Share

Pura-pura

Penulis: OptimisNa_12
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-17 12:47:11

Terdengar suara motor berhenti di depan rumah Dela, dan ternyata adalah Doni dan Risa. Entah urusan apa yang mereka lakukan hingga tega membiarkan Dela menjadi pengasuh.

'Saatnya bermain, ' batinku.

"Mas Arya, ibu, ada apa ya? " tanya Doni memasuki ruang tamu.

"Ambil sertifikat rumahmu, mana? " ucapku menghampiri mereka.

"Ee ... gimana ya jelasinnya ... saya bingung, " balas Doni menggaruk kepalanya.

Menghela nafas panjang. "Berikan sekarang! atau ... ku hancurkan rumahmu ... !!! " teriakku sembari menjatuhkan tas tentengku.

Sengaja aku menjatuhkan tas tentengku, dan melototi semua orang yang ada. Dengan nafas tersengal-sengal, emosi yang menyulut aku seakan-akan aku bersiap untuk bertempur.

Mas Arya memberikan Putra pada ibunya. "Kamu kenapa Lis? " tanya mas Arya memegang kedua pundakku.

"Lepaskan! " teriakku melepaskan kedua tangan mas Arya.

Pyarr!!

Ku banting vas bunga kaca di meja sebelahku. Dengan pandangan penuh emosi, ku lihat satu persatu orang anggota benalu dihadapanku.

"Bu, bawa Putra keluar bu, kami akan menangani mbak Lisa dulu, " ucap Risa diikuti langkah keluar ibu mertuaku.

'Pelakor, mau sok jadi pahlawan kamu, ' batinku.

Aku menatap tajam mas Arya. Plakk!! ku tampar dia hingga terjatuh. Aku pun berlari menuju Risa yang berdiri di dekat pintu.

Ku angkat tanganku. "Dasar wanita jal*ng ... !!" teriakku berlari menuju Risa. Ku cekik dia hingga tubuhnya bersandar di dinding.

"Akghh ... lepaskan! " teriak Risa seraya memukuli tanganku. "Wanita gil*!" ucapnya terus memukuli tanganku.

Dela dan Doni menarikku mundur hingga lepaslah tanganku dari leher Risa. Kedua tanganku masih ditahan oleh sepasang suami istri ini.

Ku lirik mereka bergantian. Menghela nafas panjang. Aku menjatuhkan diri agar mereka melepaskan tanganku.

"Sepertinya Mbak Lisa sudah gil* Mas, " ucap Dela melihar kearah mas Arya yang berdiri di hadapanku sembari memegangi pipinya karena tamparanku.

'Lanjut, ' batinku seraya melihat mas Arya.

Aku bangkit. "Aaghh ... sakit ... sakit ... !! " teriak Dela kesakitan karena ku jambak rambutnya.

Dan lagi, aku kalah karena Doni menarikku hingga terlepas tanganku.

"Auww! " ucap Dela mengelus-elus kepalanya.

"Sadar Lis, sadar! " ucap mas Arya memegang kedua pundakku.

Kali ini cengkeraman tangannya sangat kuat hingga aku tak bisa berkutik. Aku pun pasrah ketika mas Arya menggiringku untuk duduk di sofa. Sekujur badanku lemas, lelah dan pegal-pegal. Ternyata butuh banyak tenaga untuk mengamuk, meskipun hanya pura-pura.

Tapi aku sedikit puas karena sudah bisa menghajar mereka yang bersekongkol untuk merebut harta keluargaku. Tapi sayang, ibu mertuaku tak merasakannya karena dia menggendong Putra.

Selanjutnya akan ku buat mereka semua merasakannya lebih dari ini, termasuk ibu mertuaku dan Neli.

"Sudah selesai belum?" tanya ibu di depan pintu.

"Sepertinya sudah Bu, " jawab Risa. "Menantu ibu itu sepertinya sudah mulai gil*," lanjut Risa seraya melihat kearahku.

"Del, ambilkan air, " perintah mas Arya pada Dela.

"Iya Mas. "

Seakan mengerti dengan kondisiku. Segelas air putih diletakkan di meja depanku.

"Akh! maksudmu apa sih Mas? " tanyaku seraya mengusap air di wajahku.

Segelas air putih yang ku kira untukku ternyata malah dicipratkan ke wajahku.

"Biar kamu sadar, " ucap mas Arya.

"Sadar sadar, kamu kira aku kenapa? "

"Kamu kesurupan? "

"Enggak Mas, aku cuma emosi aja. "

"Mulai gil* itu Mas kebanyakan itung-itungan sama saudara sendiri sih, " timpal Dela.

"Bisa jadi sih, " ucap Doni.

"Iya ya, aku perhantikan akhir-akhir ini kamu kok itung-itungan sih, keuangan restoran, uang jajan Neli, sampai uang bulanan ibu, " ucap mas Arya.

"Jelas dong aku itung-itungan, kalu enggak mana bisa kita bangun restoran baru, apalagi setelah BPKB mobil yang aku beli dengan uangku digunakan seenaknya jidatnya, " ucapku melihat Dela.

"Halah, bilang saja kalau sudah nggak mau berbagi, " ucap Dela.

"Heh, jaga mulutmu ya kalau tidak ku laporkan kamu dan suamimu itu ke polisi atas tuduhan pencurian BPKB mobilku. "

Sekilas ku lihat ibu melototi Dela. Seperti biasa, itu sebagai tanda agar Dela tak banyak bicara.

"Maaf Mbak ... " ucap Dela pelan.

"Mungkin sudah mulai nggak warah Mas istrimu karena hanya memikirkan harta dan harta, " timpal Risa.

'Dasar istri siri mata duitan, kalau bukan karna hartaku mana mau kamu nikah sama mas Arya yang kere ini, ' batinku.

"Kamu jangan sembarangan bilang menantuku nggak waras ya, minta maaf sekarang! " bela ibu.

Risa melihat ke arah ibu dengan pandangan heran. "Aku?" menunjuk dirinya sendiri. "Aww! " ucap Risa memegangi pinggangnya karna di cubit ibu. "Maaf Mbak. "

"Sudah Arya, Lisa ayo pulang, ini anakmu! " ajak ibu seraya memberikan Putra pada Risa.

Mas Arya membantuku berdiri dan menggandeng tanganku bak pahlawan yang siap siaga menjagaku. Aku melihat raut wajah Risa berubah seakan cemburu padaku. Kalaupun bukan karena pura-pura tak sudi aku digandengnya.

"Akan ku tagih sertifikatnya atau kembalikan BPKB mobilku atau ku laporkan kamu, silakan pilih, " ucapku saat berpapasan dengan Dela dan Doni.

Aku melirik Risa seraya memberikan senyum penuh kemenangan.

'Tunggu saja, akan ku buat kamu jadi gembel bersama keluarga benalu ini, ' batinku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Tamat

    5 tahun berlalu Bugh!"Mamaa ... Hiks hiks ... "Aku dikejutkan dengan panggilan Faiz, anakku dengan mas Abimanyu. Bocah kecil berusia hampir tiga tahun itu berlari kearahku yang duduk di kursi taman tak jauh dari tempat ia bermain.Hap!Faiz langsung menghambur ke pelukanku. "Kenapa sayang?" tanyaku lembut ketika kudapati ia menangis."Bola ... Hiks hiks," ucapnya seraya menunjuk bola di tempatnya ia bermain tadi."Kena bola?" Faiz hanya bisa mengangguk seraya tetap sesengukkan karena tangisannya.Aku tersenyum. "Ayo kesana!" ajakku pada Faiz untuk mengambil bola mainan tersebut.Saat akan mengambil bola tersebut, alangkah terkejutnya aku ketika tiba-tiba bola itu diserobot duluan oleh seorang bocah berusia sekitaran lima tahun."Maaf Tante, Putra nggak sengaja," ucapnya meminta maaf. Ia pun melongos pergi begitu saja. Mungkin takut aku akan memarahinya. "Putra?" gumamku, tiba-tiba aku teringat akan anak itu. Saat penglihatanku mengikuti arah perginya bocah itu, aku pun dibuatnya

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Kedatangan Mantan Mertua

    #Kedatangan Mantan MertuaTok!! Tok!! Tok!! "Lis? Ada tamu untukmu, " ucap Ibuku dari balik pintu kamar. Aku yang sedang selesai mandi sore pun langsung memakai jilbabku dan bergegas keluar. Siapa tamu yang datang sore begini? Seingatku hampir semua teman-teman yang ku undang ke pernikahan sudah datang saat resepsi tadi pagi. Saat hendak sampai di ruang tamu, betapa terkejutnya aku ketika melihat siapa yang datang. Keluarga mas Arya. Bu Tini, mantan mertuaku, Dela dan Neli. Sedangkan Doni, suamu Dela ia tak nampak. Mungkin tak ikut. "Siapa Lis? " tanya mas Abimanyu ketika mengetahui aku menghentikan langkahku. "Mereka, " balasku tanpa memalingkan wajahku. Mantan ibu mertuaku melihatku. "Lisa, sini Nak duduk bersama kami. " Manis sekali ucapannya. Aku pun melanjutkan langkahku. Duduk bersama mereka namun di kursi yang berbeda. Sementara mas Abimanyu duduk di sebelahku. "Kami bawakan ini Mbak, hadiah atas pernikahanmu hari ini, " Dela meletakkan sebuah bingkisan di atas meja.

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Sah!

    #Sah! Seketika kami yang berada di ruang tamu langsung melihat kearah ayah. Entah apalagi yang akan ayahku sampaikan. Aish, membuatku deg-degan saja. "Tanggal pernikahan sebaiknya jangan melebihi satu bulan," kata ayah. Aku terkejut, seakan tak menerima, bagaimana bisa jarak lamaran begitu dekat dengan hari pernikahan. Kami kan perlu mempersiapkan segalanya. Dan itu tidaklah mudah. "Kenapa, Yah? ""Lebih baik lebih cepat. Lagipula, ingat umur."Aku mengelus keningku. "Astagfirullah. Iya Ayah." Hampir saja suudzon pada ayah karena ucapannya. Lagian kenapa juga harus bawa-bawa umur. Huh. "Sederhana saja. Gak usah mewah-mewah," peringat ayah yang lantas aku mas Abimayu mengiyakannya. Karena di rasa perbincangan selesi, mas Abimanyu (ciiee đŸ˜†) berpamitan untuk pulang. Diikuti Lila yang akan diantarnya pulang terlebih dahulu. Aku beserta ayah dan ibu pun mengantar mas Abimanyu dan Lila sampai di teras. Mas Abimanyu membunyikan klakson mobil yang ia kendarai kepada kami. Setelah kepe

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Memberi Jawaban

    "Bagaimana Mbak Lisa, diterima nggak? " tanya Lila yang duduk di sampingku. Aku diam. Sejenak aku dibuat dilema. Ingin menolak tapi tak enak, apalagi dalam acara begini. Ingin menerima tapi nanti dikira aku gimana. Kan baru beberapa hari bercerai. Haduh.Aku melihat kearah ayah dan ibu, mereka hanya tersenyum membalasnya. Membuatku semakin dilema. "Haruskan aku jawab sekarang? " tanyaku melihat kearah Abimanyu. "Tidak. Tapi saya harap tidak lebih dari tiga hari. ""InsyaaAllah, " aku tersenyum. "Ayo dilanjut makannya, " ucap ibuku menawarkan beberapa makanan ringan penutup di makan malam kali ini. Canggung. Kami yang berada di meja makan merasakan kecanggungan setelah Abimanyu menyatakan maksudnya. Kecuali beberapa karyawanku yang sedari tadi ikut menyimak, mereka tetap asyik melahap makanan yang aku sediakan. "Lis, ikut ibu ke belakang yuk, " ucap ibu mengajakku. Tanpa banyak berpikir aku mengikuti langkah ibu kearah dapur. Aku mengerti, pasti ibu akan menegurku tentang jawaban

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Lima Bulan Berlalu

    #Lima Bulan BerlaluWaktu menunjukkan pukul 19.30, tamu undangan mulai berdatangan. Tak terkecuali Lila, orang yang sangat berjasa bagiku. Kali ini ia tak datang sendiri, namun bersama Bejo. Ya, aku juga mengundangnya dalam acara makan malam yang sengaja ku buat untuk semua karyawanku. Melihat penampilan Bejo semakin kesini semakin enak di pandang. Aku seperti terhipnotis dibuatnya. Mempesona, sangat mempesona. Dengan stelan hem yang ia kenakan membuat aura anak muda terpancar namun tetap terlihat berwibawa. "Assalamualaikum Mbak Lisa, " sapa Lila setelah memasuki rumah dan menghampiriku yang berdiri di dekat kursi tamu. "Wa'alaikumussalam, " aku tersenyum kearahnya. "Mbak, " Lila membisikkan sesuatu kepadaku. Aku sedikit tercengang mendengarnya. Ia memintaku untuk memberikan waktu di tengah-tengah acara pada Bejo. Untuk apa? Entahlah. Aku tersenyum, mengacungkan jempolku, memberi tanda bahwa aku mengiyakan permintaannya. "Ini Bu, " ucap bi Inah seraya membawa beberapa toples m

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Sah Bercerai

    Sah Bercerai Tak sabar ingin melihat mas Arya mengenakan baju tahanan. Dan bagaimana reaksinya setelah ku tunjukkan surat perceraian ini. Tak hanya itu, aku pun akan memberitahukannya bahwa selama ini aku sudah mengetahui kebus*kkan kelurganya. Dan pada akhirnya dia dan istri sirinya sampai di penjara pun karena rencanaku. Meskipun di tengah jalan begitu banyak fakta baru yang ku ketahui. Aku duduk bersebelahan dengan Lila, dan dihadapanku duduk Dela bersebelahan dengan ibunya. Kami saling diam sejak awal bertemu tadi. "Urusan apalagi kamu ngajakin kami ketemu di sini? " akhirnya mantan mertuaku membuka suaranya, meskipun dengan nada ketus. Mungkin masih kesal karena sudah ku usir dengan tidak terhormat. "Tunggu mas Arya, Ibu pasti tahu alasannya. "Mas Arya memasuki ruang tunggu dengan seorang polisi di belakangnya. "Li-Lisa, " ucapnya sesaat melihatku. Mas Arya berjalan menghampiriku. "Ekh, sana-sana! " usirku ketika mas Arya akan duduk di sebelahku. "Kok gitu sih Lis? "Aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status