Part 4 Langkah Awal
Beras, minyak, gula, kecap, sabun, sampo, dan masih banyak lagi barang yang diambil ibu mertuaku tanpa seizinku. Untuk apa dia mengambilnya? toh selama ini kebutuhan rumah aku yang memenuhinya. Dia hanya meminta uang jatah bulanan dari hasil restoran yang dikelola mas Arya.
'Kali ini tak akan ku biarkan ibu mendapatkan uang bulanan, ' batinku.
"Mas, aku mau buka cabang restoran kita dan aku mau Dela yang mengelolanya, " ucapku pada mas Arya saat hendak berangkat kerja.
"Tunggu ... tunggu ... " ucap mas Arya seraya mengajakku duduk di ruang tengah. "Buka cabang baru? terus kenapa Dela? kenapa bukan aku? " tanya mas Arya. "Mas Arya kan sudah mengelola yang sekarang, nanti yang tempat Mas di kembangkan saja dan Dela yang tempat baru sekaligus aku mau mengalihkan nama ""Ide bagus itu sayang, aku setuju, dan pasti teman-temanku pada iri kalau aku punya cabang restoran, " ucapnya. "Tapi aku butuh modal Mas, jadi untuk uang restoran bulan ini dan kedepannya nanti biar aku yang tangani sampai restoran yang baru siap di buka, " ucapku memberi angin surga. "Benarkah itu Lis? " tanya ibu mertuaku yang tiba-tiba muncul di sebelahku. "Iya Bu, kasihan Dela kalau dia menganggur terus, tapi uang bulanan ibu aku tangguhkan dulu sampai restoran baru dibuka," ucapku. "Wah, ibu sangat setuju itu, nggak papa deh uang bulanan ibu ditangguhkan toh nanti ada Doni yang masih ngasih bulanan ke ibu, " ucapnya bersemangat. "Oya, Ibu kemarin ambil sembako untuk apa? kok di dapur tidak ada barangnya? ""Aku sumbangkan untuk teman ibu yang lagi butuhkan, maafi ibu tidak izin dulu karna kamu pasti memberikannya, kan kamu selalu bantu orang yang membutuhkan, "ucapnya manis. "Oh, iya Bu. ""Aku ke restoran dulu, assalamualaikum, " ucap mas Arya seraya mencium punggung tangan ibunya.Ku cium punggung tangan suamiku, serasa menjij*kkan menyentuhnya. Untung saja beberapa hari ini dia tidak meminta jatah karena aku sedang berhalangan.
Aku tidak percaya sembako yang ibu ambil itu diberikan ke temannya, kucing lapar saja ia usir apalagi memikirkan kesusahan orang lain. Pasti diberikan kepada si pelakor itu. Sebenarnya apa yang membuat Risa ingin dinikahi mas Arya, sementara mas Arya hanya mengelola restoran punya orangtuaku. Bahkan ibu dan adiknya saja menumpang hidup di rumahku.
[Mbak, saya lihat ada barang datang dikirim ke rumah mbak Risa, sepertinya sembako karena ada beberapa karung beras.]
Sebuan pesan dari aplikasi warna hijau kuterima dari Lila, keryawan kepercayaanku di restoran.
Jadi benar dugaanku, sembako yang diambil ibu itu untuk Risa. Baiklah, setelah uang restoran aku yang menangani, setelah itu giliranmu Risa. Akan ku buat kamu tidak bisa menikmati hartaku lagi.
[Aku ada tugas untukmu, tapi ingat jangan sampai pak Arya atau siapapun tahu, bulan ini kuberikan bonus untukmu.] Ku balas pesan dari Lila.
#
Seperti biasanya aku sibuk di minimarket di sebelah rumahku. Pagi ini tak ada hujan tak ada angin, Dela datang dengan mengendong bayi yang pernah kulihat sebelumnya, bayi Risa.
"Assalamualaikum Mbak Lisa ...," ucapnya sesaat memasuki minimarket.
"Waalaikumussalam Dela, ini bayinya Risa kan? " tanyaku pura-pura menebak. "Iya Mbak, dia menitipkan bayinya ke aku, karena aku kan nggak ada kerjaan lagipula dia harus bekerja. ""Dibayar? " tanyaku. "Tentu Mbak, mana mau aku mengasuh anak yang bukan anakku tanpa bayaran. "'Sudah ku duga, tapi kenapa mesti Dela? kenapa tidak membayar pengasuh? apa karna membayar Dela lebih murah daripada membayar pengasuh? ' batinku penuh pertanyaan.
"Bekerja? emang suaminya kemana? "
"Suaminya kerja di luar kota Mbak. Oya, aku dengar dari ibu katanya Mbak Lisa mau buka restoran baru terus aku yang kelola, mau buka dimana Mbak? mm, Risa itu punya tanah lho Mbak, tempatnya strategis sekali cocok untuk dibangun Restoran, " ucapnya. "Iya Del, tapi kamu momong ya, mungkin aku cari yang lain sajalah. ""Jangan Mbak, akan ku kembalikan segera bayi ini ke Risa, nanti kalau aku mengelola restoran pasti teman-teman arisanku pada iri, " ucapnya bersemangat. "Kamu yakin? nanti kalau Risa marah gimana? " "Biarin aja Mbak, kalau dia berani marah akan ku bongkar rahasianya. ""Rahasia? " tanyaku mengernyitkan dahi. "Ekh, anu Mbak, ya itu aku tahu rahasia dia jadi dia nggak bakalan berani marah sama aku. "'Rahasia dia punya anak sama mas Arya maksudmu, 'batinku.
"Baiklah, terserah kamu. "
#
Keuangan restoran sudah lepas dari mas Arya, dan uang bulanan untuk ibu sudah ku berhentikan. Anak Risa akan segera dikembalikan oleh Dela dan jika membayar Dela lebih murah daripada pengasuh anak itu pasti akan membuat Risa marah. Tak peduli dengan rahasia Risa toh aku sudah mengetahuinya. Sekarang giliran adik bungsu mas Arya, Neli.
Neli sering meninta uang jajan untuk bergaya di depan teman-teman kuliahnya. Dulu dengan sukarela aku memberinya, karena dia adik iparku yang baik dan sering membantuku di minimarket walaupun hanya menata barang dan akhirnya meminta upah tiga coklat batang s*ilver qu*en yang paling besar. Tapi semenjak kejadian di rumah sakit waktu itu dan dia ikut andil dalam kebusukan keluarganya kali ini nasibnya akan sama dengan ibunya.
#
Siang ini barang daganganku datang. Neli pasti melihatnya karena saat mobil pengangkutnya datang bertepatan dengan Neli memasuki halaman rumahku."Wah, barangnya datang lagi ya Mbak? " tanya Neli menghampiriku.
"Iya Nel, mau bantu-bantu? ""Mau Mbak, " ucapnya seraya memasukkan barang ke dalam gudang.Karna kurir hanya menurunkannya di depan minimarket, kubiaran Neli yang memasukkannya. Sementara Dewi dan Erna, pekerja di minimarketku kubiarkan mereka bersantai-santai di meja kasir.
"Sudah selesai Mbak, " ucapnya seraya menyeka keringat di keningnya.
"Makasih ya Nel, " ucapku seraya meninggalkanya di meja kasir. "Loh Mbak, upahku mana? ""Upah? " tanyaku membalikkan badan. "Iya upah, kan aku udah bantuin, banyak lho itu barangnya. ""Aduh Neli... tadi kan kamu bilang mau bantu-bantu, nggak bilang kalau harus dikasih upah. ""Biasanya juga nggak perlu bilang terus aku dikasih. ""Masa sih? " tanya berpura-pura lupa. "Jangan gitu dong Mbak, aku capek-capek pulang kuliah, terus bantuin Mbak masak aku nggak dikasih upah. ""Dewi, tolong kasih uang dua puluh ribu, " perintahku pada Dewi. "Ini Mbak, " ucap Dewi seraya memberikan uang dua puluh ribu ke Neli. "Coklat aja Mbak, aku nggak butuh uang, " ucap Neli menolak. Menghela nafas. "Berikan satu batang Dewi. "Dewi mengembalikan uang yang dibawanya dan mengambil coklat batang di rak belakangnya. Sengaja ku pindahkan di belakang kasir agar Neli tidak bisa mengambil seenaknya. "Ini Mbak, " ucap Dewi menaruh coklat batang di meja kasir. "Kok satu? biasanya tiga, mana yang dua, " ucap Neli tak mau mengalah. "Kalau mau silakan ambil, kalau tidak pergilah, " ucapku. "Awas ya Mbak, ku bilangin ibu sama mas Arya nanti, jangan menyesal kalau mas Arya dan ibu memarahimu, " ucapnya kesal seraya mengambil coklat batang di meja lalu pergi.Mas Arya marah padaku? itu tidak mungkin, kalaupun berani itu berarti tidak akan ada restoran baru untuknya.
Part 5 Ku ambil kembali[Sudah saya siapkan mbak, sepuluh orang lebih sesuai permintaan mbak Lisa] Pesan singkat dari Lila ku terima. [Bagus Lila, aku akan segera datang ke restoran sekarang] balasku.Sesampainya di restoran aku langsung menyuruh beberapa karyawanku untuk meletakkan meja panjang di jalan trotoar tepat di depan rumah Risa. Terdapat papan besar bertuliskan "SEMBAKO GRATIS" di sebelah meja. Ku siapkan lebih dari seratus bungkus sembako siap dibagikan ke pengguna jalan yang lewat. Sementara Baim, salah satu karyawanku yang bertugas memanggil siapapun yang menginginkan sembako gratis terus berteriak menggunakan pengeras suara hingga membuat Risa yang di dalam rumahnya pun keluar. 'Ikan datang, ' batinku melihat Risa menghampiriku. Sengaja aku berdiri di dekat pintu pagarnya yang tingginya hanya setengah badanku agar jika Risa keluar rumah aku bisa menahannya supaya tidak merusak rencanaku. Dari pintu pagar terlihat jelas tumpukkan sembako yang dikirimkan ibu mertuaku
Part 6 Rumah RisaPov AryaHari ini aku ke restoran bersama ibu, karena sebelum masuk restoran aku akan ke rumah Risa bersama ibu terlebih dahulu untuk menanyakan perihal kedatanganya tadi pagi ke rumahku. Tok...!! tok...!! tok...!! Ku ketuk pintu. "Ris? Risa? " panggilku sesampainya di depan pintu. "Siapa sih? " ucap Risa seraya membuka pintu. "Ngapain ke sini Mas? " tanya Risa. "Kamu tadi ngapain ke rumah Lisa, bikin geger aja! " ucapku memasuki rumah Risa. "Sebenarnya aku tuh mau minta ganti rugi sama Lisa, gara-gara acara dia kemarin sore para gelandangan mengambil semua sembakoku, tapi gara-gara ibu aku nggak jadi ngomong," ucap Risa mengikuti langkahku bersamaan dengan ibu. "Hoo, menantu nggak diuntung kamu ya, kalau bukan karena cucuku, aku nggak mau bantuin kalian, " ucap ibu menatap Risa. "Kalau duitnya keluar ibu pasti mau juga kan, " balas Risa melirik ibu. "Tunggu ... kamu kenapa jadi nyalahin ibuku? " tanya mas Arya seraya duduk di sofa didekatnya. "Ya iyalah, k
Part 7 Uang dan uang"Lis, aku minta uang gajiku di restoran, ibu butuh uang untuk arisan sementara Doni belum kirim katanya, " ucap mas Arya yang duduk di sebelahku. "Sebentar Mas ku ambilkan, " berdiri lalu berjalan menuju kamar."Ini Mas, " ku letakkan lima lembar uang ratusan ribu di atas meja. "Segini? uang gajiku di restoran seharusnya lebih dari ini. ""Sisanya menjadi hakku dong Mas sebagai istri sah mu, kan biasanya juga begitu, " seraya duduk di sebelah mas Arya. "Iya, tapi itu kan dulu saat aku masih mengelola restoran, sekarang kan sudah enggak. ""Mas, sisa gajimu itu cuma tiga juta itu saja tidak mencukupi pengeluaran kita. Bayar listrik, belanja bulanan, biaya kuliah Neli, belum lagi uang jajannya, kadang ibu juga suka minta walaupun kamu sudah kasih. Dulu-dulu malah kurang dari ini."Dulu aku tak pernah protes saat mas Arya memberikan sisa gajinya yang sudah dibagi-bagi untuk ibunya dan biaya kuliah Neli karena aku masih ada pemasukan dari minimarket. Tapi kali ini
Setelah Dela dan suaminya pulang, aku melihat ibu dan mas Arya yang sedang mengobrol di teras belakang. Aku berjalan menuju jendela yang tepat di belakang mereka, dengan hati-hati karena takut ketahuan aku menguping pembicaraan mereka. "Ibu kenapa pinjamin BPKB mobilku ke Dela? kalau dia nggak bisa bayar angsurannya gimana? aku bisa kehilangan mobil, " ucap mas Arya. "Ya kamu tinggal minta istrimu lagi dong, dia kan banyak duit, nyatanya mau beli tanah, " balas ibu. "Nggak mau lah, masa iya aku dibelikan mobil sama istriku dua kali, gengsi dong, ""Nggak usah gengsi-gengsian, yang penting kan punya mobil. "'Gayamu belagak gengsi mas, kalau ku belikan beneran pasti juga dipakai, ' batinku. "Bu, aku minta bagian dong dari uang gadai mobil, " ucap mas Bima. "Buat apa? kamu kan sudah dapat dari Lisa. ""Buat Risa dan cucu ibulah, bisa di amuk aku sama dia kalau nggak ngasih duit. ""Iyaa, tapi dikit saja. "Huh! nenek sa
Terdengar suara motor berhenti di depan rumah Dela, dan ternyata adalah Doni dan Risa. Entah urusan apa yang mereka lakukan hingga tega membiarkan Dela menjadi pengasuh. 'Saatnya bermain, ' batinku. "Mas Arya, ibu, ada apa ya? " tanya Doni memasuki ruang tamu. "Ambil sertifikat rumahmu, mana? " ucapku menghampiri mereka. "Ee ... gimana ya jelasinnya ... saya bingung, " balas Doni menggaruk kepalanya. Menghela nafas panjang. "Berikan sekarang! atau ... ku hancurkan rumahmu ... !!! " teriakku sembari menjatuhkan tas tentengku. Sengaja aku menjatuhkan tas tentengku, dan melototi semua orang yang ada. Dengan nafas tersengal-sengal, emosi yang menyulut aku seakan-akan aku bersiap untuk bertempur. Mas Arya memberikan Putra pada ibunya. "Kamu kenapa Lis? " tanya mas Arya memegang kedua pundakku. "Lepaskan! " teriakku melepaskan kedua tangan mas Arya. Pyarr!! Ku banting vas bunga kaca di meja sebelahku. Dengan pandangan penuh emosi, ku lihat satu persatu orang anggota benalu dihadap
Part 9 Rencana"Kamu kenapa sih tiba-tiba berubah? selama pernikahan baru kali ini kamu seperti orang gila, apa mungkin benar kalau kamu sudah mulai nggak waras? " omel mas Arya sesampainya kami di teras rumah. "Maksud kamu apa Mas? kamu mau ikut-ikutan mereka ngatain aku nggak waras? " balasku. "Baru juga sampai, masih ribut saja, apa nggak cukup tadi di mobil? " ucap ibu. Tak ku pedulikan omongan ibu mertuaku dan tetap berjalan memasuki rumah. "Enggak begitu Lis, tapi sikapmu tadi apalagi ke Risa bisa membuat rencana kita beli tanahnya gagal, " mengikuti langkahku. Aku diam sejenak, aku berpikir memang benar apa yang dikatakan mas Arya walaupun sebenarnya aku tak peduli karena dari awal aku tidak benar-benar berniat untuk membelinya. Aku hanya memberi angin surga pada mereka untuk melancarkan balas dendamku."Iya juga sih Mas, lalu aku harus bagaimana? " seraya duduk di sofa ruang tamu. "Minta maaflah! " sahut ibu. "Iya Lis, benar yang dikatakan ibu, " ucap mas Arya. "Baikla
Sengaja aku belikan vas bunga yang mahal tapi ini hanya bagian dari rencanaku. Tak sudilah aku memberikan barang mahal untuk keluarga benalu. Aku tahu ibu pasti terpukau dengan harga vas bunga guci yang aku beli, karena baginya uang dua ratus ribu amatlah banyak. ***Sebelum acara di mulai, sore ini aku akan ke restoran terlebih dahulu untuk memastikan semua rencana yang ku susun dengan Lila sudah sesuasi. Sebelum berangkat aku berpesan pada ibu untuk mengajak bi Inah, karena aku butuh dia nantinya untuk menjaga Putra. Bagaimanapun aku tak ingin menyakiti bayi yang tak berdosa itu. #Sesampainya di restoran aku tidak melihat mobil mas Arya. Mencoba melihat rumah di seberang jalan pun tidak ada. "Pak Arya mana? " tanyaku pada Lila. "Sudah pergi Mbak dari tadi siang. "Sudah ku duga, pasti dia memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabiskan waktu bersama Risa. Lagi, aku dipaksa bersabar untuk menerima kenyataan dengan pengkhianatan suamiku. Ku biarkan mereka bersenang-senang di be
Silakan makan sepuas kalian, setelah ini akan ada pertempuran panjang. Bersiaplah.[Segera mulai] pesan singkat ku kirimkan pada Lila. [Baik mbak] balasnya. Lila keluar dari kamar Putra dan berjalan kearah pintu keluar. "Wwaaaaa ... !!!" teriak Lila seraya berlari menghampiri kami yang hampir selesai makan. "Ada apa Lila? " tanyaku berdiri dari kursi makan. "I-itu Mbak ... itu ...," menunjuk ke arah pintu depan. Mas Arya berdiri dari kursinya mencoba melihat ke arah pintu kelaur, "Apa sih? ngomong yang jelas dong, " ucap mas Arya. Meeoowwng ... !!! Tiba-tiba muncul kucing berwarna hitam pekat dengan tatapan mata yang tajam melopat di atas meja makan. Kami berhamburan dan mas Arya hingga berlari karena kaget."Hus...!! hus...!! " ucap kami serentak mencoba mengusirnya. Aku terhenyak ketika masih ada Tiara bersama kami. "Cepat bawa Tiara bersama bi Inah, " ucapku pada Lila. Kucing hitam itu malah memutari meja makan dan berhenti di piringnya Neli yang terdapat bekas ikan. "Hu