Share

Bab 4

Author: Danira Widia
Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.

Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"

Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?

Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.

Benar saja, detik berikutnya, Vania berpaling sambil memegang tangan Janice dengan penampilan yang tampak penuh empati, lalu berkata, "Janice, maafkan aku. Aku nggak bisa bantu kamu bohongi Jason dan Pak Anwar, jadi aku terpaksa mengungkapkan semuanya."

"Aku nggak nyangka kamu memanfaatkan situasi ini untuk meredakan gosip, lalu diam-diam mencoba untuk hamil," lanjutnya.

"Kalau saja aku nggak dengar rencanamu waktu mau menghiburmu, kamu mungkin sudah berhasil. Kalau kamu benar-benar hamil, lalu bagaimana denganku dan Jason?"

Setelah berkata demikian, air mata Vania mengalir deras dan suaranya terisak. Semua orang yang mendengar ucapan itu langsung naik pitam dan merasa tidak adil bagi Vania.

"Masih belum jelas apa rencananya? Jelas dia mau rebut posisi Vania! Kalau dia benar-benar hamil, dia pasti akan gunakan anak itu untuk maksa Jason menikahinya. Pada akhirnya, Keluarga Karim bakal malu!" kata seseorang dengan penuh emosi.

Orang lainnya mengepalkan tangan dengan marah. "Aku belum pernah lihat cara sehina itu! Untungnya Vania nggak ketipu sama rencananya. Kalau nggak, pasangan serasi ini bakal dipisahkan sama trik keji ini!"

"Jason, Janice nggak bisa dibiarkan tinggal di sini lebih lama lagi. Kalau nggak, siapa tahu masalah apa lagi yang akan muncul di masa depan!"

Setiap ucapan itu menusuk hati Janice dengan tajam, seperti yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Semua orang melindungi Vania, membuat Janice tampak tak berharga. Janice sudah terlalu sering mendengar tuduhan seperti itu dan sekarang dia juga sudah kebal terhadapnya.

Janice mendongak, tatapannya langsung bertemu mata Vania. Di balik pandangan yang lemah lembut dan penuh air mata itu, tersembunyi kilatan penuh perhitungan.

Janice terpana sejenak melihat Vania menghapus air matanya dengan perlahan. Saat tangannya bergerak untuk menyeka air mata, dia diam-diam menatap Janice dan memperlihatkan senyuman tipis. Senyum yang tampak seperti provokasi atau bahkan ejekan.

Obatnya telah diganti oleh Vania!

Tak lama kemudian, Vania membuka mulut. Suaranya tetap lembut seperti biasanya, bahkan terdengar penuh permohonan.

"Jason, kumohon maafkanlah Janice. Dia pasti nggak sengaja! Anggap saja semua ini perbuatanku. Kalau itu bisa membantu Keluarga Karim, aku rela mengorbankan reputasiku dan menyerahkan harga diriku."

Jika Janice tidak melihat ekspresi penuh kemenangan di wajah Vania, dia mungkin akan percaya bahwa wanita itu benar-benar tulus. Suara lembutnya bisa membuat siapa saja percaya bahwa dia adalah orang baik dan selalu memikirkan kepentingan bersama.

Pada saat itu, Janice menyadari bahwa dia terlalu meremehkan Vania. Meskipun telah menjalani kehidupan kedua dan mengubah jalan hidupnya, Janice tidak memiliki kekuatan istimewa untuk mengalahkan lawannya sepenuhnya.

Vania yang sangat menikmati kegugupan Janice. Tentu saja Vania tidak akan sebodoh itu mengakui wanita dalam foto yang menimbulkan kehebohan itu adalah dirinya sendiri.

Sebagai seorang pengusaha yang bertangan besi, Jason dan ayahnya pasti sudah mempertimbangkan semua keuntungan dan kerugian dari kejadian ini sejak semalam. Mereka tentu tahu siapa sebenarnya wanita dalam foto tersebut.

Jika Vania mengakui itu dirinya, Jason akan melihatnya sebagai wanita yang penuh tipu muslihat dan Anwar akan menganggapnya memiliki niat buruk. Namun dengan bersikap bijaksana seperti ini, dia bukan hanya akan mendapatkan kepercayaan Jason, tetapi juga membuat penilaian Anwar berubah terhadapnya.

Yang paling penting, tidak ada lagi yang akan percaya pada Janice. Meskipun Jason telah tidur dengannya, lalu memangnya kenapa? Bagi mereka, Janice tetap dianggap rendahan.

Meskipun merasa gugup, Janice yang sekarang bukan lagi Janice yang seperti dulu. Setelah memahami maksud Vania, dia justru merasa lebih tenang.

Vania tertegun sejenak menatap Janice dengan tajam, seolah-olah ingin menemukan celah dalam ekspresinya. Namun, Janice tidak memedulikannya. Dia melewati Vania dan berjalan menuju kursi utama.

Mata Jason bertemu dengan tatapan Janice yang tampak dingin dan seolah-olah merendahkannya. Jason memainkan cincinnya dengan santai. Namun, sikapnya yang enggan itu penuh dengan aura mengintimidasi, seolah-olah Janice hanyalah mainan di tangannya.

Itulah yang membuat Jason tampak begitu menakutkan. Sama seperti di kehidupan sebelumnya ketika Jason berbicara padanya dengan nada dingin dan dipenuhi kebencian, dia sudah yakin bahwa Janice adalah wanita yang licik dan penuh tipu daya.

Penjelasan apa pun tidak akan mengubah pandangannya. Jadi, Janice merasa tidak perlu lagi untuk menjelaskan.

Janice tersenyum getir. "Aku sudah bilang, wanita di foto itu bukan aku. Kalau Vania juga nggk mengaku, mungkin kita harus tanyakan langsung pada Paman Jason."

"Tapi aneh sekali Vania, kamu dan Jason adalah sepasang tunangan. Kalau terjadi sesuatu di antara kalian, seharusnya itu hal yang wajar. Tadi saja Paman Jason saja nggak mengelak, jadi kenapa kamu buru-buru menyangkalnya? Apa ada yang kamu sembunyikan? Seolah-olah kamu nggak cinta sama dia."

Kalau mau memutarbalikkan keadaan, Janice juga bisa melakukannya. Ini adalah sesuatu yang Janice pelajari di kehidupan sebelumnya dari Vania.

Ekspresi Vania seketika berubah kaku dan berbalik dengan cepat. Bahkan sebelum sempat mengendalikan raut wajahnya, Vania tergagap sambil menggelengkan kepal, "Nggak! Aku cinta sama Jason! Aku cuma nggak mau berbohong."

"Kalau kamu nggak mau bohong, lalu kenapa kamu menuduhku? Lagi pula ...." Janice menatap Jason dan menekankan setiap kata, "Lagi pula, apakah satu-satunya pria di dunia ini cuma Paman? Apa aku nggak bisa hamil anak dari pria lain?"

Jason, di kehidupan ini, aku lebih rela memiliki hubungan dengan pria asing daripada terlibat denganmu!

Mendengar hal itu, jari-jari Jason mencengkeram lebih kuat. Matanya yang dingin penuh dengan maksud tersirat yang tidak bisa ditafsirkan. Dengan suara rendah dan penuh ancaman, Jason berkata, "Apa kamu bilang?"

Janice mengulang dengan suara yang lebih keras, "Aku bilang, apa dunia ini cuma ada Paman seorang? Mau hamil anak siapa pun, yang jelas itu bukan anakmu! Apa aku salah?"

Jason memicingkan matanya. Auranya yang mengintimidasi hampir membuat Janice kehilangan keseimbangan. Namun, dia cepat-cepat memalingkan wajahnya dan menatap orang-orang di sekelilingnya.

"Masih ada yang mau bicara? Kalau nggak, aku sudah capek, mau istirahat dulu." Janice berbalik dan bersiap untuk pergi.

"Berhenti!" Suara Jason semakin berat dan mengancam. "Siapa orang itu?"

Semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka Jason akan mengajukan pertanyaan seperti itu.

Janice menundukkan pandangan untuk menyembunyikan semua emosinya. Pada titik ini, Janice sadar Jason pasti sudah tahu siapa pria yang dia bicarakan. Namun, Jason ingin melihat sampai mana Janice bisa memutarbalikkan situasi.

Janice mengambil ponselnya dan melirik sekilas, lalu menatap Jason dengan tenang, "Paman, kamu nggak usah khawatir. Semuanya akan segera berakhir."

Jason mengerutkan alis. Dia yang awalnya mengira telah mengendalikan situasi, kini tampak kebingungan dan gelisah. Pada saat itu, kepala pelayan datang bersama satpam.

"Ada yang cari Bu Janice," katanya.

Melihat banyak sekali orang di sekitar sana, satpam berkata dengan hormat, "Pesanan Bu Janice sudah tiba. Karena daerah perumahan ini nggak mengizinkan orang luar untuk masuk, jadi aku yang bawakan barangnya ke sini."

Janice menerima kantong plastik itu, lalu berkata dengan perlahan, "Terima kasih."

Begitu satpam itu pergi, Janice berjalan ke depan meja teh dan mengeluarkan isi plastik itu. Ternyata obat kontrasepsi. Tadi dia merasa tidak tenang menyerahkan tugas ini kepada Ivy, jadi dia diam-diam memesan obat lagi untuk berjaga-jaga.

Tak disangka, obat ini benar-benar berguna sekarang. Janice membuka kotak obat dan mengeluarkan papan pil dari dalamnya, memperlihatkannya satu per satu kepada mereka. Dia bahkan sengaja berhenti beberapa detik di depan Jason.

"Paman, sudah jelas sekarang? Ini benar-benar pil kontrasepsi, bukan? Paman nggak usah khawatir, aku nggak akan pernah mengandung anak yang nggak seharusnya kumiliki. Kamu cuma nunggu ini, bukan?"

Dengan senyuman getir, Janice mengeluarkan sepuluh pil. Lalu, tanpa ragu, dia menelan satu pil.

"Satu cukup? Kalau nggak, akan kutambah lagi!"

"Dua! Tiga! Empat ...."

Semua orang sontak terdiam, beberapa bahkan terkejut melihat Janice. Mereka tidak tahu harus berkata apa.

Saat Janice hendak menelan pil kelima, tiba-tiba Zachary yang selalu patuh pada Anwar, melangkah maju dan menepis pil itu dari tangannya.

"Jason, kamu mau apa? Janice sudah bilang orang itu bukan dia, kenapa kalian terus menyudutkannya? Apa kalian nggak malu kalau sampai kabar ini tersebar di luar sana?" teriak Zachary dengan marah.

Ivy segera menarik Janice ke pelukannya dan berkata dengan suara terisak, "Cukup! Cukup sudah! Janice belum menikah. Kalau terus minum obat ini, dia bisa bahaya!"

Saat ini, Janice sudah merasakan sakit perut yang dahsyat hingga keringat dingin bercucuran di dahinya. Meski demikian, dia tetap menahan diri dan membuka telapak tangannya di hadapan Jason untuk memperlihatkan pil yang tersisa.

"Paman, sudah cukup?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
selialia701
good. next
goodnovel comment avatar
Mamaahh Alip
bagus sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Sumiyati Sumiyati
mau bava terus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 5

    Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 6

    Tadi malam? Janice memang mengatakan banyak hal. Dia tidak tahan melihat penderitaan Jason, sehingga dia terpaksa menuruti keinginan pria itu. Saat suasana semakin memanas, dia menahan penyiksaan dari Jason sambil mengungkapkan isi hatinya dengan serius.Saat itu, dia berpikir bahwa mungkin besok Jason akan melupakan semuanya. Namun, dia akan selalu mengingat momen ini. Setidaknya, dia pernah berada sangat dekat dengan Jason."Jason, aku menyukaimu. Aku sudah lama menyukaimu, sejak aku masuk ke Keluarga Karim dan kamu membantuku mengatasi kesulitan. Aku tahu kamu nggak akan peduli padaku, tapi aku ... sungguh ....""Mencintaimu."Janice pertama kali masuk ke Keluarga Karim ketika dia berusia 16 tahun. Ivy mendandaninya seperti boneka yang siap untuk dipersembahkan. Pada saat itu, Ivy tidak memahami gaya berpakaian minimalis para wanita sosialita. Dia hanya ingin putrinya terlihat secantik mungkin ketika memasuki Keluarga Karim.Namun, hal itu malah membuatnya menjadi bahan ejekan bagi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 7

    Janice muntah di atas setelan baru Jason, sehingga membuat Jason mengerutkan alisnya. Setelah muntah hingga hanya tersisa cairan asam, tubuh Janice yang lemas bersandar pada mobil.Norman segera mendekat dan berkata, "Pak Jason, biar kubantu Bu Janice."Namun, Jason melepas jasnya dan berkata dengan tegas, "Nggak usah." Dia memandang Janice dengan tatapan penuh rasa jijik, tetapi tetap menggendongnya masuk ke rumah.Janice langsung dibawa ke kamar mandi. Begitu didudukkan di atas meja wastafel, Jason mulai melucuti pakaian Janice yang kotor karena muntahan itu tanpa ragu-ragu."Jangan!" teriak Janice dengan panik dan mencoba untuk melawan. Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu menghalangi Jason.Wajah Jason tetap tampak datar saat melepaskan pakaian Janice. Cahaya lampu kamar mandi memperlihatkan bekas-bekas dari kejadian semalam yang masih tersisa di tubuhnya sehingga membuat Janice benar-benar merasa malu. Dia mencoba melindungi dirinya sendiri, tetapi Jason segera menangkap tangann

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 8

    Janice baru saja tiba di depan asrama ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang. Saat berbalik, seorang teman sekelas menunjuk ke arah gedung pengajar dengan napas tersengal-sengal."Janice, Pak Handoko suruh kamu ke kantor kepala jurusan sekarang juga.""Oke," jawab Janice, lalu berbalik dan berjalan menuju ke gedung pengajar. Di sepanjang jalan, banyak orang memandangnya dengan tatapan penuh sindiran sambil berbisik-bisik. Tatapan mereka penuh dengan kebencian.Sepertinya ini akan menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan.....Di kantor kepala jurusan.Begitu Janice masuk, dia melihat di dalam ruangan itu bukan hanya ada Handoko. Jason dan Vania juga turut hadir.Saat bertukar pandang dengan Jason, sorot mata Jason terlihat bagaikan ular kobra yang mematikan, seakan-akan bisa membunuhnya dalam sekejap. Napas Janice tertahan sejenak, lalu dia mengepalkan tangannya dengan erat untuk menenangkan diri.Namun, tatapan Jason terus melekat padanya, seolah-olah tidak mau membiarkan dia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 9

    Janice meninggalkan kantor itu tanpa menoleh sama sekali. Setelah kekacauan yang terjadi di Keluarga Karim, Janice tahu bahwa dia harus selalu waspada terhadap Vania. Begitu mendengar Vania menelepon Jason sambil menangis dan mengatakan bahwa ada yang memfitnahnya, Janice langsung tahu bahwa Vania dan Malia telah mulai bertindak.Malia tahu terlalu banyak tentang Janice, termasuk tentang buku hariannya. Setelah menghabiskan malam bersama Jason, tak lama kemudian muncul postingan di internet yang menuduhnya memberi obat perangsang pada Jason.Janice tahu, semua itu pasti adalah ulah Malia. Oleh karena itu, Janice sudah lebih dulu mengganti buku hariannya secara diam-diam.Saat Janice masih sedang merenung, tiba-tiba muncul sebuah bayangan yang mendekat dari belakangnya. Orang itu adalah Malia.Sepanjang perjalanan, Malia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya diam-diam mengamati Janice. Namun, Janice tetap tenang. Dia tidak menunjukkan reaksi baru saja mengalami pengkhia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 10

    Di saat Janice hendak keluar, Jason menolehkan wajahnya melihat pasangan di belakang pohon. "Ada masalah?" tanyanya. Nada bicaranya yang dingin terkesan tidak sabar.Begitu melihat orang itu adalah Jason, pasangan itu langsung menundukkan kepala dengan hormat. "Maaf, Pak Jason. Kami pergi dulu." Pasangan itu langsung bergegas pergi dari tempat itu.Mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, Janice baru menghela napas lega. Dia berusaha untuk mendorong Jason, tetapi pergelangan tangannya malah dicengkeram erat."Beres-beres barangmu, aku suruh Norman untuk menunggumu di parkiran. Dia akan antarkan kamu ke apartemen," ucap Jason dengan nada memerintah tanpa menanyakan pendapat Janice sama sekali.Tubuh Janice menjadi kaku dan matanya mengerjap untuk berusaha meredam gejolak dalam hatinya. Bagi Jason, Janice bukanlah seorang manusia. Dia hanya sebuah boneka yang patuh dan bisa dipermainkan serta dicampakkan setiap saat. Janice menggertakkan giginya untuk berusaha melepaskan diri."Nggak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 11

    Merasakan tatapan itu, Janice menoleh ke arahnya. Orang itu adalah Jason. Dia mengenakan jas hitam yang rapi, jari-jarinya yang panjang bersandar di pelipisnya, dan cincin merah di jarinya berkilauan di bawah sinar matahari.Di sampingnya berdiri Vania yang terlihat sedang mengatakan sesuatu. Mereka berdiri sangat dekat dan wajah Jason terlihat lebih lembut dari biasanya. Janice menarik kembali pandangannya, lalu melepas tangannya sambil berpura-pura tenang."Terima kasih," ucap Janice."Sama-sama." Pria itu menoleh ke arah pandangannya. "Itu Pak Jason, 'kan? Dia sayang sekali sama tunangannya ya, sampai antar jemput dia sendiri."Ya, semua orang bisa melihat dengan jelas betapa Jason mencintai Vania. Di kehidupan sebelumnya, hanya Janice sendiri yang masih mencintai dan menunggunya seperti orang bodoh. Baru saja Janice hendak mengangguk, Ivy malah langsung menariknya."Karena sudah kebetulan ketemu, ayo cepat sapa pamanmu.""Nggak," tolak Janice sambil menepis tangannya dan hendak per

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 12

    Janice ditarik Calvin ke belakang. Saat pandangannya mulai kabur, Janice mengepalkan tangannya dengan erat. Janice baru tersadar ketika merasa kesakitan. Dia harus menyelamatkan diri sendiri!Janice meraih gagang pintu untuk menstabilkan tubuhnya. Dia terus mencari barang yang bisa menyelamatkannya. Pajangan kristal di bagian tengah mobil memberi Janice kesempatan.Namun, tangan Janice tidak mampu meraih pajangan kristal itu. Dia berusaha keras untuk melawan Calvin sambil meraih pajangan kristal.Setelah berhasil mencabut pajangan itu dari alas antiselip, Janice menghantam kepala Calvin. Alhasil, Calvin yang kesakitan melepaskan Janice.Janice memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka pintu mobil dan buru-buru keluar. Angin malam di musim gugur berembus. Janice merasa kedinginan.Janice berjuang sekuat tenaga untuk kabur, tetapi Calvin mencekik lehernya. Janice berusaha melawan. Hanya saja, Calvin menjambak rambut Janice dan menghempasnya ke pintu mobil.Janice merasa pusing, lalu tumb

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 773

    Jason tersenyum. "Baiklah, aku akan menunggu."Saat Jason menerima Vega yang agak memberontak, Hady langsung tertegun saat menatap mereka. "Pantas saja aku merasa kamu begitu familier, kalian berdua ....""Keluarga pasien! Keluarga pasien!" teriak perawat."Aku segera ke sana," jawab Hady.Setelah Hady pergi, Vega mengangkat kepala dan menatap wajah Jason. Namun, dia tidak menangis ataupun marah.Meskipun anak itu ada di depan mata, Jason masih merasa semuanya tidak nyata. Dia memeluk Vega dengan lebih erat dan menarik Vega agar lebih dekat dengan hati-hati. Saat dia bisa mencium aroma khas tubuh Vega dan bahkan ada sedikit bau Janice yang samar-samar, dia baru berani yakin anak ini adalah Vega di mimpinya. Hanya saja, wajah anak ini lebih bulat daripada wajah Vega di mimpinya.Mulut Jason bergerak, seolah-olah ada banyak hal yang ingin ditanyanya. Namun, saat dia hendak membuka mulut, Vega yang berada dalam pelukannya bergerak beberapa kali dan menunjuk mesin penjual otomatis di loron

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 772

    Saat pria itu hendak memakaikan kalung itu pada istrinya, Jason tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan pria itu. "Kalung ini dari mana?"Nada bicara Jason yang dingin membuat pria itu terkejut dan menjawab, "Dari ... Vega Jewelry. Bosnya adalah orang dari desa kami. Dia menjual perhiasan, sangat hebat."Wanita yang baru saja melewati kontraksinya pun meninju suaminya. "Apanya yang penjual perhiasan? Ini namanya desainer perhiasan.""Ya, aku memang mudah lupa," kata pria itu.Jason menatap desain pita yang pita yang istimewa itu. Dari lekukan hingga ukiran yang kecil-kecil di atasnya, semuanya itu adalah gaya khas Janice. Tenggorokannya terasa kering dan bertanya dengan suara serak, "Siapa?""Ja .... Ah! Sakit sekali!" teriak wanita itu tiba-tiba sebelum selesai menjawab pertanyaan Jason, lalu mencengkeram suaminya dan Jason dengan erat.Begitu pintu lift terbuka, kebetulan ada seorang perawat yang melihat kejadian itu dan segera memanggil orang untuk membantu. Saat dokter bertanya te

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 771

    Nama yang tertera di sepatu itu adalah Vega.Saat itu, seorang guru yang sedang menjaga ketertiban di lokasi itu segera berlari mendekat. "Mama Vega, Vega nggak ada di sini. Anak-anak yang terluka parah sudah segera dibawa ke rumah sakit kota.""Terluka parah?" tanya Janice dengan suara bergetar.Guru itu menggigit bibirnya, lalu berkata, "Kepala sekolah sudah pergi ke sana, kamu juga segera pergi ke sana saja."Janice baru saja hendak berbalik, tetapi tubuhnya langsung ambruk.Arya segera memapah Janice. "Aku antar kamu ke rumah sakit."Janice hanya bisa menahan air matanya dan menganggukkan kepala. Setelah berlari ke rumah sakit dan diberi petunjuk oleh perawat, dia pun menemukan lantai tempat para korban kecelakaan TK dirawat. Di tengah kerumunan, dia langsung menemukan gurunya Vega. "Guru, mana Vega? Dia baik-baik saja, 'kan?""Vega baik-baik saja. Saat aku membawanya untuk menghindar, aku terpaksa membawanya bersamaku ke rumah sakit karena aku harus buru-buru mengantar para korban

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 770

    Begitu mendengar terjadi kecelakaan di TK, Janice tanpa ragu langsung berlari keluar. Arya dan Louise segera mengikuti dari belakang."Kenapa bisa terjadi kecelakaan mobil di TK?" tanya Arya."TK ini dibangun di lereng. Saat bus pariwisata turun dari bukit, sopirnya juga nggak tahu kenapa nggak menginjak rem dan langsung menerobos masuk ke TK. Saat itu banyak anak-anak yang sedang bermain .... Aduh, tunggu aku!" jelas Louise.Hanya mendengar penjelasan singkat dari Louise, naluri menyelamatkan sebagai seorang dokter membuat Arya langsung tahu kecelakaan ini sangat parah.Saat ini, sebuah bus besar terjepit di tembok TK. Bagian depan bus sudah menerobos masuk ke lapangan bermain sepenuhnya, sedangkan bagian belakangnya tergantung. Banyak orang di sekitar yang sedang membantu dan banyak anak yang diangkut keluar dengan menangis terisak-isak.Janice segera berlari mendekat dan menarik seorang anak yang sedang memegang lengannya. Anak itu adalah teman sekelas Vega. "Mana Vega?"Anak itu me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status