Share

2. Membakar Panti Asuhan

Beberapa bulan berselang, sebuah berita mengejutkan kembali menggemparkan kekaisaran. Sebelumnya, Xavelia berencana mengunjungi kamar Oriana, tapi yang dia temukan adalah tubuh Ibunya yang tergantung di langit-langit kamar. Xavelia langsung bergerak keluar dari kamar bersama mimik datar tanpa adanya rasa syok atau kaget.

"Hei, Ibuku mati gantung diri di dalam kamar. Bisakah kalian memindahkan mayat Ibuku lalu menguburkannya?"

Betapa terkejutnya para pelayan dan kesatria mendengar Xavelia berkata demikian. Dia tanpa ragu memberitahu semua orang perihal kematian sang Ibu akibat bunuh diri. Tak ada raut kesedihan dari garis wajahnya, hanya ada perasaan lega terselip di hati karena mulai sekarang Oriana tidak perlu lagi merasa stres akibat kemarahan yang dia pendam selama lebih dari lima tahun.

Berita kematian Oriana langsung sampai ke telinga pihak kekaisaran. Romero hanya memberi perintah untuk segera menguburkan Oriana tanpa melakukan upacara kematian. Tentu saja mereka semua tidak merasa kehilangan, Oriana tidak lebih dari sekedar penjahat wanita yang dibenci banyak orang.

Selama berhari-hari para pelayan dan kesatria memperbincangkan soal Xavelia. Mereka merasa aneh dengan emosi tidak normal milik Xavelia.

"Gadis pembawa sial itu tidak merasa kehilangan sedikit pun. Padahal Ibunya baru saja meninggal belum lama ini, tapi dia tidak menangis atau menampakkan kesedihannya."

"Tuan Putri Xavelia, dia tidak lebih dari seorang iblis kecil, aku seringkali merasakan aura membunuh dari tatapannya. Dia tidak sama seperti anak pada umumnya yang mudah menangis."

"Dia dari lahir memang tidak pernah menangis, dokter yang membantu persalinan Selir Oriana juga sempat heran. Bahkan sampai sekarang pun aku belum pernah mendengarnya menangis."

Xavelia mendengar semuanya, dia diam-diam memperhatikan setiap pelayan dan kesatria yang bergosip soal dirinya. Dari sudut tak terduga, Xavelia mengarahkan tatapan berisi kebencian kepada pekerja istana dingin. Xavelia tidak pernah melupakan atau pun mengabaikan setiap perbuatan buruk mereka. Masih terasa segar di ingatannya tentang para pelayan yang menyiksa Oriana dan juga menyiksa dirinya. Tidak sedikit kesatria yang melewatkan kesempatan, lelaki tak bertanggung jawab terkadang masuk ke kamar Oriana untuk menyetubuhinya. Seluruh adegan itu direkam di kepala Xavelia tanpa sepengetahuan orang lain.

"Sudah saatnya kalian mati, lagi pula kalian tidak punya alasan untuk bertahan di istana dingin ini. Wanita itu telah tewas gantung diri meninggalkanku, jadi kalian juga harus mengikuti majikan kalian ke neraka."

Xavelia seperti tikus kecil, dia bisa bergerak ke setiap sudut istana tanpa ada orang lain yang dapat merasakan hawa keberadaannya. Jadi, setiap hal yang diperbincangkan pekerja istana, Xavelia merekam seluruh percakapan itu di luar kepala. Hingga pada suatu malam, para pelayan dan kesatria terkurung pada satu ruang, mereka berada dalam kondisi tubuh terikat. Jumlah pekerja di istana ini memang tidak banyak, hanya berkisar dua belas orang saja.

"Mengapa kita bisa di sini? Siapa yang membawa kita kemari?"

Mereka bertanya-tanya tentang situasi yang mereka hadapi kala itu. Kemudian muncullah sosok gadis kecil di hadapan mereka. Gadis itu ialah Xavelia, dia memeluk sebuah boneka beruang sambil menatap mereka satu persatu.

"Tuan Putri! Apa yang Anda lakukan di sana? Cepat bantu kami melepaskan ikatan ini!" perintah salah seorang dari mereka.

Perlahan sudut bibir Xavelia terangkat. "Tidak mau karena yang mengikat kalian adalah aku," jawab Xavelia.

"Apa? Kenapa Anda melakukannya? Apa Anda tidak takut jika Kaisar mengetahui perbuatan Anda ini? Cepat lepaskan kami!"

Mereka meninggikan suara mereka kepada Xavelia, mereka berusaha meronta dan melawan Xavelia, tapi yang mereka lakukan terlihat percuma.

"Coba adukan saja kepada Kaisar brengsek itu karena malam ini kalian akan mati. Aku telah mengguyur minyak di ruangan ini, jika aku menyalakan api maka kalian dipastikan mati terbakar di sini."

Xavelia memamerkan korek api yang dia genggam sedari tadi, senyumnya terlihat sangat jahat. Orang-orang itu pun mulai ketakutan dan gelisah sebab Xavelia tidak main-main dengan perkataannya.

"Kenapa Anda ingin membunuh kami? Padahal selama ini kami telah mengurus Anda. Dasar anak pembawa sial yang tidak tahu diri!"

Sekali lagi Xavelia menyeringai. "Mengurusku? Kalian sedang bercanda? Aku tidak melupakan satu pun perbuatan buruk kalian, mulai dari penyiksaan hingga berani melakukan korupsi terhadap anggaran istana dingin. Kalian ini selalu saja memperlakukanku secara tidak hormat, jadi anggap saja ini balasan dariku. Pergilah ke neraka dan sampaikan salamku pada Ibu, katakan padanya bahwa aku jauh lebih baik hidup tanpa dirinya."

Xavelia melempar api ke genangan minyak, dalam sekejap api tersebut menjalar ke setiap sudut ruangan. Bahana rintihan sekaligus kesakitan mengisi ruangan itu, Xavelia pun keluar dari sana membawa senyum penuh kemenangan.

Di malam itu pun istana dingin terbakar habis, hanya Xavelia yang selamat dari kebakaran itu. Bahkan ketika menerima kabar soal kebakaran istana dingin, respon Romero tampak tidak peduli dan dia memerintahkan untuk mengirim Xavelia ke panti asuhan sebab pihak istana enggan menerima Xavelia untuk tinggal di sana.

Setiba di panti asuhan, pada awalnya orang-orang di tempat itu terlihat ramah, tapi rupanya pengurus panti asuhan memasang topeng palsu. Segala keramahan itu adalah bohong, tidak hanya pengurus panti asuhan bahkan anak-anak di sana pun juga tidak dididik dengan baik. Tidak ada manusia baik di antara mereka, mereka melemparkan sekaligus melampiaskan kemarahan mereka kepada Xavelia.

"Dasar kau anak penjahat! Kau hanya mengotori panti asuhan kami saja!"

Anak-anak setiap hari ramai menggebuki Xavelia, mereka tertawa sambil terus memukuli Xavelia. Barang-barang berharga yang dibawa gadis itu pun dirampas semuanya. Selain itu, pengurus panti memperlakukannya secara tidak adil, Xavelia jarang diberi makan dan selalu disuruh melakukan pekerjaan berat.

"Anak penjahat sepertimu tidak sepantasnya hidup."

"Kau anak pembawa sial! Kalau Ibumu penjahat berarti kau juga penjahat."

"Mati saja kau sana, manusia jahat!"

Berbagai jenis sumpah serapah dan cemoohan dari mereka diterima dengan lapang dada oleh Xavelia. Sampai di waktu di mana Xavelia berada pada puncak kemarahan karena dia tidak sanggup lagi menanggung segala luka yang ditorehkan padanya.

"Kalian menyuruhku mati, tetapi kalianlah yang akan mati. Apabila aku anak seorang penjahat, maka aku akan menjadi penjahat yang lebih kejam dari Ibuku. Tenang saja, aku bukan gadis bodoh seperti Ibuku, kalian akan aku kirim ke neraka."

Suatu ketika di tengah malam saat semua orang tertidur pulas, Xavelia segera melaksanakan aksinya. Dia melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, dia menaruh minyak dan api untuk memicu kebakaran besar di panti asuhan hingga menewaskan semua orang di dalamnya.

Senyum kejam di bibir Xavelia membuat tubuh merinding, dia tidak merasa bersalah sedikit pun meski telah melakukan kejahatan besar di kekaisaran ini. Romero pun mengetahui perbuatan Xavelia, dia memerintahkan kesatria untuk mengurung Xavelia di penjara bawah tanah karena ini merupakan kasus pembunuh serius yang menewaskan lebih dari lima puluh orang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status