Share

Bab 4

Author: Danira Widia
Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.

Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"

Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?

Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.

Benar saja, detik berikutnya, Vania berpaling sambil memegang tangan Janice dengan penampilan yang tampak penuh empati, lalu berkata, "Janice, maafkan aku. Aku nggak bisa bantu kamu bohongi Jason dan Pak Anwar, jadi aku terpaksa mengungkapkan semuanya."

"Aku nggak nyangka kamu memanfaatkan situasi ini untuk meredakan gosip, lalu diam-diam mencoba untuk hamil," lanjutnya.

"Kalau saja aku nggak dengar rencanamu waktu mau menghiburmu, kamu mungkin sudah berhasil. Kalau kamu benar-benar hamil, lalu bagaimana denganku dan Jason?"

Setelah berkata demikian, air mata Vania mengalir deras dan suaranya terisak. Semua orang yang mendengar ucapan itu langsung naik pitam dan merasa tidak adil bagi Vania.

"Masih belum jelas apa rencananya? Jelas dia mau rebut posisi Vania! Kalau dia benar-benar hamil, dia pasti akan gunakan anak itu untuk maksa Jason menikahinya. Pada akhirnya, Keluarga Karim bakal malu!" kata seseorang dengan penuh emosi.

Orang lainnya mengepalkan tangan dengan marah. "Aku belum pernah lihat cara sehina itu! Untungnya Vania nggak ketipu sama rencananya. Kalau nggak, pasangan serasi ini bakal dipisahkan sama trik keji ini!"

"Jason, Janice nggak bisa dibiarkan tinggal di sini lebih lama lagi. Kalau nggak, siapa tahu masalah apa lagi yang akan muncul di masa depan!"

Setiap ucapan itu menusuk hati Janice dengan tajam, seperti yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Semua orang melindungi Vania, membuat Janice tampak tak berharga. Janice sudah terlalu sering mendengar tuduhan seperti itu dan sekarang dia juga sudah kebal terhadapnya.

Janice mendongak, tatapannya langsung bertemu mata Vania. Di balik pandangan yang lemah lembut dan penuh air mata itu, tersembunyi kilatan penuh perhitungan.

Janice terpana sejenak melihat Vania menghapus air matanya dengan perlahan. Saat tangannya bergerak untuk menyeka air mata, dia diam-diam menatap Janice dan memperlihatkan senyuman tipis. Senyum yang tampak seperti provokasi atau bahkan ejekan.

Obatnya telah diganti oleh Vania!

Tak lama kemudian, Vania membuka mulut. Suaranya tetap lembut seperti biasanya, bahkan terdengar penuh permohonan.

"Jason, kumohon maafkanlah Janice. Dia pasti nggak sengaja! Anggap saja semua ini perbuatanku. Kalau itu bisa membantu Keluarga Karim, aku rela mengorbankan reputasiku dan menyerahkan harga diriku."

Jika Janice tidak melihat ekspresi penuh kemenangan di wajah Vania, dia mungkin akan percaya bahwa wanita itu benar-benar tulus. Suara lembutnya bisa membuat siapa saja percaya bahwa dia adalah orang baik dan selalu memikirkan kepentingan bersama.

Pada saat itu, Janice menyadari bahwa dia terlalu meremehkan Vania. Meskipun telah menjalani kehidupan kedua dan mengubah jalan hidupnya, Janice tidak memiliki kekuatan istimewa untuk mengalahkan lawannya sepenuhnya.

Vania yang sangat menikmati kegugupan Janice. Tentu saja Vania tidak akan sebodoh itu mengakui wanita dalam foto yang menimbulkan kehebohan itu adalah dirinya sendiri.

Sebagai seorang pengusaha yang bertangan besi, Jason dan ayahnya pasti sudah mempertimbangkan semua keuntungan dan kerugian dari kejadian ini sejak semalam. Mereka tentu tahu siapa sebenarnya wanita dalam foto tersebut.

Jika Vania mengakui itu dirinya, Jason akan melihatnya sebagai wanita yang penuh tipu muslihat dan Anwar akan menganggapnya memiliki niat buruk. Namun dengan bersikap bijaksana seperti ini, dia bukan hanya akan mendapatkan kepercayaan Jason, tetapi juga membuat penilaian Anwar berubah terhadapnya.

Yang paling penting, tidak ada lagi yang akan percaya pada Janice. Meskipun Jason telah tidur dengannya, lalu memangnya kenapa? Bagi mereka, Janice tetap dianggap rendahan.

Meskipun merasa gugup, Janice yang sekarang bukan lagi Janice yang seperti dulu. Setelah memahami maksud Vania, dia justru merasa lebih tenang.

Vania tertegun sejenak menatap Janice dengan tajam, seolah-olah ingin menemukan celah dalam ekspresinya. Namun, Janice tidak memedulikannya. Dia melewati Vania dan berjalan menuju kursi utama.

Mata Jason bertemu dengan tatapan Janice yang tampak dingin dan seolah-olah merendahkannya. Jason memainkan cincinnya dengan santai. Namun, sikapnya yang enggan itu penuh dengan aura mengintimidasi, seolah-olah Janice hanyalah mainan di tangannya.

Itulah yang membuat Jason tampak begitu menakutkan. Sama seperti di kehidupan sebelumnya ketika Jason berbicara padanya dengan nada dingin dan dipenuhi kebencian, dia sudah yakin bahwa Janice adalah wanita yang licik dan penuh tipu daya.

Penjelasan apa pun tidak akan mengubah pandangannya. Jadi, Janice merasa tidak perlu lagi untuk menjelaskan.

Janice tersenyum getir. "Aku sudah bilang, wanita di foto itu bukan aku. Kalau Vania juga nggk mengaku, mungkin kita harus tanyakan langsung pada Paman Jason."

"Tapi aneh sekali Vania, kamu dan Jason adalah sepasang tunangan. Kalau terjadi sesuatu di antara kalian, seharusnya itu hal yang wajar. Tadi saja Paman Jason saja nggak mengelak, jadi kenapa kamu buru-buru menyangkalnya? Apa ada yang kamu sembunyikan? Seolah-olah kamu nggak cinta sama dia."

Kalau mau memutarbalikkan keadaan, Janice juga bisa melakukannya. Ini adalah sesuatu yang Janice pelajari di kehidupan sebelumnya dari Vania.

Ekspresi Vania seketika berubah kaku dan berbalik dengan cepat. Bahkan sebelum sempat mengendalikan raut wajahnya, Vania tergagap sambil menggelengkan kepal, "Nggak! Aku cinta sama Jason! Aku cuma nggak mau berbohong."

"Kalau kamu nggak mau bohong, lalu kenapa kamu menuduhku? Lagi pula ...." Janice menatap Jason dan menekankan setiap kata, "Lagi pula, apakah satu-satunya pria di dunia ini cuma Paman? Apa aku nggak bisa hamil anak dari pria lain?"

Jason, di kehidupan ini, aku lebih rela memiliki hubungan dengan pria asing daripada terlibat denganmu!

Mendengar hal itu, jari-jari Jason mencengkeram lebih kuat. Matanya yang dingin penuh dengan maksud tersirat yang tidak bisa ditafsirkan. Dengan suara rendah dan penuh ancaman, Jason berkata, "Apa kamu bilang?"

Janice mengulang dengan suara yang lebih keras, "Aku bilang, apa dunia ini cuma ada Paman seorang? Mau hamil anak siapa pun, yang jelas itu bukan anakmu! Apa aku salah?"

Jason memicingkan matanya. Auranya yang mengintimidasi hampir membuat Janice kehilangan keseimbangan. Namun, dia cepat-cepat memalingkan wajahnya dan menatap orang-orang di sekelilingnya.

"Masih ada yang mau bicara? Kalau nggak, aku sudah capek, mau istirahat dulu." Janice berbalik dan bersiap untuk pergi.

"Berhenti!" Suara Jason semakin berat dan mengancam. "Siapa orang itu?"

Semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka Jason akan mengajukan pertanyaan seperti itu.

Janice menundukkan pandangan untuk menyembunyikan semua emosinya. Pada titik ini, Janice sadar Jason pasti sudah tahu siapa pria yang dia bicarakan. Namun, Jason ingin melihat sampai mana Janice bisa memutarbalikkan situasi.

Janice mengambil ponselnya dan melirik sekilas, lalu menatap Jason dengan tenang, "Paman, kamu nggak usah khawatir. Semuanya akan segera berakhir."

Jason mengerutkan alis. Dia yang awalnya mengira telah mengendalikan situasi, kini tampak kebingungan dan gelisah. Pada saat itu, kepala pelayan datang bersama satpam.

"Ada yang cari Bu Janice," katanya.

Melihat banyak sekali orang di sekitar sana, satpam berkata dengan hormat, "Pesanan Bu Janice sudah tiba. Karena daerah perumahan ini nggak mengizinkan orang luar untuk masuk, jadi aku yang bawakan barangnya ke sini."

Janice menerima kantong plastik itu, lalu berkata dengan perlahan, "Terima kasih."

Begitu satpam itu pergi, Janice berjalan ke depan meja teh dan mengeluarkan isi plastik itu. Ternyata obat kontrasepsi. Tadi dia merasa tidak tenang menyerahkan tugas ini kepada Ivy, jadi dia diam-diam memesan obat lagi untuk berjaga-jaga.

Tak disangka, obat ini benar-benar berguna sekarang. Janice membuka kotak obat dan mengeluarkan papan pil dari dalamnya, memperlihatkannya satu per satu kepada mereka. Dia bahkan sengaja berhenti beberapa detik di depan Jason.

"Paman, sudah jelas sekarang? Ini benar-benar pil kontrasepsi, bukan? Paman nggak usah khawatir, aku nggak akan pernah mengandung anak yang nggak seharusnya kumiliki. Kamu cuma nunggu ini, bukan?"

Dengan senyuman getir, Janice mengeluarkan sepuluh pil. Lalu, tanpa ragu, dia menelan satu pil.

"Satu cukup? Kalau nggak, akan kutambah lagi!"

"Dua! Tiga! Empat ...."

Semua orang sontak terdiam, beberapa bahkan terkejut melihat Janice. Mereka tidak tahu harus berkata apa.

Saat Janice hendak menelan pil kelima, tiba-tiba Zachary yang selalu patuh pada Anwar, melangkah maju dan menepis pil itu dari tangannya.

"Jason, kamu mau apa? Janice sudah bilang orang itu bukan dia, kenapa kalian terus menyudutkannya? Apa kalian nggak malu kalau sampai kabar ini tersebar di luar sana?" teriak Zachary dengan marah.

Ivy segera menarik Janice ke pelukannya dan berkata dengan suara terisak, "Cukup! Cukup sudah! Janice belum menikah. Kalau terus minum obat ini, dia bisa bahaya!"

Saat ini, Janice sudah merasakan sakit perut yang dahsyat hingga keringat dingin bercucuran di dahinya. Meski demikian, dia tetap menahan diri dan membuka telapak tangannya di hadapan Jason untuk memperlihatkan pil yang tersisa.

"Paman, sudah cukup?"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
selialia701
good. next
goodnovel comment avatar
Mamaahh Alip
bagus sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Sumiyati Sumiyati
mau bava terus
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 972

    Janice pernah kehilangan banyak rancangan desainnya karena kerja sama dengan Malia dan Vania di kehidupan sebelumnya, sehingga dia menjadi sangat waspada di kehidupan ini. Dia selalu mengunci komputernya setiap kali meninggalkan mejanya, bahkan sketsa yang tak terpakai pun disimpan di laci dengan kunci miliknya sendiri. Namun, dia tidak menyangka dia tetap menjadi target.Setelah mengamati sekelilingnya, Janice tetap tidak bisa langsung memastikan siapa yang sudah menyentuh komputernya. Daripada menimbulkan kecurigaan, dia memilih untuk tidak gegabah dan tetap tenang.Saat waktu minum teh sore tiba, rekan-rekan kerja memesan camilan dan kopi seperti biasanya. Kali ini, Janice sendiri yang berinisiatif turun ke bawah untuk mengambil pesanan. Setelah mengambil semua pesanan, dia meletakkan sepotong Black Forest yang dipesannya secara terpisah ke meja resepsionis.Resepsionis itu langsung terkejut. "Ini buat aku?""Ya. Untung semalam kamu bantu panggil ambulans untuk temanku. Kalau nggak,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 971

    Yang sedang berbicara itu adalah Leah.Tatapan Jason menjadi dingin. "Menurutmu, kenapa aku di sini?"Ekspresi Leah tidak berubah, tetap tersenyum dan berkata, "Ini pertanyaan yang sulit, aku nggak bisa menebaknya.""Pelan-pelan saja menebaknya, tapi jangan sok pintar. Misalnya, orang yang paling nggak seharusnya muncul di saat seperti ini adalah kamu," kata Jason, lalu masuk ke mobil dan pergi.Leah tertegun sejenak saat menatap mobil itu menjauh, lalu tersenyum. Pria yang berhasil menarik perhatiannya ini memang berbeda dari yang lain.....Di dalam mobil, Jason sedang memejamkan mata untuk beristirahat.Norman melapor, "Orang yang mengawasi di bandara memang dari Keluarga Azhara. Utang judi Francis sebanyak enam miliar dilunasi Layla sekaligus, karyawan biasa di studio mana mungkin punya begitu banyak uang. Tapi, pihak itu sangat waspada, uang tunai yang diberikan ke Layla ini pakai koper dan sudah dicuci bos kasino."Yang berarti tebakan Jason memang benar, semua ini memang ulah Le

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 970

    Setelah berlagak sombong sesaat, polisi memberi tahu ibu Layla bahwa Francis sedang berjudi di kasino. Informasi ini didapat dari Layla. Dia pun buru-buru menarik putra sulungnya untuk kabur.Ketika polisi keluar untuk mencari mereka, ibu dan anak itu sudah lenyap. Mungkin mereka pergi mencari Francis untuk memberi peringatan.Polisi merasa agak lucu, bagaimana mungkin Francis bisa lolos?Polisi kembali ke ruang interogasi dan memberi tahu Layla tentang perilaku ibunya. Saat berikutnya, suara tangisan pecah. Dia pasti sudah mengerti, tidak akan ada yang bersedia membantunya.Janice dan Jason bertatapan, lalu melangkah masuk. Kebetulan, polisi keluar dari ruang interogasi. "Bu Janice ya? Layla bilang ingin bertemu denganmu."Janice mengangguk. Dia belum tahu siapa sebenarnya orang di belakang Layla. Dia lantas menoleh menatap Jason.Jason melepaskan genggamannya dari Janice. "Pergilah. Aku tunggu di luar.""Hmm." Janice mengikuti polisi masuk ke ruang interogasi.Wajah Layla berantakan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 969

    "Bukan aku ... ah!" Sebelum Layla selesai berbicara, dia sudah ditampar oleh ibunya yang maju."Gadis murahan! Dari dulu sudah kusuruh pulang dan menikah, sekarang malah jadi liar!" bentak ibunya.Darah merembes di sudut bibir Layla. Dia bahkan tak sanggup mengeluarkan kata-kata.Saat ini, polisi berseragam datang membawa beberapa orang.Janice menatap lebih saksama dan menyadari bahwa yang mengikuti polisi adalah suami Sofia."Secepat ini sudah dapat bukti?""Nggak susah. CCTV di toko teh susu, CCTV di jalanan, CCTV di parkiran," sahut Jason.Janice terkejut menatapnya. "Kelihatannya kamu bantu banyak ya?""Bantu dia itu artinya bantu kamu. Lagian, ini semua berkat idemu," jawab Jason dengan tenang."Kedengarannya kayak pujian, tapi kenapa aku nggak senang?"Semua langkahnya seolah-olah sudah diprediksi oleh Jason.Jason mengangkat tangan dan memalingkan wajahnya, "Nikmati pertunjukannya."Saat ini, suami Sofia menunjuk ke arah Layla. "Pak Polisi, dia orangnya!"Layla terkejut dan men

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 968

    Saat Janice sadar kembali, kliennya sudah berdiri dan bersiap pergi. Dia segera tersenyum profesional, mengantar kliennya sampai ke luar.Belum sempat duduk, tangannya tiba-tiba digenggam erat."Ayo pergi," kata Jason.Janice refleks menoleh ke sekeliling, lalu berusaha melepaskan diri. "Di sini banyak orang, cepat lepasin."Karena berita viral di internet, sekarang dia hampir menjadi selebritas di Kota Pakisa. Tadi saja klien menatapnya lama saat masuk. Kalau bukan karena kemampuan profesionalnya, proyek itu mungkin gagal.Begitu Janice melepaskan sedikit, Jason kembali menggenggamnya. "Janice, matahari sangat cerah hari ini. Aku mau ajak kamu jalan-jalan.""A ... pa?" Janice terpaku sejenak, matanya membesar tanpa sadar. Dulu dia sering bilang Jason tak akan pernah bisa menggandengnya di bawah sinar matahari. Ternyata pria ini masih mengingatnya.Sebelum bisa merespons, Jason sudah menariknya keluar. Sinar matahari hangat, membuat tubuh terasa nyaman. Meskipun beberapa hari ini penuh

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 967

    "Aku susah payah menapak dan bertahan di sini, tapi Francis datang lagi. Dia nggak serius kuliah, setiap hari sok kaya, bahkan sekarang kecanduan judi. Meskipun begitu, orang tuaku tetap menyalahkanku, terus-terusan suruh aku tutupin utangnya.""Aku jelas-jelas sudah hasilin banyak uang, tapi sekarang aku masih harus tinggal di apartemen satu kamar!"Setiap kata Layla terdengar seperti tuduhan yang mengguncang, urat di lehernya menegang seolah-olah bisa pecah kapan saja.Namun, Janice tidak terpancing. Dulu mungkin dia masih bisa iba, sekarang hanya tersisa rasa muak."Itu semua bukan salahku ataupun salah SofĂ­a. Kalau mau cari yang bertanggung jawab, cari orang tuamu, kakakmu, atau adikmu."Layla tertawa dingin melihat Janice tak terpengaruh. "Kalau mau salahkan, salahkan hidup kalian terlalu mulus! Siapa juga yang ingin lihat pernikahan sialan Sofia itu!""Dan kamu! Kenapa kamu bisa langsung masuk studio Amanda begitu balik ke sini? Bukannya kamu juga mengandalkan pria?" Dia mendonga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status