Share

2. Kita sudah berakhir

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2023-09-18 17:37:28

Pagi menjelang, Abigail terbangun ketika mendengar suara lalu lalang kendaraan dan aktifitas orang-orang di sekitarnya. semua orang menoleh ke arahnya bahkan berbisik tentangnya namun tidak ada satupun yang menolongnya, keadaannya begitu kacau dengan mata sembab dan kepala yang terasa sakit karena menangis semalaman.

Abigail mencoba membuka pintu namun ternyata Ben menguncinya dari dalam, Ben benar-benar serius mengusirnya.

"Ben," panggil Abigail lemah, tenggorokannya terasa kering dan perutnya juga terasa sakit.

Setelah berkali-kali memanggilnya, Ben akhirnya keluar menghampirinya namun di tangannya membawa koper milik Abigail. Tatapannya begitu dingin, ia bahkan tidak sudi menatap Abigail terlalu lama.

"Kamu benar-benar mengusirku?" tanya Abigail, air mata kembali menggenang di netranya.

Ben menatapnya cukup lama, dengan tatapan yang sulit untuk Abigail artikan.

"Apakah saat ini kamu sudah cukup membenciku Abigail?" tanya Ben yang dibalas anggukan oleh Abigail.

"Tapi aku akan memaafkanmu jika kamu mengembalikan uang yang kamu curi dariku,"

"Kalau begitu pergilah, aku tidak akan pernah mengembalikan uangmu dan kamu juga tidak bisa menuntutku atas uang itu. Kita sudah berakhir Abigail,"

Hati Abigail terasa berdenyut nyeri dan rasanya seperti tersayat sebilah belati tajam. "Baiklah, aku akan pergi. Aku pasti bisa menemukan pengganti yang jauh lebih baik darimu dan semoga kamu terus bahagia setelah menghancurkan hidup seseorang Benedict Cattegrin."

Abigail mengambil kopernya, ia tertawa di dalam tangisnya. Menertawakan kebodohan dirinya karena terlalu mempercayai Ben, juga menangisi ketragisan kisah hidupnya. Abigail tidak tau harus pergi kemana, uangnya tidak cukup untuk menyewa sebuah rumah bahkan untuk makan satu bulanpun sepertinya sangat tidak cukup.

Abigail terus berjalan menyeret kopernya tidak tentu arah, sampai akhirnya ia tidak sanggup lagi berjalan dan memilih beristirahat di sebuah kursi minimarket. Ia memesan sebuah roti sandwich kecil dan air mineral untuk mengisi perutnya, baru saja Abigail hendak menyantap sandwich tersebut namun dari kejauhan seorang anak kecil memperhatikan lekat sandwich yang tengah ia pegang. Abigail menggerakan tangan dengan gestur memanggil, anak kecil itu langsung menghampirinya dengan senyum lebar dan menampilkan giginya yang tanggal.

"Kamu mau sandwich ini?" tanya Abigail.

"Iya, aku mau." jawabnya riang.

Abigail memberikan sandwich miliknya, namun tiba-tiba seorang wanita datang dan melempar sandwich tersebut ke jalanan yang tergenang air kotor.

"Claire, sudah beberapa kali ibu katakan jangan pernah menerima makanan ataupun minuman dari orang asing!" bentaknya lalu membawa anak itu pergi tanpa meminta maaf pada Abigail.

Abigail menatap nanar sandwich yang tergeletak di jalan, ia memungut kembali sandwich tersebut dan membersihkan bagian yang kotor. Abigail memakan sandwich tersebut dengan punggung yang gemetar, tangan kirinya terus menyeka air matanya yang tidak kunjung berhenti mengalir. Ia ingin pulang ke pangkuan suster Margaretha, namun ia tidak ingin suster Margaretha terbebani pikirannya karena masalah yang menimpanya. Abigail kembali berjalan menyusuri jalan yang perlahan mulai menggelap, Abigail mengecek saldo akun rekeningnya yang hanya menyisakan beberapa dollar. Memikirkan bagaimana caranya ia bertahan hidup hanya dengan uang seadanya, juga tempat tinggal dengan harga sewa yang murah.

"Erick, lihat wanita disana. Sepertinya kita akan mendapatkan uang malam ini," pasangan muda itu lalu menghampiri Abigail yang tengah kebingungan di tengah gelapnya malam.

"Hai, aku Emily! aku lihat kamu sedang kebingungan. Apakah kamu sedang membutuhkan bantuan?" tanyanya.

Abigail memperhatikannya dari ujung kepala hingga kaki, ia nampak ragu untuk menjawab pertanyaan Emily.

"Tidak perlu takut, aku tidak akan berbuat jahat padamu."

"Aku, aku butuh tempat tinggal dan pekerjaan." sahut Abigail pelan.

Emily dan Erick saling pandang dengan senyum licik, "Aku bisa membantumu untuk itu,"

"Benarkah?"

"Ya, apakah kamu ingin bekerja di klub itu? kamu juga akan mendapatkan tempat tinggal dan makan gratis selama bekerja disana," tunjuk Emily pada sebuah gedung yang ada di pertigaan jalan.

Abigail menatap ragu tempat tersebut, "Pekerjaan apa yang akan aku dapatkan disana?"

"Waitress, apa kamu bersedia?"

Abigail akhirnya menyetujui tawaran Emily, Emily dengan senang hati menggandeng tangannya sedangkan Erick membawakan koper miliknya. Abigail dituntun ke sebuah ruangan yang berada paling pojok gedung, hiruk pikuk keramaian dan dentuman alunan musik yang cukup keras membuat Abigail merasa tidak nyaman. Disana ia dipertemukan dengan seorang wanita paruh baya yang Emily panggil madam Veronica, wanita itu masih memiliki penampilan yang cukup menawan di usianya yang tidak lagi muda.

"Cantik juga, berapa harga yang kalian tawarkan untuk gadis ini?" tanya madam Veronica.

"Harga? apa maksudnya ini?" tanya Abigail panik.

"Oh, rupanya kalian menipu gadis polos ini ya?" madam Veronica berdecak pelan ke arah Emily dan Erick.

"Harga yang aku maksud adalah harga dirimu gadis manis, Erick dan Emily menjualmu kepadaku sebagai pekerja seks di klub milikku." sambungnya seraya mengelus rambut Abigail.

"Tidak! aku tidak mau!"

Tanpa pikir panjang Abigail langsung berlari secepat kilat dari ruangan madam Veronica, tanpa memperhatikan apa yang ada di depannya dan seberapa besar sisa tenaganya. Abigail berlari terengah-engah, mencoba menghindari kejaran anak buah madam Veronica, Erick dan juga Emily. Koper yang ia seret juga ia jadikan senjata untuk menyerang siapapun yang mengejar ataupun menghalangi jalannya, ia bahkan tidak perduli apakah orang tersebut anak buah madam Veronica atau bukan.

"Ada apa?" tanya salah satu pengunjung VIP kepada seorang waitress, ketika melihat Abigail lewat dengan diikuti anak buah madam Veronica.

"Ada seorang gadis yang kabur dari ruangan madam Veronica," sahutnya.

"Calon gadis penghibur disini?"

"Entahlah, saya tidak mengetahuinya tuan."

*******

Setelah berhasil kabur dari klub malam tersebut, Abigail mulai bisa bernafas lega dengan dada yang terasa panas seperti terbakar. Kaki dan tangannya agak terasa nyeri Karena perlawanan yang ia lakukan untuk menghindari kejaran para pria itu, tenaganya juga habis terkuras dan rasanya ia tidak sanggup lagi untuk berjalan.

Abigail merebahkan dirinya di atas aspal yang dingin, tidak ada selimut hangat yang menyelimuti atau mengalaskan tubuhnya. Tubuhnya kedinginan dengan rasa lapar yang terus menggerogoti perutnya, Abigail ingin sekali membeli makanan namun ia harus menghemat sampai ia kembali mendapatkan pekerjaan.

Abigail terlelap dalam keadaan yang menyedihkan, tidak pernah terlintas di dalam benaknya jika ia akan mengalami nasib seperti ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   113. End

    Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   112. Final

    Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   111. siksaan

    Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   110. Pengorbanan Frank

    "Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   109. Hilangnya nona muda

    Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan

  • Pembalasan Sang Pewaris yang Terbuang   108. Karma

    Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status