Hal yang paling tidak diterima oleh seorang istri adalah ketika suaminya melakukan penghianatan. Hal ini pun terjadi pada Ariana Brown. Seorang istri dari seorang Enzo Grey yang kini sedang bercinta dengan sahabatnya sendiri–Calorine Black–di kantor, perusahaan miliknya.
Suara laknat kedua makhluk berbeda gender itu langsung terhenti saat mendengar pintu dibuka. Menampilkan sosok seorang wanita cantik yang mereka kenal.
"Apa yang sedang kalian berdua lakukan?" teriak Ariana begitu melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya.
"Honey, ini …." Enzo bingung mau bicara apa. Mau berkelit juga susah karena saat ini mereka dalam keadaan hampir telanjang. Apalagi tubuh dia masih bersatu dengan selingkuhannya.
"Dasar wanita jalang! Tidak tahu diri, kamu, Caroline!" Ariana memukulkan tas tangan pada wanita yang masih berada dalam pangkuan Enzo.
"Hentikan Ariana!" Caroline mencoba menahan tangan Ariana yang memegang tas dan terus memukuli dirinya.
"Dasar orang tidak tahu diri! Aku beri kamu pekerjaan, tapi kamu malah berselingkuh dengan suamiku!" bentak Ariana lalu menampar muka sahabatnya itu dengan sangat keras. Sampai Caroline berteriak kesakitan dan mengeluarkan sedikit darah di sudut bibir.
"Ariana, hentikan!" hardik Enzo kepada istrinya. Dia menurunkan Carolin dari pangkuan lalu melindungi dibalik tubuhnya yang kekar.
"Kau …!" Ariana menunjuk muka Enzo dengan jarinya yang lentik.
"Jangan salahkan dia berselingkuh. Nyatanya kamu adalah istri yang tidak becus," ujar Caroline dengan tatapan penuh kebencian pada Ariana.
"Tidak becus katamu? Memangnya apa yang tidak bisa aku lakukan untuk suamiku?" tanya Ariana dengan mata melotot pada wanita yang kini sudah berubah menjadi mantan sahabat.
"Asal kamu tahu. Enzo selalu tertekan oleh dirimu!" jawab Caroline dengan berteriak.
"Benarkah itu?" tanya Ariana kepada suaminya dengan mata yang memicing. Dia tidak percaya kalau laki-laki yang dia cintai akan merasa seperti itu.
"Maafkan aku, Honey. Belakangan ini keadaan perusahaan sedang kacau. Aku jadi merasa tertekan dan Caroline selalu memberikan aku rasa nyaman dan bisa melupakan kepenatan pikiranku saat bersamanya," jawab Enzo dengan hati-hati.
"Apa kenyamanan itu adalah bercinta dengannya?" Ariana meneteskan air mata dengan bibir yang bergetar.
"Honey, kamu tahu sendiri. Kalau aku dilarang oleh dokter untuk menyentuh kamu untuk beberapa waktu. Aku ini laki-laki normal," ucap Enzo dengan tangan sibuk membereskan pakaiannya.
Beberapa waktu yang lalu Ariana mengalami keguguran. Dia terjatuh dari tangga dan mengakibatkan bayi dalam kandungannya meninggal dunia. Jadi, wanita itu harus menjalani operasi kuret.
"Baiklah, jika kamu sudah tidak sanggup memegang perusahaan ini lagi, akan aku ambil alih kembali," ujar Ariana dengan menahan isak tangis.
Dia pun mengalihkan pandangannya pada wanita yang sudah selesai merapikan baju. Ariana pun berkata, "Kamu mulai hari ini dipecat dengan tidak hormat!"
"Honey, jangan begitu! Kamu tahu sendiri kalau Caroline itu adalah tulang punggung keluarga," tolak Enzo sambil mencengkram kuat lengan Ariana.
"Aku pemilik perusahaan ini! Jadi, aku bebas mau mempekerjakan siapapun di sini." Ariana mengibaskan kedua tangannya agar cengkraman Enzo terlepas.
"Kamu harus tahu, kalau Caroline itu karyawan yang memiliki potensi yang bagus," ucap Enzo mencoba merayu Ariana.
"Ya, kamu benar dia punya banyak potensi. Baik itu sebagai karyawan dan sebagai penghianat sahabat, orang yang selama ini sering membantunya!" pekik Ariana lagi. Lalu dia berjalan ke arah meja kerja Enzo dan mengangkat telepon untuk menghubungi seseorang.
"Leo, datang ke kantor direktur utama. Lalu seret wanita jalang ini. Pecat dia dari karyawan Elektronik Brown, sekarang juga!" perintah Ariana kepada asisten direktur utama.
"Ariana! Kalau kamu mengeluarkan Caroline, maka aku juga akan berhenti dari perusahaan ini!" Enzo memberikan ancaman pada wanita yang berdiri di depannya.
Senyum kecut terlihat di wajah Ariana. Bahkan dia tertawa kecil karena merasa sangat lucu saat mendengar ucapan suaminya. "Silakan saja. Aku tidak akan menghalangi kamu untuk meninggalkan perusahaan peninggalan kakek aku ini."
"Kamu akan menyesal sudah ambil keputusan ini!" teriak Enzo dengan mata yang kini berubah merah dan jari tangan menunjuk pada wajah Ariana.
Leo pun datang dan langsung masuk ke dalam ruangan itu. Dia terheran-heran dengan suasana di sana. Semua orang terlihat marah.
"Madam, ada apa?" tanya Leo dengan tatapan mata penuh penasaran.
"Mulai hari ini Tuan Enzo ingin berhenti bekerja di sini. Lalu pecat wanita j*lang ini!" perintah Ariana sambil duduk di kursi kerja yang sering diduduki oleh Enzo, dulu.
Mata Leo terbelalak, karena merasa tidak percaya. Betapa terkejutnya dia mendengar perintah dari sang komisaris perusahaan.
"Madam, Anda ingin memberhentikan Tuan Enzo?" tanya Leo. Dia takut salah dengar dengan perintahnya.
"Bukan aku yang memberhentikan Enzo. Tapi, dia sendiri yang mengundurkan diri. Aku hanya mengikuti apa kata suamiku saja. Bukankah seorang istri yang baik itu mendengarkan ucapan suaminya," sindir Ariana dengan senyum miringnya sambil melihat ke arah Enzo.
Leo pun dapat memahami apa yang sedang terjadi di sana. Perselingkuhan Tuan dan sekretarisnya sudah ketahuan oleh istri sah.
"Baiklah Madam, saya akan menyelesaikan ini dengan cepat," kata Leo sambil melirik ke arah Enzo dan Caroline.
***
Enzo dan Caroline kini berada di sebuah apartemen mewah. Kedua orang itu sedang dalam keadaan emosi dan saling menatap dengan tajam.
"Ini semua gara-gara kamu! Tidak bisa menahan diri. Sudah aku bilang kita jangan bermain di kantor karena ada kemungkinan Ariana bisa datang kapan saja," bentak Enzo pada selingkuhannya.
"Loh, bukannya kamu juga sama-sama mau?" Caroline tidak terima karena disalahkan atas kejadian hari ini.
"Seandainya saja kamu tidak menggodaku. Aku pun tidak akan melakukan itu di sana," bantah Enzo. Dia pun meminum air putih yang ada di depannya lalu membantingkan gelas itu ke dinding.
"Kita sudah kehilangan sumber uang dari penghasilan perusahaan sekarang," lirihnya sambil memejamkan mata.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Caroline sambil duduk merapat dan menyandarkan kepalanya di dada Enzo.
"Entahlah. Ariana pasti akan melakukan audit semua data perusahaan selama aku diangkat menjadi Direktur Utama," jawab Enzo.
"Kita minta bantuan Mommy!" pekik Caroline memberikan idenya.
"Mommy sedang pergi liburan bersama Tamara," balas Enzo dengan malas.
"Hei, kalau sumber keuangannya terancam, Mommy pasti akan cepat pulang di mana pun dia berada sekarang. Ayo, kita hubungi Mommy biar dia yang membereskan semua kekacauan ini!" titah Caroline sambil mengguncangkan tubuh kekasihnya.
***
Seorang wanita paruh baya dan gadis berumur sekitar 23 tahunan, sedang menikmati liburan di pantai Hawaii. Kedua wanita berbeda generasi itu tersenyum bahagia dikelilingi para lelaki tampan dan masih muda.
"Madam Hilda, Anda sangat cantik sekali. Orang lain yang melihat pasti akan mengira kalau Madam masih berusia dua puluh tahunan," kata salah seorang laki-laki sambil mencium tangan wanita bernama Hilda.
"Kamu bisa saja memuji aku. Karena kamu sudah membuat hati aku senang. Aku akan mentraktir kamu makan siang nanti," ujarnya dengan senyum menawan dan tangannya menggeranyang di dada dan perut pemuda itu.
"Mommy, ada panggilan telepon dari Kakak," kata gadis cantik yang sedang bermesraan dengan salah seorang dari kumpulan laki-laki yang ada di sana.
"Tolong ke sini kan handphone mommy, Tamara!" pinta Hilda pada putrinya sambil menjulurkan tangannya.
Tamara pun menyerahkan benda pipih berbentuk persegi panjang itu pada Hilda. Dia yakin kalau sudah terjadi sesuatu pada Kakaknya itu.
"Halo, Enzo ada apa?" tanya Hilda begitu menggeser tombol berwarna hijau.
"Mommy, tolong aku. Ariana memergoki perselingkuhan antara aku dan Caroline. Sekarang dia marah sehingga memecat aku dan Caroline dari perusahaan."
"Apa, kamu bilang? Bagaimana bisa kalian ketahuan oleh Ariana?" teriak Hilda dengan penuh emosi.
"Ariana datang ke kantor pagi tadi. Dan aku sedang bercinta dengan Caroline."
"Astaga. Sudah mommy bilang jangan main di kantor! Lihat akibatnya!" Hilda berdiri lalu berjalan mondar-mandir dengan penuh kesal dan mematikan sambungan telepon.
"Tamara, kita pulang!" Hilda melirik ke arah putrinya yang sedang bersenang-senang.
"Ada apa, Mom? Apa sudah terjadi sesuatu?" tanya Tamara beranjak mendekati Hilda.
***
Ariana pun mengadakan rapat direksi secara mendadak. Meski banyak yang mengeluhkan pertemuan ini, mereka tidak bisa apa-apa karena sang pemilik yang punya kuasa."Selamat sore semuanya. Maaf karena sudah mengadakan rapat dadakan hari ini. Seperti yang sudah kalian tahu kalau kita akan mengadakan rapat untuk pemegang kursi Direktur Utama, dan CEO perusahaan cabang New York yang sedang terjerat hukum. Kita pilih dua orang yang kira-kira kompeten bisa memegang jabatan ini," kata Ariana membuka rapat hari itu."Maaf sebelumnya, Madam. Kenapa posisi Direktur Utama juga ikut diganti? Bukannya itu posisi milik suami Anda?" tanya Oliver yang merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan Elektronik Brown, sekaligus sahabat sejak kecil Ariana."Aku tidak mau mempekerjakan seorang pengkhianat. Orang yang melakukan penggelapan uang, dan memanipulasi laporan keuangan. Aku tidak butuh orang seperti itu dalam menjalankan perusahaan milikku. Meski dia itu suamiku!" jawab Ariana dengan tegas.Para
Hilda dan Tamara sedang duduk di teras samping rumah. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat rahasia."Mommy, bagaimana ini?" tanya Tamara kepada Hilda. Terlihat wajah ber-make up itu sangat gelisah."Sebaiknya kita pikirkan bagaimana caranya agar Ariana tidak jadi mengusir kita," jawab Hilda berbisik.Langit malam tanpa bintang menjadi saksi perbincangan rahasia ibu dan anak ini. Bahkan hembusan angin malam yang dingin itu tidak menyurutkan kedua orang itu untuk masuk ke dalam rumah."Begini saja Ariana sudah sangat marah. Bagaimana kalau dia tahu kita yang menyebabkan dia keguguran sampai tiga kali," gerutu Tamara dengan menghentakan kaki."Diam kamu! Bagaimana kalau ada yang mendengar?" ujar Hilda menutup mulut Tamara dengan dua tangannya.Wanita itu pun mengangguk. Dia sering berbuat bodoh dan membuat Hilda kesal."Tapi, itu 'kan benar. Mommy sudah membuat dia kehilangan bayinya. Bahkan sampai tiga kali!" bisik Tamara dengan memasang wajah kesal, karena kena omelan sang ib
"Ada mayat! Tolong, ada mayat!" teriak seorang nelayan dan membuat terkejut orang yang tidak jauh dari bibir pantai."Mana?" Banyak orang berbondong-bondong menghampiri nelayan itu.Mereka melihat ada perempuan dengan luka yang sangat parah di sekujur tubuhnya. Mayat itu berada di tepi pantai, karena tersapu oleh ombak."Cepat hubungi 911, kita laporkan temuan mayat ini!" titah seseorang.Sekitar 30 menit datang ambulance dan polisi. Mereka mengevakuasi mayat temuan itu, dan membawanya ke rumah sakit terdekat."Dia masih hidup!" pekik tim medis agak terkejut begitu memeriksa keadaan nadi Ariana."Apa? Cepat selamatkan nyawanya!" Beberapa dokter langsung memasukan ke ruang operasi."Apa ada kartu identitas milik korban?" tanya salah seorang polisi yang ikut ke rumah sakit."Tidak ada, Pak. Korban hanya memakai kalung ini saja yang bisa jadi bahan identifikasi. Kecuali jika korban selamat, baru bisa di ajukan pertanyaan tentang identitas dia," jawab tim medis.***"Dokter bagaimana kead
Alice menginjakan kakinya kembali di tanah kelahirannya. Kini, dia sudah menjadi sosok wanita pebisnis ulung. Uang modal yang dia terima dari Dokter Giovanni berhasil dia kembangkan. Selama dua tahun ini, Alice sukses di bidang perhotelan dan restoran. Dia membeli hotel dan restoran yang sudah bangkrut dengan harga murah. Lalu, dia renovasi, dikelola dengan manajemen yang sudah handal dan melakukan promosi besar-besaran. Memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya agar mereka merasa puas. Setelah berhasil di negara bagian Arizona, sekarang dia mengembangkan usahanya merambah ke bidang produksi barang rumah tangga. Dia mengincar perusahaan PT. Graham yang memproduksi barang-barang furniture. Selain membuat produk, dia juga membeli sedikit sahamnya.Alice mengajukan ingin bekerja sama terlebih dahulu kepada perusahaan itu, untuk mendesain barang khusus untuk hotel dan restoran miliknya. Hari ini rencananya dia akan bertemu dengan CEO dari perusahaan itu. Dia adalah Alejandro Grey, a
Bab 6 Tubuh Alice membeku saat Enzo berdiri di depannya. Kedua netra mereka saling bersirobok. Dalam hati Alice terus mengucapkan mantra untuk membuat dirinya tetap kuat dan tenang. Dia sekarang adalah Alice White dan bukan Ariana Brown. "Kenalkan, Enzo Grey," kata laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Alice, dengan diiringi senyum hangatnya. Caroline yang berdiri di samping Enzo melotot ke arah perempuan yang datang bersama adik ipar. Dia tidak suka padanya, karena penampilan Alice itu memperlihatkan lekuk tubuh yang indah. Gaun yang dipakai juga merupakan keluaran terbaru dari merk terkenal. "Alice White," balas Alice sambil menerima uluran tangan dari mantan suami Ariana. Alice bersorak dalam hati saat melihat ada pancaran marah dan cemburu dari kedua mata milik Carolin. Entah kenapa dirinya merasa sangat senang dan puas. Wanita itu ingin membuat mantan sahabatnya merasakan rasa sakit karena pengkhianatan oleh laki-laki yang dicintai. Alejandro terlihat tidak suka saat E
Bab 7 Alice menemui Oliver dan Olivia, mereka berjanji untuk membicarakan langkah-langkah yang akan dia lakukan agar secepatnya bisa mendekati Hilda dan Enzo. Orang ketiga itu makan siang bersama di apartemen milik Alice. "Jangan-jangan nanti kamu jatuh cinta beneran ke Alejandro," kata Oliver sambil tertawa terbahak. Alice mendelikkan mata dan mencebikkan mulutnya. Dia merasa menyesal karena sudah menceritakan apa yang sudah dia lakukan dengan mantan adik ipar, kemarin. "Setahu aku, Alejandro belum pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun. Bahkan banyak yang menduga kalau dia menyimpang. Tapi, tidak ada yang tahu siapa yang menjadi kekasihnya," ujar Olivia. Usia Alejandro terpaut 2 tahun dari Ariana dan Enzo. Laki-laki itu merupakan adik kelas mereka. Hanya saja memiliki postur tubuh yang tinggi, sehingga sering di sangka senior atau lebih tua dari kedua orang itu. Ditambah orangnya pendiam dan jarang tersenyum. "Hei, saat ini aku adalah Alice White. Jadi, aku akan bertind
Bab 8 Hilda dan Tamara merasa sangat senang saat Alice mengajak mereka berbelanja. Mereka sibuk memilih baju keluaran terbaru dari perancang busana terkenal di dunia. Senyum bahagia selalu menghiasi wajah keduanya yang dikasih make up seharga ratusan dollar. "Alice, mommy ingin membeli gaun yang ini," ucap Hilda dengan sedikit rayuan. Wanita paruh baya itu memutar badannya sambil melihat ke arah cermin. Gaun dengan harga ribuan dollar itu sangat bagus dan terlihat cocok di tubuh ibunya Alejandro. Meski Hilda sudah berusia di atas 50 tahun, tetapi dia masih terlihat seperti berusia 40 tahunan. "Cocok sekali baju itu untukmu, Mommy! Kalau mau boleh ambil, biar aku yang bayar nanti," ujar Alice dengan senyum cantiknya memuji wanita itu. "Oh, terima kasih, Alice. Kamu memang wanita terbaik dan pantas untuk putraku," kata Hilda sambil memeluk tubuh Alice dengan lembut. M Melihat hal itu membuat Tamara tidak mau kalah dengan sang ibu. Perempuan itu pun merayu Alice agar mau membelikan
Bab 9 "Ale," lirih Alice. "Iya, ada apa?" tanya Alejandro sambil menahan tubuh wanita itu karena terlihat bergetar. "Aku takut," jawab Alice yang kini bisa memutarkan kepalanya menghadap ke arah sang kekasih. Terlihat wajahnya yang pucat dengan bibir bergetar. Tatapan mata yang tersirat akan ketakutan. "Tenang, kamu jangan takut terjatuh, karena aku akan memeluk tubuhmu. Jika kamu takut cukup pejamkan mata dan bayangkan saja taman bunga yang indah," lanjut Alejandro tepat di samping telinga kanan Alice agar bisa didengar semua ucapannya. Alice menuruti semua ucapan Alejandro. Bahkan dia tidak sadar saat sky boat miliknya sudah sampai di dekat pelabuhan kecil. Pasangan itu turun dengan cara yang romantis di mata Hilda. Di mana Alejandro menggendong Alice dengan ala bridal style. "Ale, ada apa dengan Alice?" tanya Hilda dengan raut wajah penuh kecemasan. Sebenarnya Alice sudah merasa baik dan ketakutannya juga hilang saat calon suami dia membawa dirinya turun dari sky boat . Wan