Share

Bab 467

Penulis: Danira Widia
Jason menjawab dengan tenang, "Bukan apa-apa."

....

Janice pulang ke rumah dengan tubuh yang benar-benar kelelahan. Begitu merebahkan diri di sofa, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Saat dibuka, Naura muncul sambil membawa sepanci makanan.

"Aku dengar suara pintu, jadi tahu kamu sudah pulang. Aku masak ronde dengan arak beras, ini makanan favoritmu, 'kan?"

Janice menatapnya dengan curiga. "Kenapa kamu bisa tahu ini makanan favoritku?"

Gerakan tangan Naura yang memegang panci sempat terhenti, tetapi kemudian dia tertawa pelan. "Lupa? Waktu itu kamu mabuk dan bilang sama aku. Untung saja aku masih ingat."

Janice tidak banyak berpikir. Dia mengusap perutnya karena memang merasa lapar.

"Aku ambilkan mangkuk."

Beberapa saat kemudian, mereka berdua duduk dengan masing-masing satu mangkuk besar sambil menikmati hidangan yang menghangatkan tubuh.

Janice lalu berdiri dan mengambil sisa anggur dari sebelumnya. Naura terkejut. "Kamu baru saja makan ronde dengan arak, sekarang mau minum lagi?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 468

    Ketika Janice tersadar kembali, dia sudah terbaring di lorong depan pintu rumahnya sambil menghirup oksigen. Naura berlutut di sampingnya dengan wajah cemas dan menggenggam erat tangannya."Dia sudah sadar! Dokter, gimana keadaannya?""Saat ini belum bisa dipastikan. Kita harus bawa dia ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut." Dokter itu menenangkan Naura sambil mengukur tekanan darah Janice.Namun, Naura terlihat semakin cemas. "Aku bukan nanya tentang gasnya, aku tanya tentang lukanya!""Luka? Tapi kami nggak menemukan luka apa pun di tubuhnya." Dokter itu tampak ragu dan mendekatkan diri ke Janice. "Nona, apa kamu merasa tidak nyaman di bagian lain?"Janice menggelengkan kepalanya. Setelah menghirup oksigen, selain kepala yang terasa sedikit pusing, dia tidak merasakan sakit apa pun. Naura tertegun, lalu menunjuk noda darah yang menempel di pintu rumahnya."Lalu ... darah siapa ini? Tadi pintu rumahku diketuk dengan sangat panik. Begitu pintu dibuka, aku lihat kamu tergeletak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 469

    Janice berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk tidak melibatkan Naura lebih jauh."Kak Naura, tetangga bawah sudah melaporkan bahwa mereka mendengar suara tembakan. Kalau kita bilang ada kemungkinan orang ketiga, kamu mau menghabiskan tahun baru di kantor polisi? Sebaiknya nggak usah memperumit keadaan. Yang penting kita selamat.""Iya juga, ya .... Tapi siapa yang ngetuk pintu tadi? Sepertinya dia terluka juga. Aku penasaran lukanya parah atau nggak," gumam Naura.Mendengar ucapannya, bayangan sosok yang samar di dalam kegelapan kembali muncul dalam benak Janice. Namun, sebelum dia bisa memikirkannya lebih jauh, ponselnya berdering.Zachary."Paman .... Apa?! Aku segera ke sana!" Janice langsung berdiri dan berlari menuju kamar rawat ibunya.Begitu sampai di depan pintu, dia melihat tiga polisi yang ingin membawa Ivy dengan paksa, meskipun Zachary berusaha menghalangi mereka."Pak Zachary, maaf. Pak Anwar sudah memutuskan bahwa jumlah uang yang hilang terlalu besar. Pencurinya harus s

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 470

    Janice berdiri di depan vila yang terang benderang. Dia mengangkat tangannya hendak mengetuk, tetapi kemudian menurunkannya lagi. Apakah benar dia?Saat tangannya kembali turun, pintu terbuka dari dalam. Norman keluar dengan perlahan. "Bu Janice, Pak Jason sudah menunggu Anda.""Menungguku? Dia tahu aku akan datang?" Janice sedikit terkejut. Norman tidak menjawab secara langsung, hanya memberikan isyarat agar dia masuk.Janice ragu sejenak, tetapi akhirnya melangkah masuk. Semakin dekat dengan rumah yang begitu familier di ingatannya, semakin bergejolak emosinya. Dia dilanda perasaan yang campur aduk. Jika benar Jason yang telah menyelamatkannya, apa yang harus dia katakan?Tanpa sadar, dia sudah berdiri di tengah ruang tamu.Sebelum sempat memperhatikan sekeliling, langkah kaki seorang pria terdengar menuruni tangga di belakangnya. Janice mengepalkan tangannya, seolah bertekad menghadapi kenyataan, lalu berbalik.Jason tampak baru saja selesai mandi. Dia mengenakan jubah tidur hitam d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 471

    "Kalau aku patuh, semua orang menindasku. Aku melawan, kalian malah menganggapku terlalu keras kepala! Aku juga manusia! Aku ini manusia!"Otot di leher Janice menegang, wajahnya yang pucat kini bersemu merah. Dadanya naik turun dengan cepat, tatapannya penuh kebencian saat menatap pria di hadapannya.Namun, Jason .... Dia tetap tenang seperti lautan yang dalam, dingin, dan tak terjamah. Seolah-olah, waktu telah berhenti di momen ini. Semua penderitaan dan perjuangan Janice, tidak terlihat oleh Jason sama sekali.Jason mengangkat dagu Janice dengan ringan. Tatapan matanya sedikit bergetar, tetapi hanya berkilat dalam sekejap. Semua itu berlangsung terlalu cepat hingga terasa seperti ilusi.Kemudian, dengan suara yang rendah dan dingin, dia berkata, "Janice, kalau kamu milikku, kenapa aku harus melepaskanmu?"Napasnya yang panas dan menekan jatuh di wajah Janice.Janice berusaha untuk menghindar, tetapi pria itu memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. Di balik warna matanya yang h

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 472

    Mendengar jawaban Jason, Arya tersentak. Dia melempar tisu basah yang ada di tangannya ke meja dengan marah. "Kalau mau wanita, kamu bisa cari siapa pun yang bersedia menemanimu! Tapi dia ....""Dia sudah setuju," jawab Jason dengan nada datar.Arya terdiam, lalu langsung menghubungkan semuanya dengan keadaan Ivy yang sedang dirawat di rumah sakit. Tanpa perlu berpikir panjang, dia tahu bagaimana Janice bisa sampai "bersedia"."Kamu gila? Kenapa harus dia?""Harus dia.""Jason! Jangan begini! Aku tahu, yang sebenarnya kamu takutkan adalah kalau Janice mengetahui semua kebenarannya, dia akan memilih untuk melawan Pak Anwar sampai mati, bukan?"Jason tetap diam dan hanya mengisap rokoknya tanpa menjawab."Apa kamu sadar ...." Arya hampir saja mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia ungkapkan. Namun, dia tiba-tiba mengingat peringatan dari seseorang."Dengan kondisinya ini, kecuali dia mau bicara sendiri. Kalau kamu yang mengungkapnya, itu cuma bakal jadi pisau yang menghunus dirinya

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 473

    Rachel mengulurkan tangan untuk mengambil mantel yang dibawa Jason di lengannya, tetapi pria itu menghindarinya dengan halus. "Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu tidur saja dulu."Tangan Rachel terhenti di udara. Dia mengangkat wajah dan menatap Jason. "Kita nggak ... tidur sama-sama?"Jason menggantung mantelnya tanpa ekspresi. "Ada urusan. Kamu tidur duluan."Setelah berkata demikian, dia berjalan menuju ruang kerjanya.Rachel mengeratkan jemarinya, saling menggenggam satu sama lain, lalu menggigit bibirnya. "Jason ... apa ada yang salah denganku?"Jason berhenti sejenak, suaranya tetap datar. "Jangan terlalu banyak berpikir.""Kamu bilang hal yang sama terakhir kali." Rachel tidak bisa lagi menahan diri. "Tapi kenapa kamu selalu pulang larut malam? Dan setiap kali pulang, kamu selalu membawa luka. Ke mana kamu pergi sebenarnya?"Jason tiba-tiba berhenti. Matanya yang hitam pekat menatap Rachel dengan tajam. Dia baru saja ingin mengatakan sesuatu, tetapi Rachel sudah mengangkat tang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 474

    Jason melirik pria yang tergeletak di lantai dengan tatapan meremehkan. "Mengangkatnya masuk, lalu mengeluarkannya lagi. Sepertinya kamu benar-benar berusaha."Saat dia berbicara, Norman menyerahkan beberapa lembar foto. Foto-foto itu menunjukkan pria tersebut sedang bersusah payah membawa kotak kosong. Bagian bawah kotak itu lebih tebal dibandingkan kotak buah lainnya. Jelas sekali, kotak itu sudah dimodifikasi.Anwar masih ingin membantah, tetapi foto berikutnya muncul. Dalam foto itu, pria tersebut terlihat menjual produk perawatan kulit di sebuah toko. Dia bahkan terlalu malas untuk melepas stiker merah bertuliskan nama pasangan yang bertunangan dari kemasannya.Tatapan Jason menjadi semakin gelap, tetapi ekspresinya tetap tak tergoyahkan. "Sebagai tambahan, dia juga mencuri lima gelang asli untuk melunasi utangnya."Bam!Anwar membanting meja dengan keras. "Jason!"Jason hanya merapikan jasnya dengan tenang dan bangkit berdiri. "Ayah yang memutuskan bagaimana menanganinya. Bagaima

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 475

    "Hmm." Janice duduk, membuka kotak makanan, dan mulai makan.Satu mangkuk, dua mangkuk, tiga mangkuk ....Tiba-tiba, Jason menahan tangannya dan menatapnya dengan tatapan yang rumit. "Jangan makan lagi."Janice tersenyum kecil. "Baik." Dia menyeka mulutnya, lalu menopang kedua tangannya di meja seperti robot yang menunggu perintah berikutnya.Jason melihatnya, lalu menyeringai tipis. "Apa gunanya kamu begini? Kalaupun kamu bersikap seperti ini seumur hidupmu, aku tetap bisa membuatmu tetap tinggal."Sambil berbicara, dia mengangkat tangannya dan mengusap remah makanan di dagu Janice. Namun, hanya dengan sedikit sentuhan itu, Janice langsung merasa mual."Ugh!" Dia buru-buru bangkit dan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.Suara muntahnya begitu keras hingga Norman yang berdiri di pintu masuk, bisa mendengarnya. Dia masuk dengan ekspresi cemas dan menatap Jason dengan khawatir."Pak Jason, ini ....""Nggak apa-apa, dia akan terbiasa," jawab Jason dengan dingin.Norman

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 760

    [ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 759

    Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 758

    Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 757

    "Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status