Sean berangkat pagi-pagi sekali ke rumah Clara untuk menemui wanita malang itu. Hatinya benar-benar tak tenang setelah melakukan perbuatan bejat terhadapnya, ia dihantui rasa bersalah sampai tak bisa tidur dengan nyenyak. Namun, saat sampai di halaman rumah Clara, ia berpapasan dengan Gracio yang baru turun dari dalam mobil. Pria itu juga ingin bertemu dengan Clara, ia harus menjelaskan semuanya sebelum terlambat. "Ngapain kamu di sini?" sinis Sean kepada Gracio, ia masih tidak terima jika Gracio terus mendekati Clara, wanita yang sangat dia cintai. "Bukan urusanmu," ketus Gracio langsung melengos pergi dan menekan bel rumah sang pujaan hati. Ting Tong. Tak butuh waktu lama, pintu rumah pun terbuka, menampilkan sosok Camellia, Mamanya Clara di sana. Camellia menatap kedua pria yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tak terbaca. Terlihat jelas kedua mata wanita baya itu sangat bengkak, sepertinya dia habis menangis semalaman. "Boleh saya bertemu dengan Clara?" ucap Gracio sele
Happy Reading. Clara pulang dengan perasaan yang hancur berkeping-keping, pria yang sangat dia cintai tidak ada bedanya dengan Sean. Mereka berdua sama-sama brengs*k, tidak ada cinta yang tulus dari seorang pria. Mulai sekarang Clara benar-benar menutup hatinya dari pria mana pun. Sebelum pulang ke rumah, Clara lebih dulu menyambangi lapas untuk menemui Papanya. Dengan keterampilannya dalam menggunakan make up, Clara menutupi mata bengkaknya menggunakan peralatan make up nya agar tidak ketahuan oleh Robert jikalau dirinya habis menangis. Beruntung juga Clara selalu menyediakan pakaian ganti di dalam mobilnya sehingga ia bisa mengganti pakaiannya sehabis dinodai oleh para pria brengs*k. Mungkin Clara memang pantas dibilang wanita murahan karena sudah memberikan tubuhnya kepada Sean dan Gracio di hari yang sama walaupun pada waktu yang berbeda. Clara tersenyum lembut kepada sang Papa begitu mereke bertemu di ruang tunggu. "Kamu sendirian? Mama kamu mana, sayang?" ucap Robert setelah
Sean menyemburkan benihnya di atas perut Clara untuk menghindari sesuatu yang sangat tidak dia inginkan. Setelah ini Sean tidak akan lagi mengejar cintanya terhadap mahasiswinya tersebut, sebab Sean tidak mau mencoreng nama baiknya jika berhubungan lagi dengan seorang pelakor. Sean berdiri dan mengambil tisu di atas meja kerjanya, melemparnya tepat ke dada Clara dan hampir mengenai sesuatu yang kenyal di sana. Tentu saja hati Clara semakin terkoyak habis mendapatkan perlakuan buruk dari Sean yang menginjak harga dirinya habis-habisan. Setelah kehormatannya direnggut paksa, sekarang ia dicampakkan layaknya sampah. Apakah ini yang dinamakan cinta? Ah, persetan dengan kata cinta, mulai sekarang Clara tak mau lagi kenal dengan yang namanya cinta. "Cepat bersihkan dan keluar dari ruangan ini," titah Sean sambil lalu memungut pakaiannya yang teronggok di atas lantai. Memakainya dengan cepat tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Clara tersenyum kecut saat menyadari kalau Sean tak seba
Clara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hati sangat hancur karena mendengar ucapan Gracio tadi. Yeah, tak sengaja Clara mendengar semua percakapan antara Gracio dan istrinya. Awalnya Clara ingin menemui Gracio untuk memastikan apakah pria itu akan tetap berbohong mengenai kepulangan istrinya. Namun, siapa sangka. Niat hati ingin memberikan kejutan kepada pria itu justru dirinya sendiri yang mendapatkan kejutan luar biasa dari Gracio. Clara bisa menerima jikalau dirinya hanya akan tetap menjadi simpanan dari pria beristri, karena ia amat mencintai Gracio. Akan tetapi, Clara tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hanya dijadiin alat balas dendam oleh pria yang sangat ia cintai untuk menghacurkan kehidupan sang Papa dan temannya, Xander. Jika dipikir-pikir kemunculan Gracio dalam hidupnya memang tidak masuk akal, dan bodohnya lagi Clara justru percaya dengan semua ucapan Gracio sehingga dia terjebak dengan cinta sepihak itu. "Jahat kamu Om. Hanya karena kesalahan Papa,
Pagi hari. Violetta mengantarkan Kevin ke depan rumah yang akan berangkat ke sekolah menggunakan taksi. Taksi yang sudah menjadi langganan sekaligus kenalan Gracio, jadi mereka tak perlu cemas kalau Kevin tidak akan sampai ke sekolahan. Karena supir taksi tersebut selalu menjamin keselamatan Kevin, karena ia benar-benar orang yang sangat baik. "Hati-hati di jalan, jangan buat keributan di sekolah ya. Belajar yang rajin, Kevin kan anak pintar," ucap Violetta memberikan nasehat kepada sang putra. "Kevin, jangan pernah takut sama siapa pun. Jangan sampai kamu ditindas oleh teman-teman yang lain, Kevin kan pemberani," kali ini Gracio yang memberikan nasehat kepada putranya. "Iya, Ma, Pa," jawab Kevin tersenyum senang. Suasana inilah yang selalu Kevin rindukan saat Mama dan Papanya pisah rumah. "Pak, titip Kevin ya," kata Violetta kepada supir taksi. Ia percayakan semuanya kepada kenalan suaminya itu. "Siap, Bu," supir taksi itu pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang
Plak! Gracio terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari istrinya itu. "Ada apa, sayang, kenapa kamu menampar ku?" suara Gracio masih terdengar lembut di telinga Violetta, dan itu semakin membuatnya muak. "Sekarang sudah malam, kita bicara besok setelah Kevin berangkat ke sekolah," desis Violetta menahan amarah. Ia tidak mau bertengkar di depan putranya yang hanya akan merusak mental Kevin jika sampai melihat orang tuanya bertengkar hebat, apalagi tentang kasus perselingkuhan. Gracio tak bisa berbuat apa-apa, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan resah. Entah ada masalah apa hingga Violetta berani menamparnya untuk yang pertama kali. Sepertinya akan ada masalah, Gracio harus mempersiapkan diri pada esok pagi. Gracio masih bertanya-tanya ada apa dengan istrinya, kenapa sikapnya sangat dingin. Dia berubah tak seperti biasanya, apa jangan-jangan ... Dia sudah tahu akan hubungannya dengan Clara? Ah, tidak mungkin. Violetta selalu berada di rumah, jika keluar pun dia hanya menjempu