Sosok pria paruh baya yang mengamuk itu adalah Sandy.
Siapa lagi orang yang tidak senang akan kesuksesan Adrian, kalau bukan dirinya.Dulu ia selalu berusaha menyembunyikannya, tapi sekarang sudah tidak bisa ditahannya lagi. Apalagi tadi semenjak Joseph mulai berani menjawab ucapannya.“Dasar brengsek! Lihat saja kau! Aku akan membuat perhitungan denganmu!”Pria itu tidak menyangka kalau Asisten keponakannya bisa bertahan selama ini meskipun tanpa Bosnya.Dia telah salah menilai mereka.Lalu Sandy mengambil ponselnya dengan cepat untuk menghubungi seseorang yang juga sudah lama membuatnya kesal.“Halo! Dari mana saja kau? Apa kau sekarang hanya bersantai-santai saja?!” bentak pria itu langsung dengan napas memburu.[“Sabar dulu, Bos. Ada apa? Aku juga sibuk bekerja, bukan sedang main!”]Orang yang menerima telepon dari Sandy adalah Bastian.Pria yang juga ikut bertanggung jawab atas menghilangnya AdriaLalu Clara menangis tertunduk. Ia berpikir sudah bermimpi atau berhalusinasi karena terlalu berharap suaminya bangun. “Clara, a-aku di sini.”Adrian sudah sadar! Kali ini suaminya benar-benar sudah membuka matanya. “Adrian!” ucapnya tidak percaya. Adrian tersenyum tipis dengan wajah yang masih pucat. Tadi dia memang sudah bangun namun masih merasa pusing, jadi memanggil Clara dengan mata terpejam. “Terima kasih, Tuhan! Aku senang kamu sudah sadar, Sayang!” Clara pun memeluk Adrian dan menangis tersedu. Rasa kantuknya hilang entah kemana. “Clara, ada apa?!” teriak Cindy panik setelah bangkit dari sofa. Dia pikir ada sesuatu yang gawat terjadi pada putrinya atau Adrian. “Mama! Ma, Adrian sadar!” ucapnya antusias. “Benarkah?” Cindy melihat menantunya itu sudah sepenuhnya bangun. “Mama akan panggil dokter kemari, Clara. Kamu jangan kemana-mana, oke?!” wanita itu tersenyum dan segera berlari kecil ke luar kamar. “Clara, jangan menangis. Aku … tidak apa-apa,” suara Adrian terden
Joseph langsung bungkam saat Tuannya itu berteriak padanya dengan tatapan tajam. Bahkan Cindy dan Clara menoleh bersamaan ke arah mereka saat mendengar suara Adrian yang keras. “Clara, ada apa sih?” bisik Mamanya tidak sabar karena kepo. Putrinya hanya mengangkat kedua bahunya, “Tidak tahu, Ma. Kita biarkan saja mereka. Pasti sedang membahas sesuatu yang penting,” ucapnya pelan. Dia berusaha untuk tetap tenang namun tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang terlihat khawatir. Karena selama ini Clara tidak pernah mendengar suaminya bicara seperti itu pada Joseph. Lalu, Adrian menarik napas dalam. Joseph masih menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Tuannya yang sedang marah. “Kau sudah lama bekerja untukku, Jo. Kenapa kau rahasiakan hal ini dariku? Apa kau tidak menganggapku orang yang penting?” ucapnya mulai membuka kembali obrolan mereka. Joseph mengangkat kepala dan melirik dengan sudut matanya. “A-apa maksud, Tuan? Aku minta maaf karena sudah lancang dan membuat Tuan ma
Mulut gadis itu melongo. ‘Dari mana pria ini tahu namaku? Siapa dia sebenarnya?’ batinnya resah. Padahal dia baru saja pindah ke apartemen ini untuk melarikan diri dan bersembunyi dari siapapun yang mengenalnya. Tapi sekarang seseorang yang berdiri di depannya baru saja menyebutkan nama lengkapnya. Gadis itu tahu pasti pria ini bukan orang sembarangan. “A-apa yang Anda mau? Cepat katakan saja!” ucapnya sedikit gugup. Tentu saja Nayla tidak mau Bastian masuk. Dia pikir pria ini adalah orang suruhan Joseph atau Adrian. Rasanya sudah susah payah melarikan diri tapi malah cepat sekali ketahuan. Padahal gadis itu sudah merasa yakin tidak akan ada yang menyadari kalau ia adalah orang di balik gosip heboh soal Clara waktu itu. “Aku kemari ingin mengajakmu kerja sama. Aku tahu kamu tidak lagi bekerja untuk perusahaan Car's Nata!” ungkap Bastian mengeluarkan kartu As miliknya. Dia tahu gadis itu tidak akan berkutik. Dan benar saja, kedua mata Nayla langsung melotot sempurna saat pria
“A-apa?!”Kinan tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Ia masih salah menangkap kalimat Clara. “Apa maksudmu, Kak? Apa Kak Jo mengundurkan diri jadi sekretaris Kak Adrian?!” Kinan bertanya dengan suara lirih. Matanya seketika itu juga memerah. Clara mendesah pelan, “Tidak, Kinan. Tapi dia tidak mau tinggal di rumah ini. Sebenarnya Adrian dan Joseph melarangku untuk memberitahukan hal ini padamu,” jelasnya lagi. Kinan menggelengkan kepalanya cepat. “Ti-tidak, Kak. Bukan ini yang aku mau! Tolong bantu aku! Aku ingin bertemu dan bicara padanya, Kak!” pintanya dengan wajah sendu, air mata pun sudah mengalir di pipinya. Clara tampak berpikir lalu menoleh ke belakang. Memastikan kalau suaminya belum ke luar dari toilet. “Aku tahu ini sulit untuk kamu hadapi, Kinan. Adrian tidak ingin ikut campur karena kalian harus menyelesaikan perasaan kalian sendiri, tapi aku mendukung kalian berdua. Tenang saja!” ungkapnya dengan tersenyum manis. Dia memegang tangan gadis itu untuk
“Apa? Dia bukan gadis seperti itu!” sanggahnya cepat. Dia menepuk kepala wanita itu dengan raut wajah kesal. Lalu bangkit dari sofa dan berjalan ke arah jendela kaca. Menatap lurus ke depan yang memperlihatkan pemandangan kota yang padat. Jessica pun memanyunkan bibirnya sambil memegang kepalanya yang sakit.“Lalu kenapa dia bertingkah begitu? Pasti kau sudah menolaknya tidur denganmu dan dia sampai mengejarmu kemari!”Joseph menjawab dengan sedikit kesal, “Dia itu sepupu Tuan Adrian! Jaga ucapanmu, Jes!”Wanita itu menutup mulut dengan kedua tangannya. “Oh, God! Maaf, ya? Dia gadis yang manis! Tapi, sayang sekali dia juga jadi korbanmu berikutnya! Hahaha!” tawa Jessica pecah. Jessica pikir Kinan adalah wanita yang tergila-gila pada Joseph saat bertemu di klub.Dia langsung melakukan tugasnya yaitu membuat semua wanita yang datang ke apartemen ini pergi dengan berpura-pura sebagai pacar pria itu. Karena Joseph tidak mau menjalin hubungan serius dengan wanita. Hanya kebutuhan fi
“Apa maksudmu, Kinan? Kenapa kamu bisa bicara seperti itu tentang papa?” Sandy bertanya dengan tidak sabar sambil berusaha untuk tetap tersenyum. Kinan menarik napas dalam sebelum menjawab Papanya. “Joseph selalu mengatakan itu padaku, Pa. Itu juga alasannya menjauh dariku! Apa salahku, Pa? Bisakah kalian memberikanku kesempatan untuk berdua dengan Joseph? Kinan menyukainya, Pa!” akunya dengan jujur. Sandy pun langsung bangkit dari duduknya.Napasnya terlihat naik turun karena menahan emosi. Kedua tangannya mengepal erat. ‘Sialan! Apa saja yang sudah mereka katakan? Pasti para cecunguk itu sudah menghasut putriku!’“Tidak bisa, Kinan! Papa minta kamu untuk menjauhi pria itu! Dan keputusan ini tidak bisa diganggu gugat. Kamu paham?!” ungkapnya langsung. Kinan mendongak menatap Papanya lekat, “Tapi kenapa, Pa? Apa karena asal-usulnya? Bukankah dia juga pria yang baik!” sanggahnya tidak kehabisan akal. “Cukup, Kinan! Berhenti membicarakan hal ini, kalau tidak papa akan mencabut sem
‘Ada apa ini?’Adrian pun beralih menatap Joseph dan pria itu bergantian. Joseph awalnya juga terkejut tapi sedetik kemudian ia pun kembali memasang wajah datarnya seperti biasa dan tidak terpengaruh sama sekali. “Paman Sandy? Ada apa datang kemari tiba-tiba? Kenapa tidak memberitahu Adrian? Mari duduk dulu, Paman!” ucap Adrian panik sambil berjalan mendekati Pamannya yang masih berdiri di depan pintu. “Tidak usah, Adrian! Kalian tidak usah sok bersikap manis padaku! “ ujarnya dengan ketus dan wajah yang masam. Adrian tentu saja heran dengan sikap Pamannya yang tidak seperti biasanya, tidak ramah sama sekali. “Kau, Joseph! Berani sekali kau membuat putriku menangis! Apa kau sudah bosan hidup?!” teriaknya lantang sambil menunjuk Asisten keponakannya itu. “Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud menyakiti Nona Kinan. Ini hanya salah paham,” jelasnya dengan santai berusaha bersikap biasa saja. ‘Apa yang sebenarnya s
Adrian sedang memangkas tanaman pucuk merah di halaman belakang kediaman Keluarga Baron, ketika ibu mertuanya memanggilnya dengan suara nyaring. "Adrian!!! Dimana kamu?!"Adrian pun menoleh ke arah sumber suara itu lalu menghentikan aktivitasnya. Dia meletakkan alat penyemprot dengan kapasitas delapan liter itu ke tanah."Iya, Ma. Adrian di sini!" jawab pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu setengah berteriak agar wanita bernama Cindy itu mendengar suaranya."Dari tadi apa kerjaan kamu, hah! Itu kenapa bunga-bungaku belum disiram?!" ucapnya ketus setelah mendekat."Maaf, Ma. Tadi Adrian sedang memberi pupuk, sebentar lagi selesai dan Adrian akan menyiram bunga yang di depan," jawabnya tetap sopan dan tersenyum.Cindy memanyunkan bibirnya mendengar itu."Alah! Alasan saja kamu! Memang kerjamu itu selalu tidak becus!" cibirnya dengan bibir maju."Maaf, Ma."Hanya kalimat itu yang mampu dia katakan. Adrian harus banyak bersabar menghadapi Cindy yang selalu cerewet dan kurang puas den