Share

Bab 140

Author: Danira Widia
"Oh?" Sorot mata Sera berubah. Nada suaranya juga menjadi dingin saat dia berucap, "Apa maksudmu?"

"Kamu mengenakan cincin krisan itu di jari kelingkingmu, sengaja menghindari jari manis yang melambangkan cinta," ujar Janice.

"Sepuluh tahun lalu, suamimu meninggal dalam kecelakaan mobil. Faktanya, ada orang lain di TKP. Dia adalah simpanannya, wanita itulah yang menyukai bunga krisan. Wanita itu bahkan masih memeluk erat bunga krisan pemberian suamimu sebelum meninggal. Vila Krisan ini juga hadiah untuknya yang dibeli suamimu dengan uangmu. Kini vila ini adalah trofimu," lanjut Janice.

Sambil berkata begitu, Janice menghampiri taman kecil yang terbakar itu. Kemudian, dia tiba-tiba menoleh ke arah Sera yang memasang ekspresi muram.

Janice berucap lagi dengan nada lembut, "Bu Sera, bunga-bunga ini bermekaran dengan indah."

Sera menyahut dengan dingin, "Tentu saja, mereka dirawat dengan baik. Tapi, apa hubungan hal ini dengan alasanmu membakarnya?"

"Setiap tahun Bu Sera tinggal sebentar d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Endah Wati
mba author tolong update yg banyak, kalau cuma seimprit update mau berapa tahun kelar ceritanya
goodnovel comment avatar
Endah Wati
kurang banyak update nya,ah gemes banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 141

    Mendengar bahwa mereka diatur untuk tinggal di kamar yang sama, Vania bersandar ke dada Jason dan berucap dengan malu-malu, "Bu Sera, sepertinya ini kurang baik."Sera mengangkat alisnya dan membalas sambil tersenyum, "Kalau kamu malu, aku bisa aturkan kamar lain untukmu. Nggak masalah." Usai bicara, dia melambai untuk memanggil kepala pelayan.Bibir Vania berkedut-kedut. Dia buru-buru berkata, "Bu Sera benar-benar pintar bercanda, terima kasih."Sera menatap gadis itu dan tersenyum penuh arti. Ingin bersandiwara polos di depannya, hm?Mendengar Sera bersedia mengatur ulang ruangan, Janice juga mencari-cari alasan untuk pindah. Namun, sebelum dia sempat bicara, Sera sudah pergi untuk menjawab telepon.Janice menghela napas pasrah dan terpaksa berjalan ke kamarnya. Ketika dia hendak berbalik, Malia tiba-tiba menarik lengannya dari belakang."Janice, kamu takut sendirian, nggak? Gimana kalau aku temani kamu?" tanya Malia.Lengan Janice bergetar pelan dan giginya sontak digertakkan. Namun

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 142

    "Nona Janice, ini aku, Norman," kata orang di balik pintu."Ada apa?" ​​tanya Janice sambil menahan sakitnya."Pak Jason menyuruhmu menemuinya," ujar Norman.Menemuinya? Untuk apa? Apa Jason ingin pamer setelah bercinta dengan Vania?Janice marah dan membalas, "Aku sudah mau tidur. Beri tahu Paman, daripada mencariku, lebih baik dia rawat diri dan minum lebih banyak jamu kuat." Usai berkata demikian, dia kembali berbaring di ranjang.Norman yang berdiri di depan pintu merasa linglung karena ditolak mentah-mentah. Akhirnya, dia hanya bisa kembali ke ruang kerja sementara yang Sera siapkan untuk Jason."Pak Jason, Nona Janice bilang dia sudah mau tidur," lapor Norman."Kamu percaya dengan kata-katanya?" balas Jason.Jason duduk menyilangkan kaki di kursi kayu samping jendela. Satu tangannya menopang dagu, sementara tangan lainnya membalik halaman kontrak yang dibacanya."Anu ... mungkin dia kelelahan. Tapi, dia masih memperhatikan Pak Jason," ucap Norman."Oh?" gumam Jason.Aneh sekali.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 143

    Malia berkata sambil terisak-isak, "Huhuhu. Aku takut, aku paling takut kegelapan. Aku nggak bisa lihat apa-apa ... akh!"Sepertinya Malia tersandung sesuatu, langkahnya menjadi sedikit kacau. Dari suaranya, Janice memprediksi gadis itu akan jatuh ke arahnya.Kebetulan ada Jason yang berdiri di depan Janice. Malia benar-benar pintar memanfaatkan situasi. Segera setelahnya, terdengar suara dua tubuh bertabrakan. Tampaknya Malia benar-benar berhasil.Janice baru hendak mendengus ketika bayangan gelap tiba-tiba menghalangi pandangannya. Sebelum dia sempat bereaksi, napas hangat yang akrab sudah menekannya.Janice dicium tanpa peringatan hingga lupa untuk kabur. Aroma tubuh pria itu seperti udara di bawah pancaran matahari musim dingin. Sedikit hangat, tetapi juga terasa dingin.Tidak seperti sebelumnya, ciuman Jason tidak menuntut. Seakan-akan dia hanya ingin menutup mulut Janice. Napasnya bahkan sangat terkontrol.Janice tersadar kembali saat mendengar erangan orang yang terjatuh di lant

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 144

    "Kemarilah," ujar Jason.Janice mengatupkan bibirnya, tidak bisa menebak jalan pikiran pria itu. Namun, dia juga tidak bisa keluar. Jadi, dia terpaksa menurut.Saat Janice hendak duduk, tangannya yang terluka tiba-tiba ditarik. Jason mengeluarkan salep luka bakar dari saku, lalu mengoleskannya di luka Janice.Janice tertegun. Bagaimana Jason bisa tahu dirinya terluka? Sensasi dingin di tangan menggantikan kebingungannya. Tubuhnya seketika terasa lebih rileks. Ditambah aroma menenangkan dari lilin, dunia seketika terasa lebih cerah.Jason menundukkan kepala dengan ekspresi tidak terbaca. Dia berucap dengan datar, "Dari mana kamu tahu masa lalu Bu Sera? Kejadian itu sudah berlalu 10 tahun. Dia juga menyuruh orang untuk menarik berita tentang kecelakaan itu."Tubuh Janice yang tadinya sudah rileks kembali menegang. Jari-jarinya sontak mengepal erat. Dia menatap Jason dan tersenyum pahit di dalam hati. Semua berkat pria itu.Di kehidupan sebelumnya, Janice mendengar banyak potongan informa

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 145

    Lakukan sendiri? Biarpun hatinya tengah membara, punggung Janice refleks menegang. Dia mendongak dan menatap mata Jason. Di bahwa cahaya redup, sorot mata pria itu bak jurang tak berdasar.Jason bertopang dagu, menatapnya dengan penuh minat. Senyuman samar tersungging di wajahnya.Janice teringat akan hubungan asmaranya yang tidak berjalan menyenangkan. Dia sontak memalingkan wajahnya dengan hati pahit.Janice menggigit bibirnya dengan kuat, membuat darah memenuhi mulutnya. Namun, panas tubuhnya masih sangat menyiksa. Dia pun terpaksa menggigit bibirnya dengan lebih kuat.Tiba-tiba, rahang Janice terasa sakit. Darah menetes dari sudut bibirnya yang sedikit terbuka.Jason menyipitkan matanya yang berapi-api. Dia berucap dengan marah, "Sebenci itu, kah? Kalau begitu, kenapa kamu memprovokasiku?"Janice tidak menyahut dan tidak ingin memandangnya. Tiba-tiba, dagunya dicengkeram dengan kuat.Janice kesakitan dan mendongakkan matanya yang berkaca-kaca. Bulu matanya yang lentik basah dan ber

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 146

    Kurang lebih setelah Janice turun dari ranjang, pintu langsung dibuka dari luar. Sekelompok orang segera masuk. Selain Vania dan Malia, masih ada Herisa, kepala pelayan, bahkan beberapa pria lain.Vania langsung maju dan memandang ke setiap sudut ruangan."Apa yang kalian lakukan? Apa ini cara kalian memperlakukan tamu di vila ini? Gimana kalau aku lagi nggak pakai baju?" ujar Janice sambil menatap kepala pelayan dengan marah.Kepala pelayan itu tertegun, lalu refleks memandang Vania. Gadis itu adalah tunangan Jason. Ketika Vania bersikeras mendesaknya untuk membuka pintu, bagaimana dia berani menolak?Kepala pelayan mengalihkan pandangannya dan  menyahut, "Maaf, Nona Janice. Nona Vania bilang kalau kamu nggak menanggapinya. Dia khawatir kamu kenapa-kenapa, makanya dia menyuruhku membuka pintu."Janice memandang ke arah jam dinding, lalu berkata, "Ini baru jam 7 lewat. Kalau aku nggak merespons, apa lagi yang bisa kulakukan selain tidur? Kalaupun dia cemas, dia bisa meneleponku, 'kan?"

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 147

    Saat berkata begitu, tatapan Sera sengaja ditujukan ke arah Vania. Dia berucap lagi, "Kamu nggak keberatan, 'kan?"Sorot mata Vania terlihat tidak nyaman. Dia membalas, "Bu Sera, kesalahpahaman sudah diluruskan. Lebih baik biarkan masalah ini sampai di sini. Aku nggak ingin membuang waktumu dan Jason."Sera terkekeh-kekeh dan berkata, "Vania, kamu terlalu pengertian. Tapi, itu sama sekali nggak membuang waktu, kok. Kalian yang di sana, kenapa berdiri saja? Cepat geledah kamar Vania.""Baik!"Ketika kepala pelayan dan yang lainnya hendak pergi, Vania segera mengadang mereka dan mengingatkan, "Bu Sera, bagaimanapun ini kamarku dan Jason. Sepertinya ini kurang pantas.""Vania, kamu nggak boleh punya standar ganda. Janice yang wanita lajang tidur sendiri, lalu kamu menerobos masuk dengan membawa begitu banyak pria. Dia bahkan nggak bilang apa-apa. Apa yang kamu takutkan? Kamu nggak mungkin menyembunyikan sesuatu, 'kan?" balas Sera penuh arti."Nggak, nggak ada!" sahut Vania sambil menggele

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 148

    Vania berusaha menyelamatkan harga dirinya dengan berucap, "Aku dan Jason mesra banget semalam. Dia bahkan nggak bisa sabar sebelum kami sampai di ranjang. Video di ponsel itu hanya untuk menambah suasana. Orang sepertimu yang butuh obat untuk menggoda pria nggak akan mengerti."Janice membalas dengan nada sinis, "Kalau ada waktu, mendingan kamu buatkan jamu kuat untuk Paman.""Kamu ...," geram Vania.Janice malas meladeni Vania. Dia menarik tangannya, lalu kembali ke kamarnya.Senjata makan tuan. Vania ingin menangkap basah Janice, tetapi rencananya malah berbalik menyakiti diri sendiri. Namun, dari mana Sera tahu bahwa Vania memiliki video seperti ini di ponselnya?....Sera berjalan dengan anggun di koridor dan bertanya sambil tersenyum, "Jason apa kamu puas dengan aksiku tadi? Tapi, apa kamu nggak marah karena aku mempermalukan tunanganmu?"Setelah menelepon kemarin, Sera bermaksud untuk membahas detail kontrak dengan Jason. Namun, begitu sampai di depan pintu, dia mendengar suara-

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 760

    [ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 759

    Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 758

    Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 757

    "Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status