Share

Bab 3

Author: Danira Widia
Vania adalah putri keluarga kaya yang telah terpuruk. Tiga tahun lalu, Jason mengumumkan hubungannya dengan Vania kepada publik. Bahkan, dia mengadakan acara pertunangan tanpa menghiraukan pertentangan dari Anwar.

Seketika, Vania menjadi wanita yang paling membuat orang iri di seluruh kota. Orang luar menganggapnya berpenampilan cantik, berhati baik, dan memiliki kepribadian yang anggun. Hanya Janice yang mengetahui sosok asli Vania yang sebenarnya.

Jika tidak menjadi desainer, Vania mungkin bisa jadi aktris!

Dengan kecerdikan dan kelicikannya, Vania tentu memahami maksud dari tuduhan Janice. Pernikahannya dengan Jason sudah tertunda selama tiga tahun dan dia sudah tak sabar untuk menjadi bagian dari Keluarga Karim.

Sesuai dugaan ....

Vania segera melangkah maju, lalu bersujud dengan tulus di tempat Janice berlutut sebelumnya.

"Ini salahku! Postur tubuhku hampir mirip sama Janice dan wajah kami juga agak mirip. Karena itulah, orang luar jadi salah paham."

Namun, seseorang di samping mereka mengajukan pertanyaan dengan nada meragukan, "Tapi, di internet juga ada yang mengungkapkan buku harian Janice. Menurut perhitungan, buku itu sudah ditulis sekitar lima atau enam tahun. Bukannya kamu baru kenal Jason selama tiga tahun?"

Vania yang sangat ahli dalam menampilkan perasaan tulus, segera melanjutkan aktingnya. "Aku yang duluan jatuh cinta diam-diam selama tiga tahun. Semua itu adalah curhatan yang kutulis. Aku juga nggak tahu siapa yang menemukannya."

Air mata mengalir perlahan di pipinya, dipadukan dengan tatapan penuh cinta. Bahkan rona merah di wajahnya terlihat begitu alami. Siapa yang bisa meragukan penampilan yang begitu tulus ini? Di kehidupan yang lalu dan saat ini, Janice selalu kalah telak.

Dia berkata dengan nada datar, "Paman dan Vania sudah tunangan bertahun-tahun. Sudah sewajarnya Vania membantu Paman saat dia berada dalam bahaya. Pasti paparazi di luar saja yang sengaja mengarang cerita bohong untuk menarik perhatian dengan skandal keluarga kaya!"

Mendengar hal ini, ekspresi orang-orang yang awalnya penuh minat pun mulai memudar, bahkan beberapa terlihat merasa bosan.

Baru sekarang Janice sadar betapa sia-sia hidupnya di kehidupan sebelumnya. Betapa keras dia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, tetapi pada akhirnya dia hanya menjadi hiburan bagi orang-orang yang tidak peduli.

Setiap detik di tempat ini terasa seperti siksaan baginya.

Janice mundur selangkah, lalu berkata dengan nada getir, "Karena semuanya sudah jelas, aku nggak mau ganggu diskusi penting Keluarga Karim. Kakek, semuanya, aku pamit dulu."

Dia berbalik untuk pergi, tetapi tetap merasakan tatapan tajam yang dilemparkan padanya. Namun, semua itu kini tak lagi ada hubungannya dengan dirinya.

....

Janice tidak tahu bagaimana kelanjutannya kejadian di aula itu. Yang dia tahu hanyalah bahwa ketika Ivy kembali, wajahnya tampak sangat muram. Kemungkinan besar, dia kembali dipermalukan oleh anggota Keluarga Karim lainnya.

Tuan muda kedua Keluarga Karim bernama Zachary Karim. Dia memang tidak terlalu berbakat dalam dunia bisnis. Anwar telah lama menyerah padanya. Itulah sebabnya, pasangan Ivy dan Zachary ini selalu diabaikan oleh seluruh keluarga.

Meski di hadapan semua orang mereka dipanggil sebagai Tuan dan Nyonya, di balik itu, tidak ada yang pernah menganggap serius keberadaan mereka.

Ivy mencubit lengan Janice sambil memarahinya, "Kamu sudah gila ya? Kesempatan sebagus itu!"

"Kesempatan apanya?" tanya Janice.

"Semalam kamu pulang dengan penampilan yang kacau balau. Kamu kira aku nggak bisa melihatnya? Cuma perlu minta maaf saja, 'kan? Sekarang ini gosip sedang marak di luar sana. Kalau Jason mau mempertahankan posisi pewaris, dia pasti harus perlakukan kamu dengan baik!"

"Kenapa kamu malah relakan kesempatan ini pada Vania? Gadis itu ... dari sekilas saja aku sudah bisa melihat betapa liciknya dia!" lanjut Ivy dengan kesal.

"Merebut tunangan orang, meracuni dan meniduri paman sendiri. Kamu kira aku bakalan bisa hidup bahagia?" Janice menarik kembali tangannya dan mengabaikan ibunya.

Sebagai seorang ibu, Ivy sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Setelah ayahnya menghilang, Ivy tetap tidak mencampakkan Janice. Bahkan saat menikah kedua kalinya pun, permintaan Ivy satu-satunya adalah diizinkan untuk membawa Janice bersamanya.

Namun, Ivy terlalu bergantung pada pria. Di Keluarga Karim yang penuh intrik ini, Ivy ditakdirkan untuk menerima penghinaan karena terlalu bergantung pada Zachary.

Dengan suara yang hampir menangis, Ivy berkata, "Itu tetap saja lebih bagus daripada hidup dengan harus mengandalkan belas kasihan orang lain! Paman tertuamu mati muda, ayah angkatmu juga nggak sehebat Jason. Ke depannya, seluruh Keluarga Karim ini pasti akan jadi miliknya. Kalau kamu bisa ...."

"Ibu, jangan bahas itu lagi," sela Janice dengan nada dingin.

"Kamu ini bisa lebih memaklumiku nggak? Ayah angkatmu terlalu jujur. Aku juga nggak bisa lagi melahirkan anak untuknya. Semua anggota Keluarga Karim merendahkanku. Pada akhirnya, bukankah aku harus bergantung padamu?" ucap Ivy menahan tangisannya.

Janice langsung menjawab terus terang, "Ya sudah, kalau begitu kamu pergi bilang sama Jason suruh dia menikahiku! Ayo, pergi sekarang!"

Ivy terdiam dan tidak berani mengatakan sepatah kata pun. Tidak ada seorang pun yang berani menyinggung Jason, mana mungkin dia berani?

Setelah terdiam beberapa saat, Janice tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung menarik lengan Ivy.

"Ibu, kamu ... punya obat?"

"Obat apaan?"

"Kontrasepsi darurat," jawab Janice dengan tak berdaya.

"Kamu ... aku sudah umur segini, mana mungkin minum obat seperti itu? Kalaupun berhubungan badan, ayah tirimu selalu mengerti keadaanku," kata Ivy dengan nada tidak sabar.

"Bu, sekarang Keluarga Karim pasti masih mengawasi setiap gerak-gerikku. Ibu bisa belikan aku obat itu? Aku sedang dalam masa ovulasi kemarin," ujar Janice sambil menunjukkan aplikasi pencatat menstruasi di ponselnya. Kegelisahan mulai merayap dalam dirinya.

Dia sangat mencintai Vega. Namun, dia tidak bisa melahirkan Vega kembali. Vega pantas lahir di keluarga yang penuh cinta dan kebahagiaan, bukan menjalani kehidupan penuh penderitaan bersamanya.

Ivy mengerutkan kening, kemudian menghela napas panjang. "Ya sudah, aku pergi beli."

Janice menghela napas lega.

Namun setelah keluar, Ivy tidak membeli obat itu sendiri. Dia memanggil pelayan kepercayaannya, lalu memberikan beberapa instruksi dan menyuruhnya pergi. Setelah pelayan itu pergi, Ivy tidak terlalu memikirkan hal ini lagi karena semua perhatian orang-orang sedang terfokus di aula besar.

Yang tidak dia sadari adalah bahwa setiap kata yang dia ucapkan telah didengar oleh seseorang.

Setengah jam kemudian, Ivy kembali ke kamar dengan membawa kantong obat yang tidak tembus pandang.

"Cepat minum obatnya. Kalau terlalu lama, obatnya nggak akan efektif lagi," katanya sambil menyerahkan obat itu. Janice mengangguk, lalu melihat sekilas tulisan di kotak obat itu ... "Kontrasepsi darurat 48 jam".

Setelah membuka bungkus obat, Janice tidak langsung meminumnya. Sebaliknya, dia refleks menyentuh perutnya. Dulu, perut ini pernah mengandung putri yang paling dia cintai.

Vega, anak yang begitu pengertian dan manis. Namun, dia benar-benar tidak bisa membiarkan Vega dilahirkan dalam lingkungan yang tidak menginginkannya, lalu hidup dalam kesepian dan meninggal sendirian di ranjang rumah sakit.

Betapa takutnya Vega saat itu? Jadi, Vega, maafkan Mama .... Di kehidupan ini, kamu harus menemukan orang tua yang benar-benar mencintaimu dan tumbuh bahagia.

Wajah Janice pucat pasi dan jarinya bergetar saat dia mencoba memasukkan pil ke dalam mulutnya. Namun, tenggorokannya terasa kesulitan menelan pil tersebut. Janice menengadah dan meneguk air untuk memaksa dirinya menelan pil itu agar tidak ada lagi kesempatan baginya untuk menyesal.

Meskipun air yang diminumnya hangat, tubuhnya terasa beku dan dingin hingga merasuk ke dalam tulang.

Jason, akhirnya kau berhasil menyingkirkan dua orang yang paling kau benci. Diriku dan Vega.

Setelah meredam perasaan sedih itu, Janice bersiap untuk menghancurkan kotak obatnya. Namun tiba-tiba, pintu kamar didobrak dengan keras hingga membuat ruangan itu bergetar. Sebelum Janice dan Ivy sempat merespons, mereka telah ditahan oleh pelayan dari kamar Anwar.

Beberapa saat kemudian, Janice diseret kembali ke aula besar. Dia didorong dengan keras hingga terjatuh ke lantai.

Tubuhnya yang telah kelelahan semalam, terpaksa berusaha keras untuk menopang dirinya untuk berdiri. Saat mendongak, dia melihat tatapan penuh kebencian dari semua orang. Terutama tatapan Jason yang semakin berbahaya dan dingin.

Suasana menjadi hening seketika, diiringi dengan isak tangisan rendah dari Vania. Mengikuti suara tersebut, Janice menoleh ke arah Vania. Meskipun sedang berlinang air mata, tatapan Vania memancarkan maksud tersembunyi.

Detik berikutnya, sebuah kotak obat dilemparkan ke samping kaki Janice. Pil-pil dari dalam kotak itu berserakan di lantai.

Anwar memukul meja teh dengan keras, lalu membentak, "Benda apa ini! Cepat jelaskan!"

Janice gemetaran sejenak, lalu menjawab dengan jujur, "Obat kontrasepsi."

Jason meliriknya sekilas dengan dingin, lalu bertanya dengan suara rendah, "Obat kontrasepsi? Hah?"

Nada bicaranya yang ditarik panjang, seolah-olah sedang mengejek Janice. Janice menundukkan kepalanya, lalu tertegun setelah melihat tulisan yang tertera di kotak obat itu.

Di kotak obat itu memang tertulis obat kontrasepsi darurat, tetapi isinya malah pil untuk membantu kehamilan.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mirip cerita saduran dan pastinya beretele2. tokoh utama wanita yg goblok, bucin dan menye2.
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
oh dam,,ivy na once
goodnovel comment avatar
Sri Prasetiyo 81
pil untuk membantu kehamilan aneh
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 4

    Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.Benar saja, detik b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 5

    Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 6

    Tadi malam? Janice memang mengatakan banyak hal. Dia tidak tahan melihat penderitaan Jason, sehingga dia terpaksa menuruti keinginan pria itu. Saat suasana semakin memanas, dia menahan penyiksaan dari Jason sambil mengungkapkan isi hatinya dengan serius.Saat itu, dia berpikir bahwa mungkin besok Jason akan melupakan semuanya. Namun, dia akan selalu mengingat momen ini. Setidaknya, dia pernah berada sangat dekat dengan Jason."Jason, aku menyukaimu. Aku sudah lama menyukaimu, sejak aku masuk ke Keluarga Karim dan kamu membantuku mengatasi kesulitan. Aku tahu kamu nggak akan peduli padaku, tapi aku ... sungguh ....""Mencintaimu."Janice pertama kali masuk ke Keluarga Karim ketika dia berusia 16 tahun. Ivy mendandaninya seperti boneka yang siap untuk dipersembahkan. Pada saat itu, Ivy tidak memahami gaya berpakaian minimalis para wanita sosialita. Dia hanya ingin putrinya terlihat secantik mungkin ketika memasuki Keluarga Karim.Namun, hal itu malah membuatnya menjadi bahan ejekan bagi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 7

    Janice muntah di atas setelan baru Jason, sehingga membuat Jason mengerutkan alisnya. Setelah muntah hingga hanya tersisa cairan asam, tubuh Janice yang lemas bersandar pada mobil.Norman segera mendekat dan berkata, "Pak Jason, biar kubantu Bu Janice."Namun, Jason melepas jasnya dan berkata dengan tegas, "Nggak usah." Dia memandang Janice dengan tatapan penuh rasa jijik, tetapi tetap menggendongnya masuk ke rumah.Janice langsung dibawa ke kamar mandi. Begitu didudukkan di atas meja wastafel, Jason mulai melucuti pakaian Janice yang kotor karena muntahan itu tanpa ragu-ragu."Jangan!" teriak Janice dengan panik dan mencoba untuk melawan. Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu menghalangi Jason.Wajah Jason tetap tampak datar saat melepaskan pakaian Janice. Cahaya lampu kamar mandi memperlihatkan bekas-bekas dari kejadian semalam yang masih tersisa di tubuhnya sehingga membuat Janice benar-benar merasa malu. Dia mencoba melindungi dirinya sendiri, tetapi Jason segera menangkap tangann

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 8

    Janice baru saja tiba di depan asrama ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang. Saat berbalik, seorang teman sekelas menunjuk ke arah gedung pengajar dengan napas tersengal-sengal."Janice, Pak Handoko suruh kamu ke kantor kepala jurusan sekarang juga.""Oke," jawab Janice, lalu berbalik dan berjalan menuju ke gedung pengajar. Di sepanjang jalan, banyak orang memandangnya dengan tatapan penuh sindiran sambil berbisik-bisik. Tatapan mereka penuh dengan kebencian.Sepertinya ini akan menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan.....Di kantor kepala jurusan.Begitu Janice masuk, dia melihat di dalam ruangan itu bukan hanya ada Handoko. Jason dan Vania juga turut hadir.Saat bertukar pandang dengan Jason, sorot mata Jason terlihat bagaikan ular kobra yang mematikan, seakan-akan bisa membunuhnya dalam sekejap. Napas Janice tertahan sejenak, lalu dia mengepalkan tangannya dengan erat untuk menenangkan diri.Namun, tatapan Jason terus melekat padanya, seolah-olah tidak mau membiarkan dia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 9

    Janice meninggalkan kantor itu tanpa menoleh sama sekali. Setelah kekacauan yang terjadi di Keluarga Karim, Janice tahu bahwa dia harus selalu waspada terhadap Vania. Begitu mendengar Vania menelepon Jason sambil menangis dan mengatakan bahwa ada yang memfitnahnya, Janice langsung tahu bahwa Vania dan Malia telah mulai bertindak.Malia tahu terlalu banyak tentang Janice, termasuk tentang buku hariannya. Setelah menghabiskan malam bersama Jason, tak lama kemudian muncul postingan di internet yang menuduhnya memberi obat perangsang pada Jason.Janice tahu, semua itu pasti adalah ulah Malia. Oleh karena itu, Janice sudah lebih dulu mengganti buku hariannya secara diam-diam.Saat Janice masih sedang merenung, tiba-tiba muncul sebuah bayangan yang mendekat dari belakangnya. Orang itu adalah Malia.Sepanjang perjalanan, Malia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya diam-diam mengamati Janice. Namun, Janice tetap tenang. Dia tidak menunjukkan reaksi baru saja mengalami pengkhia

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 10

    Di saat Janice hendak keluar, Jason menolehkan wajahnya melihat pasangan di belakang pohon. "Ada masalah?" tanyanya. Nada bicaranya yang dingin terkesan tidak sabar.Begitu melihat orang itu adalah Jason, pasangan itu langsung menundukkan kepala dengan hormat. "Maaf, Pak Jason. Kami pergi dulu." Pasangan itu langsung bergegas pergi dari tempat itu.Mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, Janice baru menghela napas lega. Dia berusaha untuk mendorong Jason, tetapi pergelangan tangannya malah dicengkeram erat."Beres-beres barangmu, aku suruh Norman untuk menunggumu di parkiran. Dia akan antarkan kamu ke apartemen," ucap Jason dengan nada memerintah tanpa menanyakan pendapat Janice sama sekali.Tubuh Janice menjadi kaku dan matanya mengerjap untuk berusaha meredam gejolak dalam hatinya. Bagi Jason, Janice bukanlah seorang manusia. Dia hanya sebuah boneka yang patuh dan bisa dipermainkan serta dicampakkan setiap saat. Janice menggertakkan giginya untuk berusaha melepaskan diri."Nggak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 11

    Merasakan tatapan itu, Janice menoleh ke arahnya. Orang itu adalah Jason. Dia mengenakan jas hitam yang rapi, jari-jarinya yang panjang bersandar di pelipisnya, dan cincin merah di jarinya berkilauan di bawah sinar matahari.Di sampingnya berdiri Vania yang terlihat sedang mengatakan sesuatu. Mereka berdiri sangat dekat dan wajah Jason terlihat lebih lembut dari biasanya. Janice menarik kembali pandangannya, lalu melepas tangannya sambil berpura-pura tenang."Terima kasih," ucap Janice."Sama-sama." Pria itu menoleh ke arah pandangannya. "Itu Pak Jason, 'kan? Dia sayang sekali sama tunangannya ya, sampai antar jemput dia sendiri."Ya, semua orang bisa melihat dengan jelas betapa Jason mencintai Vania. Di kehidupan sebelumnya, hanya Janice sendiri yang masih mencintai dan menunggunya seperti orang bodoh. Baru saja Janice hendak mengangguk, Ivy malah langsung menariknya."Karena sudah kebetulan ketemu, ayo cepat sapa pamanmu.""Nggak," tolak Janice sambil menepis tangannya dan hendak per

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status