Share

Lelah

"Mas, capek? Mau Ros pijitin nggak sayang?" rayuku.

Mas Jalu menatapku seakan bingung, selama ini aku memang tidak pernah bersikap semanis ini, biasanya jika ia pulang aku hanya menyambutnya dengan santai. Paling tidak aku nawarin makan, itu saja.

"Tumben, ada maunya pasti," ucapnya sambil menarik pelan dasi bajunya.

Aku mengulas senyum, lalu mendekat ke arahnya. Kupegang dasi yang sedari tadi mau ia lepas. "Sini, aku bantu!" ujarku sambil melepaskan pelan dasinya. 

"Ayo, bilang, pasti ada mau-nya kan?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi.

Aku tertawa sumbang. "Ayo makan malam di luar, sudah lama banget kita tidak makan bersama, aku kangen masa-masa itu!" bisikku sambil memeluk erat tubuh yang sebentar lagi akan aku lepaskan untuk selama-lamanya. 

"Baiklah," ujarnya. "Tetapi, mas juga ada permintaan!" katanya lagi.

"Apa itu? Mas."

"Mas mau mandi dulu!" bisiknya. Aku terkekeh mendengar permintaan konyol itu.

"Yasudah, jangan lama-lama ya! Kita gantian," ucapku sambil melepaskan pelukan.

"Mandi bareng saja kalau nggak mau lama," ucapnya lagi.

"Ogah!" ujarku sambil berlalu ke dapur. Mas Jalu hanya terkekeh, ia pun menaiki anak tangga untuk segera mandi. Aku mulai menyusun rencanaku, dengan menghubungi Mamah melalui pesan singkat.

Aku meminta Mamah melakukan panggilan telepon saat nanti aku makan malam.

Ada hal yang harus aku selidiki terlebih dahulu, aku tidak akan membiarkan Mas Jalu membawa hartaku sepeserpun.

Bukannya aku serakah dan jahat, tetapi untuk membalas pengkhianat adalah, dengan mengembalikan ia pada tempatnya semula.

"Sayang! Ayo bersiap, Mas tunggu di ruang tamu!" teriaknya, sambil berjalan. Aku pun bergegas menaiki anak tangga, dan mandi secepat kilat. 

Aku berdandan secantik mungkin, agar Mas Jalu menuruti segala mau-ku malam ini, sebab misi ini harus berhasil.

Setelah selesai, aku menggunakan gaun terbaikku, yang tersimpan rapi dalam lemari, hampir tidak pernah kugunakan lagi.

Kuhiasi tubuh ini dengan perhiasan dari Mas Jalu, hadiah anniversary kami tempo hari.

Aku perlahan menuruni anak tangga, terdengar sayup-sayup suara Mas Jalu yang tengah berbincang. Aku pun pelan-pelan mendengarkannya dulu, sebelum aku memunculkan diri.

"Nanti Mamah ambil saja sendiri, Jalu mau dinner dulu sama Ros!" ucap Mas Jalu, hingga telepon berakhir begitu saja. 

"Mas!" ujarku pelan, ketika ia memasukkan gawai miliknya ke dalam saku celana.

"Eh, Ros, sejak kapan di situ?" tanya Mas Jalu nampak gugup.

"Baru juga datang, ini aku pelan sebab lama nggak pake baju begini," alasanku. Padahal tadi niatnya nguping, eh malah telat.

"Kamu cantik!" ucapnya dengan mata yang terus memandangiku. 

"Terimakasih sayang! Aku memang dari dulu cantik, kamu-nya saja yang nggak sadar!" kataku dengan santai.

"Iya deh! Yuk, jalan." 

Aku pun menggandeng lengannya, dan menuju pintu keluar. Mobil meluncur meninggalkan pekarangan rumah, menembus pekatnya malam yang di sinari lampu jalanan.

Ah, lama sekali rasanya aku nggak pernah jalan-jalan malam lagi, entah perasaanku kini mulai dilema membayang jika makan malam ini pun nantinya menjadi makan malam terakhir kami.

"Kita dinner dimana? Ros."

"Di restoran Favorit dong, aku mau mengenang masa pacaran kita!" ujarku sambil tersenyum.

"Baiklah, baby!" ujarnya.

Sesampainya kami di resto yang menjadi awal mula pertemuan kami. Saat itu, ia hanyalah seorang karyawan yang bekerja di restoran ini. Tiap hari aku semasa gadis, selalu makan kesini, hingga Mas Jalu memberanikan diri untuk berkenalan denganku.

Aku yang memang termasuk orang yang slow, dan tidak sombong. Mau saja berkenalan dengan seorang Jalu, secara dia begitu percaya diri.

Hingga dari perkenalan itulah, aku menawarkan ia untuk bekerja di perusahaan Papah. Meskipun masih sebagai staff marketing, tapi gajinya lumayan untuk membuat hidup ia dan Ibunya, serta adik perempuannya itu menjadi lebih baik.

Bahkan adiknya pun kini menikah dengan salah satu pegawai kantor Papah. 

Saat kami memasuki restoran, terlihat sosok wanita yang sangat aku kenali tengah bersantai sambil melihat buku menu pesanan.

"Ratih," lirihku pelan, sambil menatap Mas Jalu yang wajahnya tiba-tiba berbinar.

"Dek, kita gabung sama Ratih, yuk!" ajaknya sambil berjalan cepat menuju meja Ratih duduk, tanpa menunggu jawabanku. Aku pun perlahan mengikuti langkah Mas Jalu.

"Hai, Jalu, Rosa! Kalian ada di sini?" tanya Ratih dengan wajah berseri.

Nggak mungkin ini kebetulan, pasti Ratih sengaja ingin terlibat di acara makan malam ini. Ah, tidak masalah, sekalian nyindiri saja, kan asik.

"Iya nih, boleh gabung sini kan?" tanya Mas Jalu.

'Cantik sekali permainan kalian mas, aku takjub' batinku berkata pilu.

"Boleh banget, ayo duduk kalian." Ratih mempersilahkan, tetapi kentara sekali, matanya terus memandangi wajah suamiku dengan senyuman.

"Ehem, Ratih, Gunawan kekasihmu, mana?" tanyaku basa-basi.

"Sudah lama putus, Ros. Sekarang aku sudah nggak tahu lagi kabarnya!" ujarnya.

"Ciee ..., jomblo dong sekarang, kenapa nggak cari cowo lagi aja, ajakin nikah sudah. Berumur juga, ntar jadi perawan tua!" ejekku sambil terkekeh. 

"Tenang Ros, sebentar lagi. Calonnya sudah ada kok!" ujarnya dengan mata melirik suamiku. Mas Jalu nampak gugup.

"Ah, bagus dong! Yang penting laki-laki itu serius aja, Tih, sekarang banyak wanita jomblo mainannya suami orang loh!" ujarku.

"Eh, aku mana doyan suami orang!" sahutnya dengan cetus.

"Iya, aku percaya kamu kok! Kamu kan wanita berkelas, mana mungkin mainannya laki orang," ujarku sambil terkekeh. 

Ratih pun tidak menyahut lagi, ia bahkan terlihat sangat tidak suka. "Sudah, ayo pada pesan!" titah Mas Jalu memecah keheningan.

Gawai milikku bergetar, panggilan atas nama Mamah tertera di layar handphone.

"Siapa? Ros," tanya Mas Jalu.

"Mamahku, Mas." 

"Angkat dulu," ujarnya. Aku mengangguk, lalu segera menjawab telepon Mamah.

"Apa? ...," pekikku, dengan wajah semakin panik.

"Ros, kenapa?" tanya Mas Jalu yang kebingungan melihat wajahku menegang.

Langsung kumatikan gawai milikku.

"Mas ..., Mamahku ...."

πŸ’ž Terimakasih πŸ’ž

Jangan lupa subscribe, like dan komentarnya dong! Biar aku-nya makin semangat 😘

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
sandiwara yang mantap
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status