Share

Dua

Author: Nannys0903
last update Last Updated: 2022-06-21 10:04:37

Wanita tua berbadan gemuk menghampiri Angel dan matanya terlihat memerah. Dengan langkah cepat, ia melayangkan tangan dan mendarat di pipi Tiara. Tiara menundukkan kepala dan kembali mendongkakkan kepala. Tamparan tersebut tidak membuat Angel sakit. 

"Tiara! Mengapa kamu pergi tanpa izin? Kami semua panik," teriak wanita tua itu. Angel berpikir, mungkin wanita ini adalah Ibu Mertua Tiara. Terlihat kasar perlakuannya, namun ketika wanita itu memeluk tubuh rampingnya Angel menemukan kehangatan. Tapi, bukan berarti orang baik tidak bisa membunuh, pikir Angel saat itu. 

"Tiara, kamu ke mana saja. Mengapa tak bisa Mama hubungi nomer kamu? Jawab, Nak. Mengapa kamu diam saja?" cerca mama mertua. 

"Ma-maaf Ma, aku pergi tanpa izin." Angel berusaha berbicara menyerupai suara adiknya. Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya terlihat pucat, ia berusaha bersikap baik seperti Tiara yang pendiam dan sopan. 

"Tiara, maafkan Mama. Mama tahu kamu kecewa. Antoni begitu mencintaimu, tapi ...." ucapnya terpotong. 

"Sudahlah, Ma, itu masa lalu biarkan saja," sambung Antoni. Angel terlihat kecewa, ia tak tahu apa yang akan dikatakan mama mertua. Wanita itu merangkul Angel ke dalam kamar. Antoni dan Ros mengikuti dari belakang. Angel menatap sekeliling rumah. Banyak sekali pintu yang berada di sana. Rumah yang cukup luas, hampir. melebihi rumah Angel. Ia menghitung pintu berwarna putih yang berjejer.'Apakah ini kamar atau ruangan rahasia,' pikirnya saat ini.

"Istirahat saja dulu, nanti Mama panggil kamu untuk makan malam." Mereka meninggalkan Angel di kamar. 

Angel membuka lemari pakaian adiknya, mungkin ia menemukan petunjuk di sana. Menelusuri setiap kamar dan cela-cela yang tak bisa dijangkau orang lain. 

Ia menemukan sebuah kotak berisi surat dan foto-foto. Membaca satu persatu surat tersebut. Ternyata, Tiara dan Antoni sudah kenal lama. Tertulis tanggal dan tahun di foto tersebut. 

Angel meletakkan kembali kotak tersebut ke tempat semula, suara ketukan mengagetkan Angel. Bergegas menarik pintu pelan. Antoni berdiri di depan pintu dan tersenyum. Ia hendak masuk, namun Tiara melarangnya. 

"Maaf aku ingin istirahat. Mohon tinggalkan aku sendiri," pinta Angel sopan. Wajahnya menunduk tak mau menatap laki-laki itu yang telah menikah dengan adiknya. 

"Aku ingin menemanimu, mungkin kamu butuh aku," ucap Antoni. Ia masih berdiri di depan pintu. Angel hanya membuka setengah pintu. 

"Sayang, kamu ngapain di situ," ucap wanita berambut coklat. Tubuhnya tinggi dan ramping seperti model papan atas. Cara penampilannya begitu mewah. 

"Sayang, kamu sudah pulang." Antoni memeluk tubuh wanita itu dan mengecup pipinya mesra. 

Angel melirik sekilas saat wanita itu memanggilnya. Terdengar suaranya yang mengejek."Berani pulang kamu! Sungguh munafik!" 

"Sudahlah Yohana, jangan ganggu dia!" bela Antoni. 

"Kamu, belain dia. Kamu lupa apa yang kamu katakan kala itu," sindir Yohana. Ia menunjuk jarinya ke arah Angel. 

"Yohana, please! Jangan bahas lagi! Tiara sudah balik ke rumah ini. Dia istri sah ku, kamu harus ingat itu." Angel mendengar ucapan Antoni. Apa maksud dari perkataannya. Istri Sah dan memanggil wanita berambut coklat itu dengan sebutan sayang. 

"Maaf aku mau istirahat, kepalaku pusing." Tiara menutup pintu tanpa mempedulikan pertengkaran mereka. Ia mengambil gawai di dalam tas kecil. Menghubungi seseorang.

"Bagaimana? Apa kalian sudah mendapatkan informasi?" tanya Angel dengan suara pelan. Sebelum ia masuk mencari kamera tersembunyi. Tak ada apa-apa di kamar tersebut. Angel memerintahkan anak buahnya mencari informasi tentang keluarga suami Tiara. 

Angel membersihkan tubuhnya di kamar mandi yang sudah tersedia dalam kamar. Raganya terasa segar, air hujan yang membasahi tubuhnya tak terasa dingin di kulit karena hatinya terlalu panas. 

Suara ketukan terdengar di pintu kamarnya. Angel mempersilahkan orang tersebut masuk."Maaf Nona, Anda dipanggil Nyonya." Pelayan berambut hitam di kuncir kuda menatap Angel curiga. Angel tersenyum kepadanya. 

"Baiklah, terima kasih sudah memanggilku." ucap Angel dengan memakai pakaian Tiara yang sedikit longar.

"Ada apa lagi? Aku akan turun." Pelayan itu keluar dengan raut wajah heran. Terlihat jelas sekali di matanya. 

"Non Tiara seperti bukan dirinya. Biasanya kala bertemu denganku. Ia akan menanyakan suaminya atau bercerita tentang kegiatannya. Apa mungkin non Tiara sakit?" lirihnya pelan. Ia berjalan menuju lantai bawah. Di lantai satu terdapat enam pintu kamar. 

Angel berjalan seanggun mungkin, menuruni tangga perlahan. Matanya tak lepas menatap penghuni rumah yang sedang menunggunya di meja makan. Delapan orang telah berada di meja makan. Mereka tersenyum menyambut kehadiran Angel menyerupai Tiara. 

"Akhirnya, kamu pulang juga. Papa takut terjadi apa-apa denganmu," ucap lelaki tua berbaju biru dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Angel menduga lelaki itu adalah papa mertuanya.

"Apa kabar menantu kesayangan Papa?" Ia memeluk tubuh Angel. Mengelus kepalanya dan mempersilahkan duduk. 

"Menatap wajah satu persatu dan mengingat nama mereka.'Papa dan mama mertua, Antoni, Ros, Yohana lalu siapa tiga lelaki yang duduk di seberangnya. Apa mereka saudara Antoni,' ucapnya dalam hati. Netra Angel bertatapan dengan seorang pemuda, ia menatap dengan sinis. Angel menundukkan kepala lalu mendongkak melihat mata itu masih memperhatikan gerak-geriknya. Pemuda bad boy, tato di lengan kanannya dan penampilan yang sedkit urakan.

Di sebelah kanan pemuda tersebut, lelaki berparas manis mungkin umurnya sekitar enam belas tahun. Sebelah kiri pemuda urakan tersebut, duduk seorang lelaki yang berumur tak jauh dari Antoni, wajahnya sedikit mirip Antoni. Perbedaannya hanya penampilannya, lelaki itu terlihat kalem dan tak banyak berbicara. Ia juga berkacamata sama seperti papa mertua. Tatapannya dingin.

"Kak Tiara, selamat datang kembali. Aldo kangen sama Kakak. Tak ada yang mau membantuku mengerjakan PR," ucap pemuda tujuh belas tahun. Angel hanya melengkungkan bibirnya. Terlihat binar dimata bocah tersebut.'Akan aku dekati dia, mungkin aku bisa mengetahui beberapa informasi darinya.' lirihnya dalam hati.

"Tiara, makan yang banyak." Mama mertua memberikan sepotong ayam goreng di piringnya. 

Setelah, makan malam selesai. Mereka masuk ke kamar masing-masing. Angel berdiri dan lengannya ditarik kasar oleh Yohana."Kamu mau ke mana?" Bagaikan majikan yang membentak pembantu. Yohana memerintahkan Angel untuk merapikan piring dan mencucinya. 

"Maaf, bukan'kah di sini banyak pelayan. Mengapa harus aku?" Angel berkata pelan namun menusuk ke hati. 

"Rapikan! Cuci semua piring atau kamu akan saya ...."

"Tidak aku bukan pelayan. Permisi." Angel bangkit dan menyenggol bahu Yohana, ia tak mempedulikan ocehan Yohana. Sudah terlihat dari sikap Yohana kalau wanita itu membencinya. Saat ini Yohana masuk dalam katagori pembunuh Tiara. Perlakuannya sangat kasar. Angel tak mau melakukan pekerjaan itu karena ia adalah seorang putri. 

Angel menelusuri lorong menuju ke kamarnya yang berada di pojok lantai satu. Selama menaiki tangga, Angel melihat tiga kamera di dalam rumah tersebut. Tak ada kamera di lantai satu lorong kamar para penghuni rumah ini. 

Saat Angel melangkahkan kaki di depan pintu kamar ketiga, sebuah tangan kekar membekap mulutnya dan membawa masuk ke dalam kamar pintu tersebut. Angel melawan tubuh kekar tersebut, namun ia tak sanggup. Tubuh rampingnya di lempar ke atas kasur tanpa ranjang. Matanya menatap tajam Angel. Ia segera mengunci tubuh Angel.

"Siapa kamu? Jawab!"

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Saudara Kembar    Ending

    Bab 88"Angel," sapa Tiara dengan suara tegas. Angelica menatap manik kembarannya. Ia bangkit dari duduk yang disediakan oleh petugas polisi untuk para pengunjung. Bagaimana bisa Tiara mengenalnya. "Angel? Aku Angelica." Wanita berparas manis tersenyum tipis. Bibirnya bergetar. Tak mungkin Tiara mengenalinya. Wajahnya saja tak seperti dulu lagi. "Kamu Tara, saudara kembarku. Aku yakin kamu Tara." "Siapa Tara. Siapa Angel?" Angelica berusaha untuk tenang. Ia tak boleh gegabah hingga Tiara curiga mimik wajahnya pasrah. "Tara kembaranku." "Loh, bukankah ia sudah kamu bunuh?" Tiara terdiam, ia ingat kejadian itu tapi penjelasan dari polisi membuat dirinya yakin kalau Angelica adalah Tara. "Ia tidak mati. Saudaraku masih hidup. Aku yakin itu kamu. Kamu adalah Tara." Suara Tiara meninggi, ia mengungkapkan apa yang dilihat dengan matanya sendiri. Walau wajahnya berbeda, ciri-ciri Angelica sama dengan Angel atau Tara. Ketika mereka berada di laut, Tiara merasa tak asing dan dekat d

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tujuh

    Bab 87Luka Tiara sudah tak terlalu parah. Ia dapat berjalan seperti biasa. Para petugas berjaga di pintu masuk ruang inap Tiara. Mereka tetap mengawasi wanita itu. "Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Angelica menyapa Tiara. Ia membawa boneka beruang berwarna coklat. Tiara dan Lola mendapatkan izin khusus untuk keluar masuk ruangan Tiara. "Baik. Lebih baik." Tiara menyungingkan senyum. Ia menatap boneka di tangan wanita yang mengenakan dress coklat di atas lutut. Rambut panjangnya digerai indah hingga wajahnya semakin memesona. "Boneka ini?" tanya Tiara mengingat momen semasa kecil. Ia suka dengan boneka beruang. Entah ke mana boneka itu. Boneka pemberian almarhum ibunya. "Untukmu. Hanya ada warna ini tak ada yang lain." Tiara mencium aroma boneka berbau rosberry. Aroma yang ia sukai. "Dari mana kamu tahu aku menyukai boneka beruang dengan aroma rosberry?" "Hanya menebak saja. Tipe wanita sepertimu pasti suka boneka." Tiara hanya tersenyum simpul. Ia merasa ada teman dalam deka

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Enam

    Bab 86"Angelica!" panggil Lola melambaikan tangan. Gadis itu senang ketika teman barunya selamat. Angelica meletakkan tangan kanannya di bahu Tiara. Langkah Tiara terseok-seok. "Tolong bantu dia!" ujar Angelica kepada Lola."Ayo Non Tiara kita ke sana!" Tiara memilih diam, ia mengikuti langkah Lola ke sebuah tempat lebih aman. Lola melihat luka bakar Tiara. Ia segera berlari ke mobil dan mengambil kotak P3K. Lola menyobek celana panjang orange Tiara agar bisa melihat luka lebih jelas. "Astaga, lukanya terlihat parah. Kejam sekali pria itu." Tangan Lola mengunting celana panjang Tiara hingga ke paha. Tiara meringis ketika Lola menyentuh luka bakarnya. "Rumah sakit jauh, kita harus mengobatinya lebih dulu." Angelica berdiri dekat Lola, memperhatikan luka Tiara. Ia meringis melihat kulit Tiara melepuh seperti balon. "Aku kasih salep saja. Ini ada salepnya." Tiara tak berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap kedua perempuan yang ada dihadapannya. "Ayo Nona kita ke mobil." L

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Lima

    Bab 85 Tubuh Angelica terjun ke dalam laut. Tangan dan kaki bergerak cepat mencari keberadaan sebuah mobil yang mulai tenggelam.Angelica menoleh ke sekitar, melihat bayangan hitam di kedalaman laut. Ia terus berenang menuju ke arah benda yang biasa di gunakan untuk menuju ke tempat lain dalam waktu singkat. "Tiara, bertahanlah!" ucapnya dalam hati. Tangan dan kaki berusaha mengapai mobil itu. Hingga ia berhasil mendekatinya. Angelica melihat isi mobil tak ada Tiara di dalamnya hanya ada bangku kosong tak berpenghuni.Ia melihat ke arah bagasi. Bisa jadi Tiara berada di dalamnya. Tangannya menyentuh pintu yang terbuka sedikit dan masuk ke dalam . Jari menyentuh tombol pembuka bagasi hingga seseorang keluar dari tempat itu. Tiara berusaha untuk berenang ke atas permukaan ketika mendapat cela. Angelica mengikuti tubuh adiknya hingga mereka berhasil muncul ke permukaan. Uhuk! Uhuk! Tiara menatap wanita yang berada dekat dengannya. Ia terkejut Angelica berusaha menolong. Padahal,

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Empat

    Bab 84 Angelica masih berusaha mencari keberadaan adiknya. Ia harus menemukan wanita itu sebelum Seno membunuh. "Ke mana lagi kita Nona?" tanya supir yang mengemudi di depan mereka. Sejak tadi hanya berkeliling saja tanpa tujuan jelas. "Jalan saja terus. Ikuti jalan ini hingga ke atas." Hanya ada satu jalan saja. "Baik, Nona." Pohon-pohon menjulang tinggi, jalan becek akibat hujan semalam. Tak ada rumah yang tinggal di daerah itu. Angelica dan Lola masih menatap jalan sekitar. Di kejauhan, Lola melihat sebuah mobil di antara pepohonan. Walau tak jelas benda itu berjalan menuju arah atas. "Lihat itu!" Tunjuk jari Lola. "Pak, kejar dia!" Jalan tanah dan bebatuan membuat kendaraan sulit untuk melaju. Kecepatan tak bisa ditambah lagi. Situasi dan keadaan tak mendukung. "Apa tak bisa cepat?" omel Angelica tak sabaran karena mobil Seno sudah tak terlihat. "Tidak bisa Nona. Jalannya hancur." Angelica hanya pasrah. Ia berpikir ke mana Seno membawa adiknya itu. "Seno pasti membawan

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tiga

    Bab 83 Setelah Angelica bekerja sama dengan polisi mencari mobil milik Seno. Mereka semua mencari keberadaan mobil itu dengan bantuan para polisi daerah lain terutama polisi lalu lintas. Angelica dan Lola mengikuti para polisi di belakangnya. "Kayaknya kita lewat jalan biasa saja jangan jalan tol. Aku yakin Seno tak lewat situ." "Tapi, para petugas bilang Seno menuju ujung kota." Lola menimpali ucapan Angelica. "Gak semua CCTV terpasang di jalan. Kita jalan lewat biasa saja, Pak," ucap Angelica kepada supir. "Kenapa kamu gak bawa anak buah?" "Gak mungkin aku bawa mereka sedangkan aku masih tahap penyamaran. Mereka gak akan kenal wajahku." "Itulah manusia kalau terfokus dengan dendam," sindir Lola. "Memangnya kamu tak dendam dengan adikku?" "Aku biasa saja. Karena aku tahu dendam itu akan membuat petaka." Angelica merasa tersindir. Sejak pertama penyamaran hingga sekarang hatinya penuh dengan dendam. "Bagaimana kamu bisa memaafkan mereka?""Biarkan saja karma yang akan memb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status