Share

Butuh Uang

Author: YuRa
last update Huling Na-update: 2024-05-23 20:04:30

Farida semakin tersentak mendengar sindiran orang tuanya. Memang tujuannya kesini mau meminjam uang, sebenarnya bukan meminjam tapi meminta dengan alasan meminjam. Karena beberapa kali Farida meminjam uang pada orang tuanya tapi tidak pernah dikembalikan.

"Sepuluh juta, Pak." Farida berkata dengan pelan, karena ada Liqa diantara mereka.

"Untuk apa? Kamu kan punya suami, kalau butuh uang minta sama suami," kata Pak Umar.

"Ada keperluan yang mendesak, Pak. Mas Hendri juga sedang ada kebutuhan lain, makanya aku nggak tega mau meminta uang padanya," kilah Farida. Tentu saja ia berbohong.

"Jadi keperluan mendesakmu ini Hendri nggak tahu?" cecar Pak Umar.

Farida hanya menggelengkan kepala.

"Farida, yang namanya berumah tangga itu, suami istri harus saling terbuka. Apalagi ini tentang uang yang tidak sedikit." Pak Umar berusaha memberi pengertian pada Farida.

Farida menjadi kesal.

"Bapak mau meminjamkan uang, nggak?" tanya Farida.

"Uang segitu Bapak nggak punya. Kalau hanya satu juta, Bapak kasih, nggak usah pinjam. Kalau pinjam kan harus dikembalikan, kalau dikasih kan nggak perlu mengembalikan. Soalnya kamu pernah bilang pinjam uang lima juta, tapi sampai sekarang belum kamu kembalikan juga." Pak Umar berusaha mengingatkan Farida akan hutangnya.

Bukan maksud Pak Umar mengungkit-ungkit yang telah lalu, tapi ia ingin memberi pelajaran pada Farida, jangan semudah itu berkata meminjam, kalau tidak mau mengembalikan.

"Jadi Bapak nggak ikhlas meminjamkan uang lima juta itu?" sahut Farida.

"Bukannya nggak ikhlas, tapi kamu kan ngomongnya meminjam. Berarti harus dikembalikan. Yang namanya hutang, walaupun seribu, nanti ada hitungannya di akhirat. Nggak usah khawatir, uang yang lima juta itu sudah Bapak ikhlaskan, Bapak sudah memberikan sama kamu. Bapak harap, kamu jangan suka meminjam uang pada orang lain, apalagi pada rentenir. Takutnya nanti malah kamu terjerat hutang."

"Tapi sekarang aku sangat membutuhkan uang itu, Pak." Suara Farida sudah mulai melunak dan terdengar memelas.

"Bicarakan dengan suamimu, siapa tahu nanti ada jalan keluarnya. Apalagi jika kebutuhan uang itu untuk keperluan keluarga, pasti suamimu akan mengusahakannya."

Farida terdiam.

"Ya sudah kalau Bapak tidak mau meminjamkan, aku cari pinjaman saja pada orang lain. Ternyata Bapak lebih sayang sama cucu daripada anak sendiri. Sampai rela membiayai cucunya, tapi tidak mau membantu anaknya yang sedang kesusahan." Farida berkata sambil beranjak dari duduknya. Melangkah keluar rumah tanpa berpamitan pada orangtuanya.

Pak Umar hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan Farida.

"Kek, maafkan Liqa, kalau kehadiran Liqa di rumah ini membuat semua menjadi tidak tenang. Kalau memang Kakek dan Nenek tidak menginginkan Liqa tinggal disini, nggak apa-apa kok. Liqa bisa pergi." Liqa berkata dengan pelan.

"Ngomong apa sih kamu itu Liqa. Nggak usah didengar omongan Farida tadi." Pak Umar berusaha menenangkan Liqa.

"Maafkan Liqa, Kek!" Liqa mengulangi permintaan maafnya.

*

"Ara, aku suka iri denganmu," kata Liqa pada Ara, sahabat karibnya.

Siang ini Liqa sengaja mengajak Ara nongkrong di tempat biasa. Sebuah tempat makan yang sedang viral dan kekinian. Ara memang sahabat yang selalu ada untuk Liqa. Disaat teman-teman yang lain mulai menghindari Liqa, justru Ara yang malah mendekat.

Liqa bukanlah orang yang pandai bergaul. Ia merasa minder dengan kondisi keluarganya. Apalagi gosip yang mengatakan kalau ibunya Liqa disana menjadi simpanan majikannya. Liqa hanyalah remaja yang berusia tujuh belas tahun, pemikirannya pun masih labil.

"Memangnya kenapa? Apa yang membuatmu iri padaku? Justru aku yang iri padamu. Kau pintar juga cantik," sahut Ara.

"Setidaknya kamu selalu dekat dengan orang tuamu. Mereka juga sangat menyayangimu." Liqa berkata dengan pelan.

"Kamu ada masalah dengan ayahmu?" tanya Ara.

"Masalahku dengan ayah tidak akan pernah selesai. Selama ada si Rosita di samping Ayah. Bahkan Tante Farida juga mulai tidak suka denganku. Selalu memprovokasi Kakek dan Nenek enek." Liqa berkata sambil meneteskan air mata. Kemudian melanjutkan berbicara.

"Apa aku jadi TKW juga ya, seperti ibu." Liqa nyeletuk.

"Jangan, Liqa. Kasihan Aksa kalau sampai kamu juga jadi TKW. Lagipula pasti ibumu tidak akan setuju." Ara tidak setuju dengan rencana Liqa.

"Aku nggak sanggup lagi tinggal disini. Aku kasihan sama Kakek dan Nenek yang selalu mendapat cibiran dari Tante Farida, karena aku menumpang disitu." Liqa terisak.

"Terus apa Kakek Nenek keberatan kamu tinggal disitu?" tanya Ara sambil menatap Liqa.

Liqa menggelengkan kepala.

"Selama Kakek dan Nenek tidak keberatan dengan keberadaanmu, nggak usah dipikirin omongan Tante Farida." Ara berusaha untuk menguatkan Liqa.

Liqa mengangguk.

"Eh gimana hubunganmu dengan Rifky? Kalian kan nanti kuliah di kota yang berbeda," kata Liqa.

"Saling percaya saja, Liqa. Kalau memang jodoh, ya nggak bakal kemana. Naren kemarin nanyain kamu tuh," kata Ara.

"Nggak mungkin Naren nanyain aku. Ngapain coba? Apa mau nagih hutang? Haha."

"Serius! Dia nanyain kamu, memangnya kamu nggak sadar apa, kalau Naren itu sebenarnya suka sama kamu?" Ara berkata dengan serius.

"Ara, aku nggak mau mimpi tinggi-tinggi. Nggak mungkin juga Naren suka sama aku."

"Tapi dari cara dia memandang kamu, bicara dengan kamu, kelihatan lain."

"Sudahlah Ara, nggak usah ngomongin dia. Kamu ingat nggak, gara-gara Naren, Nesya sampai memusuhiku."

Mereka berdua langsung terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Halo Liqa, Ara, boleh gabung?" sapa seorang cowok yang tiba-tiba ada dihadapan mereka.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
jess
judul apa sih novel ini ?
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Ending

    Farida terdiam mendengar kata-kata Liqa, tapi ia masih penasaran dengan keluarga Keenan.Tiba-tiba muncul Keenan, ia mendengar Liqa berkata dengan suara yang agak keras. Ia khawatir jika Liqa sedang marah. Ia pun mendekati Liqa, yang tampak terengah-engah karena berbicara panjang lebar.“Sabar, Sayang,” bisik Keenan. Mata Liqa sudah berkaca-kaca, ia sudah sangat kesal dengan Farida.“Ajak Liqa masuk ke kamar, biar dia tenang,” kata Sari pada Keenan.“Ayo Sayang,” ajak Keenan sambil menggandeng tangan Liqa. Mereka berdua berjalan menuju ke kamar.Sampai di kamar Liqa langsung menangis tersedu-sedu.“Kenapa Tante Farida sangat jahat pada Liqa dan Ibu? Selalu saja menghina dan mengejek kami. Nanti kalau aku buka semua aib suaminya, bisa stroke dia.” Liqa berkata dengan pelan.“Aib suaminya? Om Hendri?”Liqa mengangguk. Dengan perlahan Liqa menceritakan tentang Hendri. Ketika dulu Hendri mendekati Sari. Keenan mendengarkan dengan seksama, walaupun ia sangat terkejut dengan fakta yang ia d

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Keluarga Terpandang

    Terdengar suara orang mengucapkan salam, Hendri dan Liqa langsung menoleh ke arah pintu. “Waalaikumsalam,” sahut Liqa, ia tidak terkejut karena ia hafal betul suara itu. Hendri sangat terperanjat melihat siapa yang datang, begitu juga dengan Farhan. Ia tak kalah syoknya melihat Hendri ada disini.“Kok kamu ada disini, memangnya pernah kesini ya, dengan siapa? Farida mana?” Farhan memberondong Hendri dengan beberapa pertanyaan. Farhan baru saja pulang dari menemui Rosita, diantar oleh Aksa.“Aku memang pernah kesini, mengunjungi Liqa. Farida sedang bertemu dengan teman-temannya.” Hendri menjawab pertanyaan Farhan. Ia merasa heran dengan kehadiran Farhan disini, apalagi ini rumahnya Sari. Ia ingin bertanya, tapi takut nanti malah menjadi bumerang bagi dirinya.Farhan merasa kalau ada yang aneh dengan sikap Hendri, ia pun menemani Hendri ngobrol. Kesempatan ini dimanfaatkan Liqa untuk masuk ke dalam.“Kok Hendri kamu tinggal?” tanya Pak Umar.“Ayah sudah pulang, biar ngobrol sama Ayah s

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Kedatangan Hendri

    “Apa kabar Rosita,” sapa Farhan ketika mengunjungi Rosita di rumah Citra, sehari setelah Liqa menikah. Rosita dan Yana yang sedang duduk tampak kaget dengan kedatangan Farhan. Farhan datang kesini diantar oleh Aksa.“Mas Farhan.” Dengan terbata-bata Rosita memanggil nama Farhan. Farhan tampak tersenyum, walaupun dalam hatinya ia sangat terkejut melihat kondisi Rosita dan Yana. Farhan duduk di kursi yang ada di kamar itu.“Aku kesini karena Melia bercerita padaku kemarin. O ya, kemarin Liqa sudah menikah. Alhamdulillah, anak yang dulu selalu kamu anggap musuh ternyata malah bisa membanggakan orang tuanya. Aku juga bangga dengan Melia, sejak ia putus komunikasi denganmu, jalan hidupnya menjadi terarah. Lihatlah Melia sekarang, ia menjadi anak yang berbakti dan penurut. Ia menuruti semua kata-kataku, akhirnya ia bisa selesai kuliah dan bekerja.” Farhan berkata dengan bangga.Rosita hanya terdiam.“Liqa menikah? Kapan pestanya? Kenapa Sari tidak mengundangku?” Yana yang mengomentari ucapa

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Menikah

    "Kenapa sekarang? Bukankah rencananya hari Minggu?" protes Liqa. Ia tetap berusaha tersenyum, karena semua mata tertuju padanya."Lebih cepat lebih baik, Mbak," celetuk Aksa."Pantas saja, semua kok hadir disini," gumam Liqa. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Kaget, shock, terharu atau bahagia, semua menjadi satu. Akhirnya sampai juga di meja yang sudah disediakan. Sudah ada Keenan yang tampak gagah mengenakan jas berwarna gelap. Juga penghulu dan dua orang saksi. Irwan sebagai saksi dari Liqa dan papanya Salsa sebagai saksi dari pihak Keenan.Liqa pun duduk disamping Keenan. Keenan tampak tersenyum bahagia melihat Liqa yang sangat cantik hari ini. Acara pun dimulai, Farhan sempat meneteskan air mata sebelum menikahkan Liqa. Ia sangat terharu melihat Liqa yang sebentar lagi akan istri orang. Anak yang pernah ia abaikan ternyata bisa menjadi seperti sekarang ini.Dengan lancar, Keenan mengucapkan ijab kabul. Setelah saksi berkata sah, semua yang hadir tampak lega. Dilanjutk

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Wisuda

    “Seperti dulu yang pernah ia lakukan pada Ibu. Dia mencoba untuk merayu Ibu dengan iming-iming materi. Itulah sebabnya kenapa kita dulu beberapa kali pindah kontrakan, karena untuk menghindari Om Hendri.” Sari berkata dengan pelan.Liqa merasa syok mendengar kata-kata yang terucap dari mulut ibunya. Walaupun ia sudah mengira kalau Hendri akan melakukan itu.“Apakah dulu Tante Farida tahu?” “Enggak. Makanya sebelum ia tahu, Ibu berusaha untuk pindah. Sampai akhirnya Ibu memutuskan untuk menjadi TKW. Selain karena Ibu butuh biaya untuk kehidupan kita, alasan lainnya juga untuk menghindari gangguan Om Hendri.”“Kenapa jadi janda selalu dipandang sebelah mata ya?” lanjut Sari dengan mata berkaca-kaca. Hatinya sangat sedih, karena sepanjang hidupnya sering dipenuhi dengan air mata. Liqa memeluk erat ibunya.“Biarlah orang memandang Ibu dengan sebelah mata. Yang penting kita baik di mata Allah. Jangan pedulikan penilaian orang lain. Liqa pernah mengalaminya, Bu. Penghinaan dan ejekan dari

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Tawaran

    “Maaf, sebenarnya apa maumu?” tanya Sari, ia memberanikan diri untuk menatap Hendri. Hendri sangat senang melihat Sari menatap dirinya, ia pun tersenyum menggoda, membuat Sari merasa jijik dengan Hendri.Sari merasa heran, kenapa Hendri selalu tahu dimana Sari berada? Bukankah jarak kota tempat Hendri tinggal sangat jauh dengan kota dimana Sari berada? Apakah Farida tidak merasa curiga ketika suaminya sering pergi ke kota? Pertanyaan-pertanyaan itu melintas dipikiran Sari.“Seperti yang aku bilang tadi, aku hanya ingin membantu meringankan bebanmu.” “Aku tidak merasa terbebani dengan jualanku ini. Tidak perlu mengasihaniku.”“Jangan angkuh seperti itu. Bagaimanapun juga seorang perempuan itu akan butuh laki-laki sebagai pelindung. Aku siap untuk melindungi mu.”Sari sudah dapat menebak apa yang ada di pikiran Hendri.“Hendri, kamu itu sudah memiliki istri. Lindungilah keluargamu sendiri. Untuk saat ini aku bisa melindungi diriku sendiri.”Hendri tersenyum.“Nggak usah malu-malu, Sari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status