Share

Langkah Awal

Author: OptimisNa_12
last update Last Updated: 2022-06-22 09:18:58

Part 4 Langkah Awal

Beras, minyak, gula, kecap, sabun, sampo, dan masih banyak lagi barang yang diambil ibu mertuaku tanpa seizinku. Untuk apa dia mengambilnya? toh selama ini kebutuhan rumah aku yang memenuhinya. Dia hanya meminta uang jatah bulanan dari hasil restoran yang dikelola mas Arya. 

'Kali ini tak akan ku biarkan ibu mendapatkan uang bulanan, ' batinku. 

"Mas, aku mau buka cabang restoran kita dan aku mau Dela yang mengelolanya, " ucapku pada mas Arya saat hendak berangkat kerja. 

"Tunggu ... tunggu ... " ucap mas Arya seraya mengajakku duduk di ruang tengah. "Buka cabang baru? terus kenapa Dela? kenapa bukan aku? " tanya mas Arya. 

"Mas Arya kan sudah mengelola yang sekarang, nanti yang tempat Mas di kembangkan saja dan Dela yang tempat baru sekaligus aku mau mengalihkan nama "

"Ide bagus itu sayang, aku setuju, dan pasti teman-temanku pada iri kalau aku punya cabang restoran, " ucapnya. 

"Tapi aku butuh modal Mas, jadi untuk uang restoran bulan ini dan kedepannya nanti biar aku yang tangani sampai restoran yang baru siap di buka, " ucapku memberi angin surga. 

"Benarkah itu Lis? " tanya ibu mertuaku yang tiba-tiba muncul di sebelahku. 

"Iya Bu, kasihan Dela kalau dia menganggur terus, tapi uang bulanan ibu aku tangguhkan dulu sampai restoran baru dibuka," ucapku. 

"Wah, ibu sangat setuju itu, nggak papa deh uang bulanan ibu ditangguhkan toh nanti ada Doni yang masih ngasih bulanan ke ibu, " ucapnya bersemangat. 

"Oya, Ibu kemarin ambil sembako untuk apa? kok di dapur tidak ada barangnya? "

"Aku sumbangkan untuk teman ibu yang lagi butuhkan, maafi ibu tidak izin dulu karna kamu pasti memberikannya, kan kamu selalu bantu orang yang membutuhkan, "ucapnya manis. 

"Oh, iya Bu. "

"Aku ke restoran dulu, assalamualaikum, " ucap mas Arya seraya mencium punggung tangan ibunya. 

Ku cium punggung tangan suamiku, serasa menjij*kkan menyentuhnya. Untung saja beberapa hari ini dia tidak meminta jatah karena aku sedang berhalangan. 

Aku tidak percaya sembako yang ibu ambil itu diberikan ke temannya, kucing lapar saja ia usir apalagi memikirkan kesusahan orang lain. Pasti diberikan kepada si pelakor itu. Sebenarnya apa yang membuat Risa ingin dinikahi mas Arya, sementara mas Arya hanya mengelola restoran punya orangtuaku. Bahkan ibu dan adiknya saja menumpang hidup di rumahku. 

[Mbak, saya lihat ada barang datang dikirim ke rumah mbak Risa, sepertinya sembako karena ada beberapa karung beras.] 

Sebuan pesan dari aplikasi warna hijau kuterima dari Lila, keryawan kepercayaanku di restoran. 

Jadi benar dugaanku, sembako yang diambil ibu itu untuk Risa. Baiklah, setelah uang restoran aku yang menangani, setelah itu giliranmu Risa. Akan ku buat kamu tidak bisa menikmati hartaku lagi. 

[Aku ada tugas untukmu, tapi ingat jangan sampai pak Arya atau siapapun tahu, bulan ini kuberikan bonus untukmu.] Ku balas pesan dari Lila. 

#

Seperti biasanya aku sibuk di minimarket di sebelah rumahku. Pagi ini tak ada hujan tak ada angin, Dela datang dengan mengendong bayi yang pernah kulihat sebelumnya, bayi Risa. 

"Assalamualaikum Mbak Lisa ...," ucapnya sesaat memasuki minimarket. 

"Waalaikumussalam Dela, ini bayinya Risa kan? " tanyaku pura-pura menebak. 

"Iya Mbak, dia menitipkan bayinya ke aku, karena aku kan nggak ada kerjaan lagipula dia harus bekerja. "

"Dibayar? " tanyaku. 

"Tentu Mbak, mana mau aku mengasuh anak yang bukan anakku tanpa bayaran. "

'Sudah ku duga, tapi kenapa mesti Dela? kenapa tidak membayar pengasuh? apa karna membayar Dela lebih murah daripada membayar pengasuh? ' batinku penuh pertanyaan. 

"Bekerja? emang suaminya kemana? "

"Suaminya kerja di luar kota Mbak. Oya, aku dengar dari ibu katanya Mbak Lisa mau buka restoran baru terus aku yang kelola, mau buka dimana Mbak? mm, Risa itu punya tanah lho Mbak, tempatnya strategis sekali cocok untuk dibangun Restoran, " ucapnya. 

"Iya Del, tapi kamu momong ya, mungkin aku cari yang lain sajalah. "

"Jangan Mbak, akan ku kembalikan segera bayi ini ke Risa, nanti kalau aku mengelola restoran pasti teman-teman arisanku pada iri, " ucapnya bersemangat. 

"Kamu yakin? nanti kalau Risa marah gimana? " 

"Biarin aja Mbak, kalau dia berani marah akan ku bongkar rahasianya. "

"Rahasia? " tanyaku mengernyitkan dahi. 

"Ekh, anu Mbak, ya itu aku tahu rahasia dia jadi dia nggak bakalan berani marah sama aku. "

'Rahasia dia punya anak sama mas Arya maksudmu, 'batinku. 

"Baiklah, terserah kamu. "

#

Keuangan restoran sudah lepas dari mas Arya, dan uang bulanan untuk ibu sudah ku berhentikan. Anak Risa akan segera dikembalikan oleh Dela dan jika membayar Dela lebih murah daripada pengasuh anak itu pasti akan membuat Risa marah. Tak peduli dengan rahasia Risa toh aku sudah mengetahuinya. Sekarang giliran adik bungsu mas Arya, Neli. 

Neli sering meninta uang jajan untuk bergaya di depan teman-teman kuliahnya. Dulu dengan sukarela aku memberinya, karena dia adik iparku yang baik dan sering membantuku di minimarket walaupun hanya menata barang dan akhirnya meminta upah tiga coklat batang s*ilver qu*en yang paling besar. Tapi semenjak kejadian di rumah sakit waktu itu dan dia ikut andil dalam kebusukan keluarganya kali ini nasibnya akan sama dengan ibunya. 

#

Siang ini barang daganganku datang. Neli pasti melihatnya karena saat mobil pengangkutnya datang bertepatan dengan Neli memasuki halaman rumahku. 

"Wah, barangnya datang lagi ya Mbak? " tanya Neli menghampiriku. 

"Iya Nel, mau bantu-bantu? "

"Mau Mbak, " ucapnya seraya memasukkan barang ke dalam gudang. 

Karna kurir hanya menurunkannya di depan minimarket, kubiaran Neli yang memasukkannya. Sementara Dewi dan Erna, pekerja di minimarketku kubiarkan mereka bersantai-santai di meja kasir. 

"Sudah selesai Mbak, " ucapnya seraya menyeka keringat di keningnya. 

"Makasih ya Nel, " ucapku seraya meninggalkanya di meja kasir. 

"Loh Mbak, upahku mana? "

"Upah? " tanyaku membalikkan badan. 

"Iya upah, kan aku udah bantuin, banyak lho itu barangnya. "

"Aduh Neli... tadi kan kamu bilang mau bantu-bantu, nggak bilang kalau harus dikasih upah. "

"Biasanya juga nggak perlu bilang terus aku dikasih. "

"Masa sih? " tanya berpura-pura lupa. 

"Jangan gitu dong Mbak, aku capek-capek pulang kuliah, terus bantuin Mbak masak aku nggak dikasih upah. "

"Dewi, tolong kasih uang dua puluh ribu, " perintahku pada Dewi. 

"Ini Mbak, " ucap Dewi seraya memberikan uang dua puluh ribu ke Neli. 

"Coklat aja Mbak, aku nggak butuh uang, " ucap Neli menolak. 

Menghela nafas. "Berikan satu batang Dewi. "

Dewi mengembalikan uang yang dibawanya dan mengambil coklat batang di rak belakangnya. Sengaja ku pindahkan di belakang kasir agar Neli tidak bisa mengambil seenaknya. 

"Ini Mbak, " ucap Dewi menaruh coklat batang di meja kasir. 

"Kok satu? biasanya tiga, mana yang dua, " ucap Neli tak mau mengalah. 

"Kalau mau silakan ambil, kalau tidak pergilah, " ucapku. 

"Awas ya Mbak, ku bilangin ibu sama mas Arya nanti, jangan menyesal kalau mas Arya dan ibu memarahimu, " ucapnya kesal seraya mengambil coklat batang di meja lalu pergi. 

Mas Arya marah padaku? itu tidak mungkin, kalaupun berani itu berarti tidak akan ada restoran baru untuknya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Tamat

    5 tahun berlalu Bugh!"Mamaa ... Hiks hiks ... "Aku dikejutkan dengan panggilan Faiz, anakku dengan mas Abimanyu. Bocah kecil berusia hampir tiga tahun itu berlari kearahku yang duduk di kursi taman tak jauh dari tempat ia bermain.Hap!Faiz langsung menghambur ke pelukanku. "Kenapa sayang?" tanyaku lembut ketika kudapati ia menangis."Bola ... Hiks hiks," ucapnya seraya menunjuk bola di tempatnya ia bermain tadi."Kena bola?" Faiz hanya bisa mengangguk seraya tetap sesengukkan karena tangisannya.Aku tersenyum. "Ayo kesana!" ajakku pada Faiz untuk mengambil bola mainan tersebut.Saat akan mengambil bola tersebut, alangkah terkejutnya aku ketika tiba-tiba bola itu diserobot duluan oleh seorang bocah berusia sekitaran lima tahun."Maaf Tante, Putra nggak sengaja," ucapnya meminta maaf. Ia pun melongos pergi begitu saja. Mungkin takut aku akan memarahinya. "Putra?" gumamku, tiba-tiba aku teringat akan anak itu. Saat penglihatanku mengikuti arah perginya bocah itu, aku pun dibuatnya

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Kedatangan Mantan Mertua

    #Kedatangan Mantan MertuaTok!! Tok!! Tok!! "Lis? Ada tamu untukmu, " ucap Ibuku dari balik pintu kamar. Aku yang sedang selesai mandi sore pun langsung memakai jilbabku dan bergegas keluar. Siapa tamu yang datang sore begini? Seingatku hampir semua teman-teman yang ku undang ke pernikahan sudah datang saat resepsi tadi pagi. Saat hendak sampai di ruang tamu, betapa terkejutnya aku ketika melihat siapa yang datang. Keluarga mas Arya. Bu Tini, mantan mertuaku, Dela dan Neli. Sedangkan Doni, suamu Dela ia tak nampak. Mungkin tak ikut. "Siapa Lis? " tanya mas Abimanyu ketika mengetahui aku menghentikan langkahku. "Mereka, " balasku tanpa memalingkan wajahku. Mantan ibu mertuaku melihatku. "Lisa, sini Nak duduk bersama kami. " Manis sekali ucapannya. Aku pun melanjutkan langkahku. Duduk bersama mereka namun di kursi yang berbeda. Sementara mas Abimanyu duduk di sebelahku. "Kami bawakan ini Mbak, hadiah atas pernikahanmu hari ini, " Dela meletakkan sebuah bingkisan di atas meja.

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Sah!

    #Sah! Seketika kami yang berada di ruang tamu langsung melihat kearah ayah. Entah apalagi yang akan ayahku sampaikan. Aish, membuatku deg-degan saja. "Tanggal pernikahan sebaiknya jangan melebihi satu bulan," kata ayah. Aku terkejut, seakan tak menerima, bagaimana bisa jarak lamaran begitu dekat dengan hari pernikahan. Kami kan perlu mempersiapkan segalanya. Dan itu tidaklah mudah. "Kenapa, Yah? ""Lebih baik lebih cepat. Lagipula, ingat umur."Aku mengelus keningku. "Astagfirullah. Iya Ayah." Hampir saja suudzon pada ayah karena ucapannya. Lagian kenapa juga harus bawa-bawa umur. Huh. "Sederhana saja. Gak usah mewah-mewah," peringat ayah yang lantas aku mas Abimayu mengiyakannya. Karena di rasa perbincangan selesi, mas Abimanyu (ciiee 😆) berpamitan untuk pulang. Diikuti Lila yang akan diantarnya pulang terlebih dahulu. Aku beserta ayah dan ibu pun mengantar mas Abimanyu dan Lila sampai di teras. Mas Abimanyu membunyikan klakson mobil yang ia kendarai kepada kami. Setelah kepe

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Memberi Jawaban

    "Bagaimana Mbak Lisa, diterima nggak? " tanya Lila yang duduk di sampingku. Aku diam. Sejenak aku dibuat dilema. Ingin menolak tapi tak enak, apalagi dalam acara begini. Ingin menerima tapi nanti dikira aku gimana. Kan baru beberapa hari bercerai. Haduh.Aku melihat kearah ayah dan ibu, mereka hanya tersenyum membalasnya. Membuatku semakin dilema. "Haruskan aku jawab sekarang? " tanyaku melihat kearah Abimanyu. "Tidak. Tapi saya harap tidak lebih dari tiga hari. ""InsyaaAllah, " aku tersenyum. "Ayo dilanjut makannya, " ucap ibuku menawarkan beberapa makanan ringan penutup di makan malam kali ini. Canggung. Kami yang berada di meja makan merasakan kecanggungan setelah Abimanyu menyatakan maksudnya. Kecuali beberapa karyawanku yang sedari tadi ikut menyimak, mereka tetap asyik melahap makanan yang aku sediakan. "Lis, ikut ibu ke belakang yuk, " ucap ibu mengajakku. Tanpa banyak berpikir aku mengikuti langkah ibu kearah dapur. Aku mengerti, pasti ibu akan menegurku tentang jawaban

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Lima Bulan Berlalu

    #Lima Bulan BerlaluWaktu menunjukkan pukul 19.30, tamu undangan mulai berdatangan. Tak terkecuali Lila, orang yang sangat berjasa bagiku. Kali ini ia tak datang sendiri, namun bersama Bejo. Ya, aku juga mengundangnya dalam acara makan malam yang sengaja ku buat untuk semua karyawanku. Melihat penampilan Bejo semakin kesini semakin enak di pandang. Aku seperti terhipnotis dibuatnya. Mempesona, sangat mempesona. Dengan stelan hem yang ia kenakan membuat aura anak muda terpancar namun tetap terlihat berwibawa. "Assalamualaikum Mbak Lisa, " sapa Lila setelah memasuki rumah dan menghampiriku yang berdiri di dekat kursi tamu. "Wa'alaikumussalam, " aku tersenyum kearahnya. "Mbak, " Lila membisikkan sesuatu kepadaku. Aku sedikit tercengang mendengarnya. Ia memintaku untuk memberikan waktu di tengah-tengah acara pada Bejo. Untuk apa? Entahlah. Aku tersenyum, mengacungkan jempolku, memberi tanda bahwa aku mengiyakan permintaannya. "Ini Bu, " ucap bi Inah seraya membawa beberapa toples m

  • Pembalasan Pengkhiatan Suamiku   Sah Bercerai

    Sah Bercerai Tak sabar ingin melihat mas Arya mengenakan baju tahanan. Dan bagaimana reaksinya setelah ku tunjukkan surat perceraian ini. Tak hanya itu, aku pun akan memberitahukannya bahwa selama ini aku sudah mengetahui kebus*kkan kelurganya. Dan pada akhirnya dia dan istri sirinya sampai di penjara pun karena rencanaku. Meskipun di tengah jalan begitu banyak fakta baru yang ku ketahui. Aku duduk bersebelahan dengan Lila, dan dihadapanku duduk Dela bersebelahan dengan ibunya. Kami saling diam sejak awal bertemu tadi. "Urusan apalagi kamu ngajakin kami ketemu di sini? " akhirnya mantan mertuaku membuka suaranya, meskipun dengan nada ketus. Mungkin masih kesal karena sudah ku usir dengan tidak terhormat. "Tunggu mas Arya, Ibu pasti tahu alasannya. "Mas Arya memasuki ruang tunggu dengan seorang polisi di belakangnya. "Li-Lisa, " ucapnya sesaat melihatku. Mas Arya berjalan menghampiriku. "Ekh, sana-sana! " usirku ketika mas Arya akan duduk di sebelahku. "Kok gitu sih Lis? "Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status