Share

5. Kembalinya Xavelia

Kini sudah sebelas tahun berlalu sejak saat Xavelia keluar dari gerbang neraka. Hal tersebut mengagetkan banyak orang, mereka mempertanyakan bagaimana cara Xavelia bisa lolos hidup-hidup dari sarang monster neraka. Namun, pada akhirnya tidak satu pun yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian Xavelia mengasingkan diri dari istana, dia menetap di sebuah wilayah terlantar dan lahan kosong akibat serangan monster neraka beberapa tahun yang lalu.

Nama Xavelia seolah tenggelam oleh waktu selama lima tahun setelah dia meninggalkan istana. Akan tetapi, namanya kembali bergaung seusai Xavelia muncul di salah satu peristiwa penaklukkan gerbang neraka. Orang-orang ramai membicarakannya karena aura hitam yang dimiliki Xavelia dinilai sangat kuat sebab bisa melumpuhkan ratusan monster dalam sekejap.

Lalu pada hari ini Kekaisaran Esperanza dilanda kekacauan hebat dalam tujuh bulan terakhir. Jumlah gerbang neraka yang muncul melebihi batas kemampuan para kesatria sehingga mereka menjadi kewalahan melenyapkan para monster yang datang secara berbondong-bondong keluar dari gerbang neraka. Sudah banyak korban yang berjatuhan karena ketidakmampuan Romero dalam mengatasi permasalahan ini. Tidak hanya di Esperanza, bahkan kekaisaran lain pun juga menghadapi musibah yang sama.

"Tolong berikan solusi untuk kami menghadapi musibah ini, Yang Mulia! Kami sudah tidak bisa menahannya lagi."

"Sudah banyak korban yang tewas akibat jumlah gerbang neraka yang bermunculan tidak sesuai dengan jumlah kesatria yang ada saat ini."

"Kita tidak boleh membiarkannya terjadi lebih lama lagi, kerugian yang diperoleh kekaisaran juga tidaklah sedikit."

Para bangsawan mengungkapkan protes terhadap Romero di ruang singgasana. Mereka menuntut Romero untuk mencari solusi baru terkait penanganan masalah gerbang neraka. Romero terus menerus diteror dan disudutkan para bangsawan serta rakyat biasa, saat ini kekaisaran sedang berada pada posisi terancam hancur di tangan para monster.

"Aku tidak punya solusi lagi, persoalan ini melebihi batas kemampuanku berpikir. Aku telah mengusahakan berbagai cara, tapi tetap saja tak ada satu pun cara yang berhasil," tutur Romero seraya memijit pelipis.

"Yang Mulia, bolehkah saya memberikan sebuah solusi untuk Anda?" Count Haziel, salah satu bangsawan terpandang di Esperanza angkat suara. Bangsawan yang selama ini tak pernah ikut campur perihal urusan rumit seperti demikian kini muncul membawa sebuah saran dan solusi untuk Romero.

Seluruh pandangan mata tertuju pada Count Haziel, mereka menunggu solusi sejenis apa yang hendak dilontarkan olehnya.

"Solusi apa yang ingin Anda sampaikan, Count?" tanya Romero.

"Bagaimana jika Anda meminta bantuan Tuan Putri Xavelia? Menurut saya, saat ini kita membutuhkan beliau menangani gerbang neraka yang timbul tiada henti ke permukaan."

Sesaat mendengar solusi dari Count Haziel, suasana mendadak riuh. Tentu saja hal ini dikarenakan Xavelia adalah orang yang paling dihindari mereka. Selain terlahir sebagai anak penjahat, Xavelia juga merupakan penjahat itu sendiri. Maka dari itu, mereka mewaspadai Xavelia sebagai penjahat yang ditakuti.

"Count, apa Anda sedang bercanda?" Romero mengintimidasi Count Haziel, dia tidak bisa menerima solusi dari pria bangsawan itu.

"Tidak, Yang Mulia, saya serius memberikan solusi ini kepada Anda. Sekarang coba Anda pikirkan, siapa pun pasti kenal dengan Tuan Putri Xavelia. Pasalnya beliau selama sebelas tahun ini berhasil menaklukkan lebih dua ratus gerbang neraka tingkat tinggi. Permasalahan kita sebenarnya adalah istana tidak memiliki kekuatan tempur yang besar seperti Tuan Putri Xavelia. Jadi, Yang Mulia, kita membutuhkan beliau membereskan kekacauan ini. Tolong kesampingkan dulu ego Anda sebelum Anda menyesalinya," jelas Count Haziel dengan tenang.

Romero berpikir sejenak, masukan yang diberikan Count Haziel memang ada benarnya juga. Terlebih lagi Romero tahu dengan baik bahwa kemampuan pengendalian aura milik putrinya merupakan salah satu yang paling mengerikan.

Tak lama berselang, tiba-tiba dinding istana bergetar hebat. Derap kaki orang-orang terdengar kacau, suara teriakan satu persatu mencapai istana. Lekas saja Romero bergerak keluar untuk memastikan apa yang terjadi di luar sana. Rupanya seekor monster naga hitam sedang mengamuk di udara, semburan api dari mulutnya menghancurkan pemukiman rakyat. Romero tercengang ketika melihat kedatangan naga tersebut, ini pertama kalinya seumur hidup dia menyaksikan monster berwujud naga hitam mengacau di Esperanza.

"Yang Mulia, merunduklah!" Sebuah peringatan untuk merunduk diberikan seorang kesatria kepada Romero. Spontan Romero merunduk, bola api besar melintas tepat di atas kepala Romero.

Irama napas Romero berburu cepat, dia tidak yakin bisa mengalahkan monster naga ini sebab kekuatannya berada di atas rata-rata monster neraka pada umumnya.

"Perintahkan seluruh kesatria untuk mengevakuasi rakyat! Utamakan dahulu keselamatan, aku akan mencari cara untuk melawannya!" titah Romero.

Para kesatria segera melaksanakan perintah Romero, mereka bergegas mengevakuasi rakyat ke tempat yang lebih aman. Sementara itu, Romero menerjang ke arah naga, aura merah miliknya menebas ke arah badan naga. Namun, ternyata badan naga jauh lebih tangguh dari yang dia kira.

"Aura merahku tak mempan terhadap naga itu, aku harus melakukan serangan jarak dekat."

Sebelum Romero berhasil melakukan serangan jarak dekat, tubuhnya lebih dulu dihantam ekor naga hingga terhempas ke permukaan tanah.

"Sial! Aku tak berguna sama sekali," gumam Romero marah pada dirinya sendiri.

Sepersekian detik berselang, sebuah tombak yang dibalut aura hitam melesat menembus tubuh naga. Si naga itu pun menjerit kesakitan sesaat tombak tersebut menancap di tubuhnya. Semua orang yang menyaksikannya terdiam tak bergeming, mereka pun menoleh ke arah tombak itu berasal. Terlihat dua orang yang tak asing berjubah hitam melayang di angkasa.

"Itu Tuan Putri Xavelia bersama pelayan pribadinya!" seru seorang kesatria.

Ya, Xavelia lah yang melempar tombak itu, dia datang bersama Sylvestian. Rambut panjang keemasannya berkibar di atas langit, bulu mata emas sampai manik merahnya menyapu udara panas yang terbang di sekitar.

"Sylvestian, serahkan naga ini padaku, kau turunlah dan saksikan saja dari jauh," ujar Xavelia kepada Sylvestian.

"Baik, Yang Mulia." Sylvestian perlahan mendarat ke permukaan tanah, dia pun menonton aksi Xavelia dari bawah.

Monster naga itu pun melirik Xavelia, dia bergerak menuju tempat Xavelia berada sambil menyemburkan api. Akan tetapi, apinya tak mempan sama sekali terhadap Xavelia. Gadis itu menepis apinya dengan mudah hanya menggunakan tangan kiri.

"Apa hanya ini saja kemampuanmu? Cih, membosankan sekali. Aku akan tunjukkan padamu kekuatanku yang sebenarnya."

Aura hitam pekat seperti asap menyelubungi tubuh Xavelia. Dia memusatkan kekuatannya pada tangannya lalu melempar aura itu ke arah sang naga. Aura hitamnya berkumpul di tubuh naga dan perlahan membalut sekujut tubuh naga. Aura hitam milik Xavelia seolah memakan badan monster naga itu. Tidak ada perlawanan lebih dari monster naganya, dia tampak kesakitan dan menggaungkan teriakan yang memekakkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status