Share

Dua

Wanita tua berbadan gemuk menghampiri Angel dan matanya terlihat memerah. Dengan langkah cepat, ia melayangkan tangan dan mendarat di pipi Tiara. Tiara menundukkan kepala dan kembali mendongkakkan kepala. Tamparan tersebut tidak membuat Angel sakit. 

"Tiara! Mengapa kamu pergi tanpa izin? Kami semua panik," teriak wanita tua itu. Angel berpikir, mungkin wanita ini adalah Ibu Mertua Tiara. Terlihat kasar perlakuannya, namun ketika wanita itu memeluk tubuh rampingnya Angel menemukan kehangatan. Tapi, bukan berarti orang baik tidak bisa membunuh, pikir Angel saat itu. 

"Tiara, kamu ke mana saja. Mengapa tak bisa Mama hubungi nomer kamu? Jawab, Nak. Mengapa kamu diam saja?" cerca mama mertua. 

"Ma-maaf Ma, aku pergi tanpa izin." Angel berusaha berbicara menyerupai suara adiknya. Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya terlihat pucat, ia berusaha bersikap baik seperti Tiara yang pendiam dan sopan. 

"Tiara, maafkan Mama. Mama tahu kamu kecewa. Antoni begitu mencintaimu, tapi ...." ucapnya terpotong. 

"Sudahlah, Ma, itu masa lalu biarkan saja," sambung Antoni. Angel terlihat kecewa, ia tak tahu apa yang akan dikatakan mama mertua. Wanita itu merangkul Angel ke dalam kamar. Antoni dan Ros mengikuti dari belakang. Angel menatap sekeliling rumah. Banyak sekali pintu yang berada di sana. Rumah yang cukup luas, hampir. melebihi rumah Angel. Ia menghitung pintu berwarna putih yang berjejer.'Apakah ini kamar atau ruangan rahasia,' pikirnya saat ini.

"Istirahat saja dulu, nanti Mama panggil kamu untuk makan malam." Mereka meninggalkan Angel di kamar. 

Angel membuka lemari pakaian adiknya, mungkin ia menemukan petunjuk di sana. Menelusuri setiap kamar dan cela-cela yang tak bisa dijangkau orang lain. 

Ia menemukan sebuah kotak berisi surat dan foto-foto. Membaca satu persatu surat tersebut. Ternyata, Tiara dan Antoni sudah kenal lama. Tertulis tanggal dan tahun di foto tersebut. 

Angel meletakkan kembali kotak tersebut ke tempat semula, suara ketukan mengagetkan Angel. Bergegas menarik pintu pelan. Antoni berdiri di depan pintu dan tersenyum. Ia hendak masuk, namun Tiara melarangnya. 

"Maaf aku ingin istirahat. Mohon tinggalkan aku sendiri," pinta Angel sopan. Wajahnya menunduk tak mau menatap laki-laki itu yang telah menikah dengan adiknya. 

"Aku ingin menemanimu, mungkin kamu butuh aku," ucap Antoni. Ia masih berdiri di depan pintu. Angel hanya membuka setengah pintu. 

"Sayang, kamu ngapain di situ," ucap wanita berambut coklat. Tubuhnya tinggi dan ramping seperti model papan atas. Cara penampilannya begitu mewah. 

"Sayang, kamu sudah pulang." Antoni memeluk tubuh wanita itu dan mengecup pipinya mesra. 

Angel melirik sekilas saat wanita itu memanggilnya. Terdengar suaranya yang mengejek."Berani pulang kamu! Sungguh munafik!" 

"Sudahlah Yohana, jangan ganggu dia!" bela Antoni. 

"Kamu, belain dia. Kamu lupa apa yang kamu katakan kala itu," sindir Yohana. Ia menunjuk jarinya ke arah Angel. 

"Yohana, please! Jangan bahas lagi! Tiara sudah balik ke rumah ini. Dia istri sah ku, kamu harus ingat itu." Angel mendengar ucapan Antoni. Apa maksud dari perkataannya. Istri Sah dan memanggil wanita berambut coklat itu dengan sebutan sayang. 

"Maaf aku mau istirahat, kepalaku pusing." Tiara menutup pintu tanpa mempedulikan pertengkaran mereka. Ia mengambil gawai di dalam tas kecil. Menghubungi seseorang.

"Bagaimana? Apa kalian sudah mendapatkan informasi?" tanya Angel dengan suara pelan. Sebelum ia masuk mencari kamera tersembunyi. Tak ada apa-apa di kamar tersebut. Angel memerintahkan anak buahnya mencari informasi tentang keluarga suami Tiara. 

Angel membersihkan tubuhnya di kamar mandi yang sudah tersedia dalam kamar. Raganya terasa segar, air hujan yang membasahi tubuhnya tak terasa dingin di kulit karena hatinya terlalu panas. 

Suara ketukan terdengar di pintu kamarnya. Angel mempersilahkan orang tersebut masuk."Maaf Nona, Anda dipanggil Nyonya." Pelayan berambut hitam di kuncir kuda menatap Angel curiga. Angel tersenyum kepadanya. 

"Baiklah, terima kasih sudah memanggilku." ucap Angel dengan memakai pakaian Tiara yang sedikit longar.

"Ada apa lagi? Aku akan turun." Pelayan itu keluar dengan raut wajah heran. Terlihat jelas sekali di matanya. 

"Non Tiara seperti bukan dirinya. Biasanya kala bertemu denganku. Ia akan menanyakan suaminya atau bercerita tentang kegiatannya. Apa mungkin non Tiara sakit?" lirihnya pelan. Ia berjalan menuju lantai bawah. Di lantai satu terdapat enam pintu kamar. 

Angel berjalan seanggun mungkin, menuruni tangga perlahan. Matanya tak lepas menatap penghuni rumah yang sedang menunggunya di meja makan. Delapan orang telah berada di meja makan. Mereka tersenyum menyambut kehadiran Angel menyerupai Tiara. 

"Akhirnya, kamu pulang juga. Papa takut terjadi apa-apa denganmu," ucap lelaki tua berbaju biru dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Angel menduga lelaki itu adalah papa mertuanya.

"Apa kabar menantu kesayangan Papa?" Ia memeluk tubuh Angel. Mengelus kepalanya dan mempersilahkan duduk. 

"Menatap wajah satu persatu dan mengingat nama mereka.'Papa dan mama mertua, Antoni, Ros, Yohana lalu siapa tiga lelaki yang duduk di seberangnya. Apa mereka saudara Antoni,' ucapnya dalam hati. Netra Angel bertatapan dengan seorang pemuda, ia menatap dengan sinis. Angel menundukkan kepala lalu mendongkak melihat mata itu masih memperhatikan gerak-geriknya. Pemuda bad boy, tato di lengan kanannya dan penampilan yang sedkit urakan.

Di sebelah kanan pemuda tersebut, lelaki berparas manis mungkin umurnya sekitar enam belas tahun. Sebelah kiri pemuda urakan tersebut, duduk seorang lelaki yang berumur tak jauh dari Antoni, wajahnya sedikit mirip Antoni. Perbedaannya hanya penampilannya, lelaki itu terlihat kalem dan tak banyak berbicara. Ia juga berkacamata sama seperti papa mertua. Tatapannya dingin.

"Kak Tiara, selamat datang kembali. Aldo kangen sama Kakak. Tak ada yang mau membantuku mengerjakan PR," ucap pemuda tujuh belas tahun. Angel hanya melengkungkan bibirnya. Terlihat binar dimata bocah tersebut.'Akan aku dekati dia, mungkin aku bisa mengetahui beberapa informasi darinya.' lirihnya dalam hati.

"Tiara, makan yang banyak." Mama mertua memberikan sepotong ayam goreng di piringnya. 

Setelah, makan malam selesai. Mereka masuk ke kamar masing-masing. Angel berdiri dan lengannya ditarik kasar oleh Yohana."Kamu mau ke mana?" Bagaikan majikan yang membentak pembantu. Yohana memerintahkan Angel untuk merapikan piring dan mencucinya. 

"Maaf, bukan'kah di sini banyak pelayan. Mengapa harus aku?" Angel berkata pelan namun menusuk ke hati. 

"Rapikan! Cuci semua piring atau kamu akan saya ...."

"Tidak aku bukan pelayan. Permisi." Angel bangkit dan menyenggol bahu Yohana, ia tak mempedulikan ocehan Yohana. Sudah terlihat dari sikap Yohana kalau wanita itu membencinya. Saat ini Yohana masuk dalam katagori pembunuh Tiara. Perlakuannya sangat kasar. Angel tak mau melakukan pekerjaan itu karena ia adalah seorang putri. 

Angel menelusuri lorong menuju ke kamarnya yang berada di pojok lantai satu. Selama menaiki tangga, Angel melihat tiga kamera di dalam rumah tersebut. Tak ada kamera di lantai satu lorong kamar para penghuni rumah ini. 

Saat Angel melangkahkan kaki di depan pintu kamar ketiga, sebuah tangan kekar membekap mulutnya dan membawa masuk ke dalam kamar pintu tersebut. Angel melawan tubuh kekar tersebut, namun ia tak sanggup. Tubuh rampingnya di lempar ke atas kasur tanpa ranjang. Matanya menatap tajam Angel. Ia segera mengunci tubuh Angel.

"Siapa kamu? Jawab!"

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status