Share

Sangkar Emas

Author: Sweet Chips
last update Last Updated: 2022-02-18 20:47:13

Sinar mentari memasuki kamar mewah bernuansa putih dan emas melalui celah tirai jendela. Hari menjelang siang namun si penghuni kamar seakan enggan untuk membuka mata. 

Pintu berukir terbuka usai terdengar ketukan, memunculkan wanita paruh baya berpakaian pelayan. Martha namanya, ia ditugaskan untuk mengurus wanita muda yang sejak seminggu lalu tinggal di rumah besar majikannya. 

"Selamat pagi, Nona." Tangan pelayan senior itu meletakkan nampan berisi secangkir teh di atas meja lalu membuka tirai. 

Suasana kamar berukuran tak biasa itu seketika terang benderang. Wanita muda yang tertidur perlahan membuka mata. Namun tidak tampak semangat di wajah cantiknya. Hanya ada tatapan kosong dan ekspresi datar. 

"Tinggalkan saya sendiri, Bi," pintanya dengan suara serak. 

"Nona, saya hanya menjalankan tugas. Satu jam lagi tuan muda akan mengajak Nona makan bersama. Mari, saya bantu Nona untuk membersihkan diri." Martha membuka selimut tebal dan membantu wanita muda itu bangun. 

"Saya tidak ingin bertemu dengannya. Tolong, tinggalkan saya sendiri!" Kali ini terdapat penekanan pada nada bicaranya. 

Si pelayan menghela napas dan menuruti. Ia mengunci pintu kamar dari luar, sesuai perintah tuan muda yang telah membawa wanita bernama Clara itu kemari. 

Clara terduduk, memandang pintu. Ia telah terkurung di kamar mewah ini sejak beberapa hari lalu tanpa tahu apa alasannya. Ia bahkan tak tahu siapa yang telah menculiknya. Sementara itu Martha berjalan menuju ruangan lain, di mana sang tuan mudanya sedang duduk sambil memeriksa pekerjaan melalui laptopnya. 

"Ada apa?" tanya pria tampan bermata hazel tanpa melihat ke arahnya. 

"Nona Clara masih menolak untuk makan bersama Anda, Tuan."

"Biarkan saja. Aku yang akan mengurusnya."

Martha mengangguk sopan sebelum undur diri. Si tuan muda beranjak dari ruangannya dan berniat mendatangi kamar Clara. Namun sebelum sampai, ia bertemu pelayan lain yang menyampaikan pesan dari kakeknya. 

"Tuan Ronald ingin bertemu Anda sekarang di kamarnya, Tuan."

Pria muda itu tak menjawab. Ia melihat jam tangan sebelum melangkah, hampir pukul sebelas siang. Ia memutuskan untuk menemui kakeknya terlebih dahulu sebelum mendatangi Clara. 

Ia masuk setelah mengetuk. Kakeknya tengah membaca selembaran dan meletakkan di atas meja saat pria itu mendekat. 

"Kakek memanggilku?" Ia langsung duduk di sofa berwarna biru tua. 

"Kau sibuk?" Pria tua berpenampilan rapi itu melirik sang cucu dan ikut duduk. 

"Cukup santai untuk sekedar menemani Kakek mengobrol. Apa Kakek butuh sesuatu?"

"Tidak. Lusa ayahmu akan kembali dari Australia. Kau ingat pesanku?"

"Tenang saja, Kek. Semua sudah aku atur." 

"Oh ya, satu lagi. Jangan ber main-main dengan wanita itu. Dia adalah aset penting. Mengerti?"

Si pria muda menatap sang kakek sebelum mengangguk. Ia tahu akan mendengar pesan seperti ini. Dan jujur saja, ini membuatnya sedikit kesal. Clara terlalu cantik untuk dibiarkan begitu saja. 

"Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Aku permisi, Kek." Pria itu berdiri. 

"Martin, sekali lagi kutegaskan, hati-hati dengan langkahmu. Biarkan Vincent yang akan menghampiri kehancurannya sendiri."

"Kakek bisa mengandalkanku," sahut Martin sembari tersenyum. 

**

Clara berdiri di tepi balkon, bersandar pada pagar pembatas seukuran perut. Ia melongokkan kepala hanya untuk memastikan jika di bawah sana terdapat dua penjaga. 

Sebuah langkah terdengar, membuat wanita itu menoleh seketika. Tatapannya bertemu dengan mata pria blasteran yang kini tersenyum manis ke arahnya. 

"Masih ingin lompat? Hm?" Martin mendekat. Ia mengingatkan bagaimana Clara memaksa untuk dilepaskan hingga mengancam untuk melompat pada hari pertama sampai di rumah ini. 

"Jangan bicara padaku! Aku bahkan gak kenal sama kamu," respon Clara dengan ekspresi sinis. 

"Tapi aku mengenalmu, Nona Clara Watson."

Mendengar Martin menyebut namanya, Clara menoleh. Terdapat jeda selama beberapa detik sebelum ia bertanya. 

"Kamu orang suruhan ayahku?" Clara tergelak lemah lalu mengalihkan pandangan pada taman bunga yang bisa terlihat dari tempatnya berdiri. 

"Aku tidak punya urusan dengan orang tuamu. Tapi aku ada sedikit masalah dengan Vincetn. Atau yang biasa kamu panggil Vinn." Martin tersenyum saat menyadari raut wajah Clara berubah. 

"Vinn? Kamu kenal? Apa yang kamu inginkan sebenarnya?" Wanita dengan dress soft peach itu menatapnya lurus. 

Martin berpindah posisi, ikut bersandar pada pagar pembatas tepat di samping Clara. Melihat wanita itu penasaran membuatnya gemas. Ia yakin takkan ada masalah jika sedikit mempermainkan perasaan Clara. 

"Aku dan Vinn cukup dekat. Dia orang yang baik, bukan?" 

Clara tidak menjawab meski setuju dengan pernyataan pria di depannya. Sekarang ia hanya ingin keluar dari sangkar emas ini. 

"Tapi Vinn tak sebaik yang kamu kira, Clara. Dia telah berbohong. Kebohongan yang mungkin tak bisa kamu maafkan ..." Lagi, Martin memberinya senyum aneh. 

"Just say it!" ucap Clara kesal. 

"Dia bukan pria polos dan sederhana seperti yang kamu kira. Vinn adalah pewaris Orion Group. Aku yakin kamu sudah mendengar nama perusahaan raksasa itu dari ayahmu."

"Kenapa aku harus percaya sama kamu?" Kini wanita itu tertawa untuk menutupi risau yang mendadak muncul. 

"Aku tak akan menyalahkanmu jika tak mempercayai ini. Bersiaplah, dalam tiga puluh menit aku harap kamu sudah siap untuk makan siang."

Tanpa menunggu respon Clara, pria dengan cardigan biru tua itu meninggalkan kamar. Ia yakin kini batin Clara mulai terusik. Sejak setahun lalu, ia telah mengamati seluk beluk wanita ini. Putri sulung Keluarga Watson ini tak pernah menyukai pria kaya. Tapi sekarang, ingin mendapatkan hati wanita itu, bagaimanapun caranya. 

***

Bersambung. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Pewaris   Akhir Tak Terencana

    Vinn melangkah ringan menuruni tangga. Perbincangan dengan Kakek Richard tak terasa telah menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya. Sedikit banyak kakeknya memberi petuah akan apa yang harus ia lakukan sesaat lagi. Terkait perusahaan maupun tampuk kekuasaan klub Black Circle yang sementara kosong.Mood pria muda itu sedang sangat baik. Senyumnya tak jarang muncul ketika berpapasan dengan pelayan atau kerabat di koridor."Apa kalian melihat Nona Clara?" tanyanya pada dua pelayan yang bertugas mematikan penerangan di lantai dua."Beberapa saat lalu nona memasuki kamar, Tuan," jawab pelayan dengan rambut digelung.Vinn mengangguk, memberi isyarat jika mereka sudah boleh pergi. Tanpa berpikiran buruk sedikitpun ia melanjutkan langkah menuju kamarnya yang kini telah menjadi kamar pengantin. Ia bahkan sempat menyentuh hiasan pada pintu sebelum mengetuk.Tok. Tok. Tok."Princess?"Hening. Vinn menurunkan kenop pintu, mengira sang istri tengah berada di kamar mandi atau mungkin telah terle

  • Pembalasan Sang Pewaris   Tenang Sebelum Badai

    Vinn membuka matanya, mengerjap dalam kebingungan saat mengedarkan pandangan pada sekitar. Ruangan serba putih, aroma steril dan juga suara dengungan statis nan rendah dari alat-alat medis yang terpasang pada tubuhnya. Jantungnya berpacu tapi ia kesulitan untuk menggerakkan tubuh. Terasa sangat lemah.Sesaat setelah pandangannya lebih jelas, ia melihat dua wajah yang tidak asing. Netra mereka menunjukkan ekspresi kelegaan yang tak terkira. Senyum lelah Vinn segera terbentuk."Paman Bara ... A-ayah?" Vinn bersuara dengan serak."Vinn, kau sadar! Syukurlah, kau kembali pada kami." Darren Alfredo mendekati ranjang, sudut matanya sedikit basah."Kami sangat mengkhawatirkanmu, Vinn. Kau telah mengalami koma selama empat bulan." Tuan Bara menepuk bahu Vinn dengan lembut."Koma? Jadi aku belum mati? Lalu ayah?" Vinn masih memandangi pria paruh baya yang sangat mirip dengannya itu."Ceritanya cukup panjang. Tapi kini tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Semua telah selesai." Darren tersenyu

  • Pembalasan Sang Pewaris   Saat Kehancuran

    "Satu, dua, tiga! Jangan sampai tertangkap!" seru Jade saat akhirnya pertahanan mereka luruh dan para penjaga berhasil merangsek masuk.Edward mencebik ringan lalu tertawa menghadapi candaan Jade di tengah situasi kritis. Sedang Daniel, pria itu juga ikut mengeluarkan pistol meski awalnya kebingungan.Ketiganya saling melindungi dan menembak sambil berusaha meninggalkan ruang penyimpanan. Suara tembakan nampaknya mengundang penjaga lebih banyak untuk datang."Tugas kita hanya mengambil benda itu, bukan menembak para penjaga!" desis Daniel yang punggungnya saling menempel dengan Edward."Protes saja padanya," balas Edward sembari menunjuk Jade dengan gerakan kepala.Jade menikmati kegiatannya menumbangkan para penjaga satu persatu. Gerakan tubuhnya pun luwes saat menghindari peluru. Entah karena ia menganggap serius taruhan atau pekerjaan ini terasa menyenangkan baginya.Akan tetapi, senyum Jade menghilang saat satu tembakan lolos dan mengenai bahu kanannya. Wanita itu meringis merasak

  • Pembalasan Sang Pewaris   Tim 'Pencuri'

    "Singkirkan dia dari hadapanku!" perintah Tuan Ronald usai meminta dua penjaga masuk ke ruangannya.Mereka saling pandang sekilas sebelum mengangkat tubuh Redo yang sepertinya tinggal jasad. Tuan mereka memang tidak bisa ditebak. Siapa yang mengira jika Redo yang selama ini selalu mendampingi pria tua itu ke mana pun akhirnya berakhir tragis di tangan sang majikan.Genangan darah segar masih tercetak pada karpet hijau tua. Tuan Ronald telah kembali ke kursinya, berkutat santai mengelap pisau yang sempat menancap pada dada Redo."Ke mana kami harus membuangnya, Tuan?" tanya salah satu penjaga."Ke mana saja. Ini bukan pertama kali, jangan bertingkah seperti anak baru," ucap Tuan Ronald tanpa menoleh sama sekali.Tidak ada pertanyaan lagi. Berikutnya dua orang itu telah berkendara. Malam semakin larut dan mobil mereka gunakan sudah hampir sampai di sekitaran bekas taman wisata yang telah lama ditinggalkan."Kau yakin di sini aman?" Bruno, salah satu dari mereka bertanya dengan was-was.

  • Pembalasan Sang Pewaris   Rencana yang Gagal?

    Esoknya, pukul sepuluh pagi.Jade telah sampai di tempat yang disepakati bersama seseorang beberapa menit lalu. Semalam ia tidak mendapat informasi memuaskan dari Jason. Pemuda itu cenderung diam seolah memikirkan sesuatu, tatapannya juga tidak fokus. Beruntung salah seorang temannya ternyata mengenal klub yang sedang ia amati.Baru saja Jade duduk, seorang pria seusianya berbicara dengan nada serius nan rendah."Kuperingatkan sebaiknya kau berhenti mencari tahu tentang Klub Black Circle.""Kenapa memangnya?" tanya Jade dengan gaya casual. "Mereka bukan klub biasa, percaya padaku. Tak hanya mafia, klub itu juga dihuni pembunuh bayaran dan juga kolektor benda dari black market," terang pria dengan cardigan biru tua. "Aku sudah mendengar tentang itu. Tak bisakah kau memberiku informasi yang lain. Tentang mendaftar atau keluar? Oh, apa mereka merekrut anggota baru akhir-akhir ini?" Jade mengambil pemantik guna menyalakan rokok. "Kau ingin masuk ke sana? Sudah gila? Kudengar mereka tid

  • Pembalasan Sang Pewaris   Tangan Kanan dan Sang Ayah

    Drap. Drap.Sembari menuruni tangga, Jason memijat tengkuk yang terasa pegal. Tubuhnya tampak sehat tapi beban berat seolah memenuhi rongga kepalanya seusai pembicaraan dengan Harris beberapa saat lalu.Tidak sampai satu purnama, ia akan dilantik menjadi ketua klub. Tapi yang berbahagia justru anggota yang lain. Sedangkan Jason merasa hal sebaliknya. Selain kosong, ia ingin berlari menjauh. Tuan Ronald dan Black Circle ternyata bukanlah rumah baginya. Senyum dan kepedulian mereka bermotif mengerikan."Kau harus ingat, Jason. Pada saatnya nanti, Tuan Ronald akan meminta bukti kesetiaanmu.""Bukankah kehadiranku seperti sekarang sudah bentuk kesetiaan?""Tidak, anak muda. Tidak sesederhana itu. Aku tidak sedang membicarakan waktu, tapi nyawamu."Itulah sepenggal percakapannya dengan Harris sebelum ia undur diri belasan menit lalu.Langkah Jason semakin cepat begitu melewati karpet merah di tengah lorong dengan penerangan redup. Sesuai perintah Tuan Ronald, ia harus datang ke galeri seni

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status