Share

Pembalasan Tuan Putri yang Ditumbalkan
Pembalasan Tuan Putri yang Ditumbalkan
Penulis: Xeiralana

1. Hukuman Pengasingan

Di tengah kebisingan aula dan keramaian para bangsawan, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi begitu saja. Seorang pria berambut hitam panjang disertai bola mata merah menyala tengah mengadili seorang wanita hamil yang bersimpuh di bawah kakinya. Pria itu bernama Romero Esperanza, seorang Kaisar dari negeri berwilayah kekuasaan paling besar. Lalu wanita bersurai keemasan di depannya ialah Permaisuri Esperanza — Oriana Esperanza.

"Yang Mulia, saya mohon tolong dengar penjelasan saya terlebih dahulu. Saya berani bersumpah bahwa saya tidak pernah sekali pun berniat mencelakai Maylin. Semua yang ditudingkan kepada saya adalah fitnah."

Netra biru lembut Oriana tak hentinya mengeluarkan bulir air mata. Sembari menahan rasa sakit yang menghantam perutnya, Oriana terus memohon kemurahan hati Romero untuk mendengar penjelasan darinya atas situasi yang terjadi kala itu.

"Apa lagi yang mau dijelaskan? Jelas-jelas sudah ada saksi yang mengatakan bahwa kau membayar seorang pelayan untuk menuangkan racun ke dalam minuman Maylin. Untung saja Maylin bisa diselamatkan dan anak yang dikandungnya tidak terkena dampak racun tersebut. Apa yang sebenarnya ada di dalam benakmu? Apakah kau sebegitu cemburunya karena aku lebih menyayangi Maylin daripada dirimu?!"

Oriana menggeleng, walaupun dia menaruh cemburu kepada Maylin yang menjadi selir kesayangan Kaisar, tapi tak pernah terlintas niat untuk membunuh Maylin sekali pun. Oriana menyadari bahwa dia tidak bisa menyaingi Maylin yang memiliki daya tarik tersendiri serta pesona yang mampu membuat setiap pria luluh di hadapannya.

"Saya dijebak, Yang Mulia, saya mana mungkin punya keberanian mencelakai selir kesayangan Anda. Tolong percayalah kepada saya, saat ini saya juga sedang mengandung anak Anda. Saya memohon kemurahan hati Anda."

Oriana bersujud di hadapan Romero, dia menangis sesenggukan meminta keadilan untuk dirinya. Namun, semuanya percuma, Romero hanya mencintai Maylin dan dia akan melakukan apa saja supaya Maylin bisa nyaman hidup di istana ini.

"Permaisuri meracuni Selir Maylin? Apakah aku tidak salah dengar? Selama ini Permaisuri terkenal oleh kelembutan dan keramahannya. Bagaimana mungkin beliau melakukan hal sekeji itu?"

"Lagi pula Selir Maylin hanyalah seorang budak yang dibawa dari medan perang, tidak bisa dibandingkan dengan Permaisuri yang merupakan keturunan bangsawan terhormat di Kekaisaran Esperanza."

"Tetapi, itu tidak menutup kemungkinan juga, apa pun bisa dilakukan jika seseorang tenggelam di dalam rasa cemburu."

Berbagai asumsi bergantian masuk ke pendengaran Oriana dan Romero, perlahan para bangsawan pun mulai berpihak kepada Maylin. Tidak sedikit di antara mereka yang meminta Oriana untuk dihukum setimpal dengan apa yang dia lakukan terhadap Maylin. Di sini tidak ada satu pun orang yang mempercayai perkataan dan penjelasan Oriana.

"Oriana, kau benar-benar mengecewakan aku. Sekarang aku terpaksa harus mencopot posisimu sebagai Permaisuri dan kau diturunkan menjadi selir. Hal ini tidak satu atau dua kali terjadi, kau berulang kali mencoba menyakiti Maylin. Jadi, mulai sekarang kau akan hidup terasing dari istana. Aku akan mengirimmu ke istana dingin timur agar kau bisa merenungi segala kesalahanmu."

Keputusan akhir Romero bergaung di ruang aula, hal ini membuat semua orang terkejut bukan main karena mengirim Oriana ke istana dingin timur itu artinya Romero menyuruh Oriana untuk menderita lalu mati perlahan di istana menyeramkan tersebut. Sejumlah kesatria datang, mereka menyeret Oriana pergi dari depan mata Romero.

"Tidak, Yang Mulia! Tolong jangan kirim saya ke istana dingin timur, saya mohon." Oriana mencoba berteriak dan meronta sekuat tenaga, tapi nyatanya Romero tidak mempedulikannya. Bahkan Romero tidak menatap kepergiannya hingga menghilang di tengah aula yang ramai.

Semenjak hari itulah, Oriana dianggap sebagai wanita penjahat, seluruh keluarga Oriana dianggap sebagai bagian dari kejahatan Oriana hingga dibantai habis oleh Romero. Satu persatu kejahatan Oriana yang telah dipalsukan mulai muncul ke permukaan. Mereka mengatakan bahwa Oriana seringkali menyiksa pelayan, memotong gaji pelayan, hingga menghasut semua orang untuk membenci Maylin. Padahal segala bentuk kejahatannya telah dimanipulasi, Oriana tidak pernah melakukan kejahatan di istana ini.

Lima tahun pun berlalu seusai kejadian itu, Oriana melahirkan seorang putri cantik jelita. Rambut keemasan serta manik merah yang begitu menggemaskan, tapi sayangnya Oriana tidak bisa melepaskan diri dari kebencian yang tertanam dalam dirinya. Sekarang putrinya yang bernama Xavelia harus menderita akibat kebenciannya itu. Setiap hari Xavelia harus merasakan tutur kata kasar yang diucapkan secara lantang, dia dianggap sebagai pembawa sial, dan tidak jarang Oriana memukuli Xavelia ketika gadis kecil itu melakukan kesalahan yang tidak disengaja.

"Mati kau! Mati! Padahal aku sudah meminum obat penggugur kandungan, tapi mengapa kau masih bisa lahir dengan selamat? Aku sangat membencimu, aku benci matamu yang mirip dengan Ayahmu. Kenapa Kaisar bajingan itu tidak mempercayaiku? Kenapa?! Dia mengasingkanku di istana dingin ini selama lima tahun, tidak pernah sekali pun dia datang mengunjungiku. Memang kau ini anak pembawa sial!"

Kala itu di kamar yang tertutup dan tidak diawasi oleh kesatria, Oriana secara kasar berani mencekik leher putrinya sendiri. Tubuh ringkih Xavelia berusaha untuk melawan sekuat tenaga, dia tidak mau mati di tangan Ibunya sendiri.

"I-Ibu ... t-tolong hentikan ... Ibu menyakitiku."

Oriana tidak mempedulikannya, dia termakan dan kian tenggelam amarah, kekecewaan, kebencian, serta dendam mendalam. Setiap kali dia melihat Xavelia, dia akan terus mengingat rasa sakit yang ditorehkan Romero pada dirinya.

"Astaga, Yang Mulia! Tolong hentikan itu, Anda menyakiti Tuan Putri." Dua orang pelayan datang memasuki kamar Oriana, mereka lekas melepaskan Oriana dari Xavelia sesaat mereka menyaksikan Oriana mulai menggila kembali.

Butuh waktu sepersekian menit sampai akhirnya mereka berhasil menjauhkan Xavelia dari Ibunya. Oriana menderita stres berat hingga dia nyaris kehilangan kewarasannya, semua orang di kekaisaran ini tahu itu.

"Tuan Putri, saya sudah memperingatkan Anda berulang kali untuk jangan memasuki kamar Selir Oriana. Kenapa Anda sulit sekali diberitahu? Anda ini bodoh atau bagaimana?"

Salah seorang pelayan memarahi Xavelia habis-habisan, tapi respon Xavelia di luar dugaan. Xavelia tidak merasa bersalah sedikit pun, dia hanya memberi tatapan lurus dan ekspresi datar yang tergurat dari wajahnya. Pada faktanya, Xavelia sedari kecil tidak pernah menangis, dia tidak pernah merasa sedih bahkan tatkala dia dipukuli atau pun dicaci maki. Kemudian para pelayan pun menjulukinya sebagai Tuan Putri yang tak memiliki emosi. Tentu saja hal ini cukup menyeramkan bagi mereka yang berhadapan dengannya langsung, terkadang sesekali Xavelia mengarahkan pandangan mematikan terhadap setiap orang yang berani menghinanya.

"Aku kemari hanya ingin melihat kondisi Ibuku, sesuai perkiraanku kalian tidak mengantarkan makanan lagi kepada Ibuku," balas Xavelia beranjak pergi dari hadapan si pelayan.

Xavelia sudah bosan menghadapi para pelayan maupun kesatria yang seenaknya saja pada Ibunya. Meskipun Oriana bukan lagi seorang Permaisuri, tapi mereka tidak pernah menaruh hormat kepada Oriana. Mereka tidak segan-segan mencubit Oriana bila kembali berulah, bahkan mereka juga melakukan korupsi anggaran istana dingin. Itulah sebab mengapa Xavelia sangat membenci seluruh pekerja di istana ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status