Share

Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang
Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang
Penulis: Author newbie

1. Dia memfitnahku!

"Ben tolong bantu aku, aku tidak tau soal ini dan sejak kemarin kamu yang memegang file keuangan perusahan. Aku tidak bersalah," ujarnya seraya bersimpuh di lantai.

Semua mata menatapnya dengan tatapan yang bercampur aduk, merendahkan, jijik bahkan amarah Abigail telan itu semua seolah ia adalah makhluk paling hina di sini. Demi cinta ia rela dibodohi oleh Ben, kekasih yang selama ini paling ia percaya dan cintai tega menggelapkan uang perusahaan atas namanya. Tidak ada jejak kesalahan Ben, semua Ben lakukan secara bersih dan mengorbankan Abigail yang tidak tau jika ia sedang ditipu.

"Ben tolong," pintanya sekali lagi dengan air mata berlinang.

Ben menarik nafas panjang, "Ya memang saya yang memegang file keuangan perusahaan sejak kemarin, karena Abigail meminta bantuan untuk mengedit beberapa bagian yang dianggap tidak sesuai. Saya tidak menyangka, jika yang saya edit adalah bagian dari kecurangannya."

Abigail tercenung mendengar pernyataan Ben, tidak seperti itu yang terjadi di hari itu.

"Ben," ucap Abigail lirih.

Ben melirik dingin ke arah Abigail, "Maaf Aby, tapi aku tidak mau dikaitkan dengan hal kotor seperti ini. Bukankah lebih baik jika kamu jujur saja?"

Abigail menggeleng, ia terus mengelak semua tuduhan yang dituduhkan kepadanya namun Ben malah memperpanas suasana dengan membawa buku rekening pribadi milik Abigail. Tertulis disana jumlah uang perusahaan yang Ben transfer ke rekening pribadi milik Abigail, tanpa sepengetahuan Abigail bahkan Abigail tidak pernah melihat uang tersebut. Kesalahannya adalah ketika buku tersebut hilang ia tidak terlalu memusingkannya, yang ternyata itu adalah bagian dari rencana Ben yaitu menyembunyikan buku rekening pribadinya.

"Semua bukti sudah mengarah kepadamu Abigail, apalagi yang ingin kamu elak?" tanya sang bos dengan wajah kecewa.

"Demi tuhan aku tidak melakukannya! Ben memfitnahku!"

"Aby, dengarkan aku. Akui saja dan aku akan membantumu keluar dari masalah ini," ucap Ben berbisik.

"Bajingan kamu Ben! untuk apa aku mengakui sebuah kesalahan yang tidak pernah aku lakukan!" umpat Abigail.

"Aby, kamu tidak ingin dipenjara kan?" tanya Ben membuat Abigail terdiam, penjara? tentu saja Abigail tidak ingin di penjara.

"Kalau begitu akuilah, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu keluar dari masalah ini,"

Abigail tidak lagi fokus pada keadaan disekitarnya, pikirannya berputar membayangkan kesengsaraan yang akan ia alami jika hidup di dalam penjara. Abigail memiliki banyak mimpi yang harus ia wujudkan, ia tidak rela jika semua mimpi itu harus pupus karena masalah ini.

"Baiklah semua sudah disepakati, tapi mohon maaf saya tidak bisa lagi menerima Abigail bekerja disini dan saya juga terpaksa harus membuat pengumuman blacklist ke beberapa perusahaan untuk Abigail." ucap sang bos setelah kesepakatan selesai.

Abigail tidak menyimak kesepakatan apa yang sudah Ben lakukan dengan bosnya, yang ia tau saat ini hanya masalah sudah selesai dan Ben membawanya pergi dari ruangan yang masih diisi dengan orang-orang yang terus mencemoohnya.

Sepanjang jalan Abigail hanya diam dengan tatapan kosong, ia seperti boneka yang Ben bawa dan atur tanpa penolakan. Ben seperti malaikat di mata orang-orang saat ini, semua orang memujinya karena berani pasang badan atas masalah Abigail. Ben bahkan masih menerima dan memperlakukan Abigail dengan baik dan lembut, setelah gadis itu nyaris menyandang status pelaku kejahatan penggelapan uang perusahaan dan menyeret namanya atas masalah ini.

"Aby kamu tunggu disini sebentar, aku akan kembali." ucapnya lembut nyaris berbisik seolah tidak ingin mengganggu Abigail yang masih larut dengan pikiran kacaunya.

Setelah hampir setengah jam pergi, Ben kembali ke tempat Abigail merenung. Ben membawakan semangkuk bubur hangat juga air untuk Abigail karena ia tau Abigail belum makan sama sekali sejak tadi pagi, Abigail memiliki masalah pencernaan yang kurang baik jadi ia tidak bisa telat makan.

"Aby, ayo makan dulu. Kamu harus makan atau perutmu akan sakit,"

Abigail hanya melirik sedikit bubur yang Ben pegang, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Aby, kamu tidak perlu memikirkan lagi soal uang itu. Semuanya sudah selesai dan kamu sudah aman,"

Abigail refleks menoleh ke arah Ben, "Apakah benar semuanya sudah selesai? tapi bagaimana bisa?"

"Y-ya, semuanya sudah selesai. Kamu tidak perlu khawatir soal apapun lagi, soal bagaimana aku menyelesaikannya biar itu jadi urusanku." sahutnya gugup.

"Apa kamu yakin Ben?" tanya Abigail karena ia merasa ada hal janggal yang Ben sembunyikan.

"Tentu saja, buktinya kamu bisa kembali ke rumah dengan selamat dan kamu tidak dipenjara."

Abigail menghembuskan nafas lega, ia mengusap air mata yang sedari tadi menggenang di sudut matanya dan mulai menyantap sedikit demi sedikit bubur yang Ben sajikan untuknya.

Setelah Abigail bisa sedikit tenang ia mencoba untuk beristirahat, namun entah mengapa perasaannya kembali gelisah tanpa sebab. Abigail mengambil ponsel miliknya, mencoba mengakses data perbankan miliknya lewat online yang selama ini tidak pernah ia cek.

Abigail menelusuri setiap mutasi rekeningnya dan akhirnya ia menemukan jejak kecurangan Ben, namun ada hal lain yang lebih membuat Abigail menggila adalah seluruh tabungannya raib dan hanya menyisakan sedikit saja.

"Ben!" teriak Abigail seperti orang kesetanan.

Abigail menyisir seluruh sudut ruangan, sampai akhirnya ia menemukan Ben tengah bersantai dengan satu botol minuman dan keadaannya sudah nyaris mabuk berat. Abigail mengambil payung yang tersimpan di pojok ruangan, lalu memukuli Ben seperti seekor cacing yang menjijikan.

"Aby, apa kamu gila!" bentak Ben.

"Apa yang kamu lakukan pada uang tabunganku! itu hasil kerja kerasku untuk anak-anak panti dan suster Margaretha!"

"Aku menggunakan uangmu untuk mengganti uang perusahaan," sahut Ben santai dan berbicara melantur setelahnya karena mabuk.

Abigail semakin murka mendengar jawaban Ben, ia nyaris saja membunuh Ben jika pria itu tidak bergerak gesit menghindari serangan Abigail. Setelah berhasil mengendalikannya, Ben menyeret Abigail keluar dan mengusirnya di rumah yang mereka beli berdua.

"Bajingan kamu Ben! kamu menipuku dan sekarang kamu mencuri uangku! kembalikan uangku Ben, itu untuk suster Margaretha dan anak-anak!" tangis Abigail histeris dari balik pintu.

Di balik pintu tempat Abigail menangis, Ben kini juga tengah merasa amat bersalah karena telah bersedia melakukan rencana bodoh ini. Ben berjalan frustasi ke ruang tamu, lalu menendang apapun yang ada di hadapannya. Ponselnya berdering nyaring menampilkan nama yang enggan ia lihat, berkali-kali Ben mencoba mengabaikannya namun panggilan itu semakin terus menerornya.

"Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di ujung telepon.

"Ya, apa kalian sudah puas?" sahut Ben dingin.

"Kenapa kamu begitu emosional? jika rencana kita yang selanjutnya juga berhasil kita bisa mengembalikan uang Abigail bahkan dua kali lipat!"

"Ya mungkin Abigail bisa mendapatkan uangnya kembali tapi aku sudah tidak bisa mendapatkan cintanya kembali."

Wanita itu berdecih kesal, "Lupakan soal wanita yang asal usulnya tidak jelas itu, kamu masih bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya!"

Panggilan telepon terputus, Ben menggenggam erat ponselnya lalu menenggak kembali alkohol yang ada di atas meja sedangkan di luar sana suara Abigail masih terdengar menangis sendu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status