirnya? ayo turun, " balasku.

Mas Arya melamun, mungkin dia heran kenapa mobil Risa bisa terparkir di rumah Dela sepagi ini.

"Assalamualaikum, Dela? " ucapku.

"Waalaiakumussalam, Mbak Lisa ada apa? "

"Kok ada apa, aku mau ambil sertifikat rumah, mana? " ucapku tanpa basa basi.

"Mm ... anu Mbak ... itu ... "

"Anu anu, mana? jangan banyak alasan ya. "

"Mana Del? buruan dong, aku keburu mau kerja nih, " ucap mas Arya.

"Sabar sedikit kalian itu, baru juga sampai, " ucap ibu membuka suara.

Dari arah belakang terdengar suara bayi menangis. Seketika Dela meninggalkan kami yang masih berdiri di depan pintu.

Oek ... !! oek ... !! oek.. !!

"Sebentar, " ucap Dela meninggalkan kami.

"Ada apa sih? " ucapku mengikuti langkah Dela masuk.

Mas Arya dan ibu pun ikut masuk karena penasaran dengan suara tangisan bayi. Ternyata bayi itu adalah Putra, anak mas Arya dan Risa.

"Bayinya Risa kan? " tanyaku berdiri di depan pintu kamar Dela.

"Iya Mbak,"

"Loh, apa belum kamu kembalikan? " tanyaku lagi. ??

"Sudah, tapi semenjak mas Doni pulang aku malah di suruh buat jadi pengasuhnya, katanya upahnya lumayan bisa buat tambah uang jajan Tiara. "

"Risa mana? kok mobilnya ada di luar? " tanya mas Arya.

"Lagi keluar sama mas Doni, " jawab Dela seraya keluar dari kamarnya melewatiku.

"Keluar? kemana? " tanya mas Arya mengikuti langkah Dela menuju ruang tamu.

"Kamu kenapa sih Mas? kepoin urusan orang, " tanyaku pada mas Arya.

"Aku kan cuma nanya. "

"Hmm ..., " mengulumkan bibirku.

"Aku coba gendong dong, " mengulurkan kedua tanganku.

"Ini Mbak, hati-hati ya kan Mbak Lisa belum pernah punya bayi, " ucap Dela memberikan Putra padaku.

"Iya iya, aku tau kok tanpa kamu bilang gitu aku juga sadar diri. "

Bayi yang lucu dan mengemaskan. Memang ini tujuan setiap orang menikah, memiliki keturunan.

Aku menatap mata Putra, menyenangkan, ada rasa kedamaian tersendiri melihat bayi yang tak berdosa ini.

"MasyaaAllah, bayinya mirip kamu ya Mas, " ucapku melihat bayi yang ku gendong.

"Ma-maksud kamu apa Lis? " tanya mas Arya.

"Lah, kurang jelas ucapanku? "

"Apaan sih, jangan ngarang nanti kalau didengar orang dikira anakku beneran lho, " balas mas Arya seraya menggaruk kepalanya.

'Emang anakmu mas, ' batinku.

"Del, aku ke belakang dulu ya, " ucapku meminta izin pada Dela seraya memberikan Putra pada Dela.

"Iya Mbak. "

Selesai dari kamar mandi, aku tak langsung menemui mereka. Aku berhenti di balik dinding yang memisahkan antara ruang tamu dan ruang tengah. Aku mencoba menguping pembicaraan mereka.

"Kamu itu bod*h apa gimana sih? kok ngebiarin Risa jalan sama suamimu? Kalau Doni godain Risa gimana? " ucap mas Arya seraya memukul pundak adiknya.

"Loh, mereka kan emang udah kenal lama Mas, kamu lupa ya kalau yang ngenalin kamu sama Risa itu siapa, mas Doni, " balas Dela.

"Iya, tapi .... "

"Sudahlah Mas, nggak usah mikir aneh-aneh. "

"Iya Arya, kamu nggak usah cemburuan gitu, nanti kalau Lisa tahu bisa ruyam semuanya, " timpal ibu. "Nih anakmu, gendong sendiri, " ucap ibu memberikan bayi yang digendongnya kepada mas Arya.

Terdengar suara motor berhenti di depan rumah Dela, dan ternyata adalah Doni dan Risa. Entah urusan apa yang mereka lakukan hingga tega membiarkan Dela menjadi pengasuh.

'Saatnya bermain, ' batinku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Tamat

    5 tahun berlalu Bugh!"Mamaa ... Hiks hiks ... "Aku dikejutkan dengan panggilan Faiz, anakku dengan mas Abimanyu. Bocah kecil berusia hampir tiga tahun itu berlari kearahku yang duduk di kursi taman tak jauh dari tempat ia bermain.Hap!Faiz langsung menghambur ke pelukanku. "Kenapa sayang?" tanyaku lembut ketika kudapati ia menangis."Bola ... Hiks hiks," ucapnya seraya menunjuk bola di tempatnya ia bermain tadi."Kena bola?" Faiz hanya bisa mengangguk seraya tetap sesengukkan karena tangisannya.Aku tersenyum. "Ayo kesana!" ajakku pada Faiz untuk mengambil bola mainan tersebut.Saat akan mengambil bola tersebut, alangkah terkejutnya aku ketika tiba-tiba bola itu diserobot duluan oleh seorang bocah berusia sekitaran lima tahun."Maaf Tante, Putra nggak sengaja," ucapnya meminta maaf. Ia pun melongos pergi begitu saja. Mungkin takut aku akan memarahinya. "Putra?" gumamku, tiba-tiba aku teringat akan anak itu. Saat penglihatanku mengikuti arah perginya bocah itu, aku pun dibuatnya

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Kedatangan Mantan Mertua

    #Kedatangan Mantan MertuaTok!! Tok!! Tok!! "Lis? Ada tamu untukmu, " ucap Ibuku dari balik pintu kamar. Aku yang sedang selesai mandi sore pun langsung memakai jilbabku dan bergegas keluar. Siapa tamu yang datang sore begini? Seingatku hampir semua teman-teman yang ku undang ke pernikahan sudah datang saat resepsi tadi pagi. Saat hendak sampai di ruang tamu, betapa terkejutnya aku ketika melihat siapa yang datang. Keluarga mas Arya. Bu Tini, mantan mertuaku, Dela dan Neli. Sedangkan Doni, suamu Dela ia tak nampak. Mungkin tak ikut. "Siapa Lis? " tanya mas Abimanyu ketika mengetahui aku menghentikan langkahku. "Mereka, " balasku tanpa memalingkan wajahku. Mantan ibu mertuaku melihatku. "Lisa, sini Nak duduk bersama kami. " Manis sekali ucapannya. Aku pun melanjutkan langkahku. Duduk bersama mereka namun di kursi yang berbeda. Sementara mas Abimanyu duduk di sebelahku. "Kami bawakan ini Mbak, hadiah atas pernikahanmu hari ini, " Dela meletakkan sebuah bingkisan di atas meja.

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Sah!

    #Sah! Seketika kami yang berada di ruang tamu langsung melihat kearah ayah. Entah apalagi yang akan ayahku sampaikan. Aish, membuatku deg-degan saja. "Tanggal pernikahan sebaiknya jangan melebihi satu bulan," kata ayah. Aku terkejut, seakan tak menerima, bagaimana bisa jarak lamaran begitu dekat dengan hari pernikahan. Kami kan perlu mempersiapkan segalanya. Dan itu tidaklah mudah. "Kenapa, Yah? ""Lebih baik lebih cepat. Lagipula, ingat umur."Aku mengelus keningku. "Astagfirullah. Iya Ayah." Hampir saja suudzon pada ayah karena ucapannya. Lagian kenapa juga harus bawa-bawa umur. Huh. "Sederhana saja. Gak usah mewah-mewah," peringat ayah yang lantas aku mas Abimayu mengiyakannya. Karena di rasa perbincangan selesi, mas Abimanyu (ciiee 😆) berpamitan untuk pulang. Diikuti Lila yang akan diantarnya pulang terlebih dahulu. Aku beserta ayah dan ibu pun mengantar mas Abimanyu dan Lila sampai di teras. Mas Abimanyu membunyikan klakson mobil yang ia kendarai kepada kami. Setelah kepe

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Memberi Jawaban

    "Bagaimana Mbak Lisa, diterima nggak? " tanya Lila yang duduk di sampingku. Aku diam. Sejenak aku dibuat dilema. Ingin menolak tapi tak enak, apalagi dalam acara begini. Ingin menerima tapi nanti dikira aku gimana. Kan baru beberapa hari bercerai. Haduh.Aku melihat kearah ayah dan ibu, mereka hanya tersenyum membalasnya. Membuatku semakin dilema. "Haruskan aku jawab sekarang? " tanyaku melihat kearah Abimanyu. "Tidak. Tapi saya harap tidak lebih dari tiga hari. ""InsyaaAllah, " aku tersenyum. "Ayo dilanjut makannya, " ucap ibuku menawarkan beberapa makanan ringan penutup di makan malam kali ini. Canggung. Kami yang berada di meja makan merasakan kecanggungan setelah Abimanyu menyatakan maksudnya. Kecuali beberapa karyawanku yang sedari tadi ikut menyimak, mereka tetap asyik melahap makanan yang aku sediakan. "Lis, ikut ibu ke belakang yuk, " ucap ibu mengajakku. Tanpa banyak berpikir aku mengikuti langkah ibu kearah dapur. Aku mengerti, pasti ibu akan menegurku tentang jawaban

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Lima Bulan Berlalu

    #Lima Bulan BerlaluWaktu menunjukkan pukul 19.30, tamu undangan mulai berdatangan. Tak terkecuali Lila, orang yang sangat berjasa bagiku. Kali ini ia tak datang sendiri, namun bersama Bejo. Ya, aku juga mengundangnya dalam acara makan malam yang sengaja ku buat untuk semua karyawanku. Melihat penampilan Bejo semakin kesini semakin enak di pandang. Aku seperti terhipnotis dibuatnya. Mempesona, sangat mempesona. Dengan stelan hem yang ia kenakan membuat aura anak muda terpancar namun tetap terlihat berwibawa. "Assalamualaikum Mbak Lisa, " sapa Lila setelah memasuki rumah dan menghampiriku yang berdiri di dekat kursi tamu. "Wa'alaikumussalam, " aku tersenyum kearahnya. "Mbak, " Lila membisikkan sesuatu kepadaku. Aku sedikit tercengang mendengarnya. Ia memintaku untuk memberikan waktu di tengah-tengah acara pada Bejo. Untuk apa? Entahlah. Aku tersenyum, mengacungkan jempolku, memberi tanda bahwa aku mengiyakan permintaannya. "Ini Bu, " ucap bi Inah seraya membawa beberapa toples m

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Sah Bercerai

    Sah Bercerai Tak sabar ingin melihat mas Arya mengenakan baju tahanan. Dan bagaimana reaksinya setelah ku tunjukkan surat perceraian ini. Tak hanya itu, aku pun akan memberitahukannya bahwa selama ini aku sudah mengetahui kebus*kkan kelurganya. Dan pada akhirnya dia dan istri sirinya sampai di penjara pun karena rencanaku. Meskipun di tengah jalan begitu banyak fakta baru yang ku ketahui. Aku duduk bersebelahan dengan Lila, dan dihadapanku duduk Dela bersebelahan dengan ibunya. Kami saling diam sejak awal bertemu tadi. "Urusan apalagi kamu ngajakin kami ketemu di sini? " akhirnya mantan mertuaku membuka suaranya, meskipun dengan nada ketus. Mungkin masih kesal karena sudah ku usir dengan tidak terhormat. "Tunggu mas Arya, Ibu pasti tahu alasannya. "Mas Arya memasuki ruang tunggu dengan seorang polisi di belakangnya. "Li-Lisa, " ucapnya sesaat melihatku. Mas Arya berjalan menghampiriku. "Ekh, sana-sana! " usirku ketika mas Arya akan duduk di sebelahku. "Kok gitu sih Lis? "Aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status