Landon menghela napas. "Bisnis Keluarga Azhara pasti akan segera bangkit kembali."Dalam sekejap, suasana muram memenuhi seluruh ruangan kantor itu. Seolah-olah ada sebuah tekanan yang tak kasat mata yang menekan hati semua orang.Saat itu, seorang perawat membuka pintu kantor. "Dokter Arya, gadis kecil itu sudah sadar. Ada orang yang sudah datang menjenguknya."Jason dan Landon segera bereaksi. "Ada yang nggak beres."Begitu mendengar perkataan itu, Janice juga ikut bergegas keluar bersama keduanya. Tak disangka, mereka malah berpapasan dengan Sissy yang baru saja keluar dari kamar pasien itu.Sissy menyeka air matanya, lalu menghalang jalan Janice dan yang lainnya. Dia mengangkat kepala, lalu menatap Janice dan Chelsea dengan tatapan penuh kebencian dan sekaligus terlihat lemah. "Kalian lapor polisi ya? Dia itu masih sangat muda. Dia sudah begitu trauma, sekarang kondisinya malah makin hancur karena kalian lapor polisi.""Minggir," kata Janice sambil menggertakkan giginya.Namun, Sis
Di rumah sakit.Saat melihat sekelompok orang itu datang, Arya tersenyum."Bagus juga, masih ingat buat bantu aku mengejar target akhir tahun," canda Arya sambil menangani luka Jason.Setelah selesai memerban luka Jason, Arya baru teringat untuk bertanya penyebab lukanya. "Ada apa ini? Kalian berdua berantem di dapur ya?”Janice merasa kata-kata itu sama sekali tidak lucu. Sampai sekarang, wajahnya juga masih pucat pasi. Jika bukan karena Jason terus menggenggam tangannya, dia mungkin sudah lebih gila daripada wanita yang menyerang tadi.Jason berkata dengan tenang, "Salah satu dari korban itu yang menikam."Arya langsung tertegun. "Siapa?"Sebelum Jason sempat menjelaskan, Landon langsung menyela, "Di sini masih ada satu orang yang terluka.""Aku nggak apa-apa, luka sekecil ini cukup beli plester di jalanan saja. Nggak perlu lihat dokter. Sekarang yang paling penting adalah tanya wanita itu kenapa dia melakukan hal seperti ini," kata Chelsea sambil duduk dengan terpaksa.Tanpa memberi
Sissy mengenakan gaun mahal, tetapi dia tetap terlihat tidak cocok dengan pesta itu. Tidak seperti korban, tetapi tidak mampu benar-benar menyatu dengan kalangan atas juga.Chelsea merasa geram dan hendak maju, tetapi Janice segera menahannya. "Di antara keadilan dan uang, mereka sendiri yang memilih uang. Jadi, mereka seharusnya sudah tahu akan ada saat seperti ini. Jangan ikut campur dalam karma orang lain. Kita sudah pernah menolong mereka sekali dan hasilnya juga sudah kamu lihat."Berbeda dengan dirinya yang tiga tahun lalu, Janice sudah bukan orang yang begitu membenci ketidakadilan lagi. Lagi pula, dia dan memang sudah melakukan yang terbaik untuk para wanita ini.Chelsea akhirnya melepaskan genggamannya, lalu mundur dua langkah ke belakang bersama Janice dan kembali berdiri di tengah kerumunan. Mereka lebih mirip seperti penonton.Tak disangka, Sissy selalu memperhatikan setiap gerak-gerik keduanya sejak tadi. Melihat keduanya tidak maju lagi, dia merasa dirinya seperti badut y
Dalam sekejap, tibalah hari pesta itu.Janice sebenarnya tidak ingin datang, tetapi Keluarga Azhara mengirim undangan langsung atas namanya. Dia pun hanya bisa hadir sebagai anak tiri dari keluarga Zachary.Begitu masuk, terdengar suara musik yang lembut dan membawa sedikit nuansa sendu. Orang-orang di sekeliling juga menurunkan suara dan hanya berbicara dengan pelan.Ivy berbisik, "Pamanmu mau pergi menyapa temannya, kamu mau ikut?"Saat itu, Janice kebetulan melihat Chelsea yang baru saja masuk, sehingga dia menggelengkan kepala dan menolak. "Kalian saja yang pergi, aku mau menemui Chelsea. Ibu, hati-hati ya.""Iya. Malam ini bahkan ke toilet pun aku akan membawa pamanmu," kata Ivy sambil menggandeng lengan Zachary dengan erat.Zachary tersenyum dengan penuh kasih sayang.Janice yang merasa tenang pun berbalik, tetapi dia malah tidak sengaja menabrak seseorang dan jatuh ke dalam pelukannya."Hati-hati. Lama nggak bertemu, keponakanku."Terdengar suara seorang pria yang berbicara deng
"Aku ...."Leah masih ingin membantah, tetapi Verica langsung menyela, "Leah, apa yang dikatakan Paman Morgan benar. Kamu adalah nona muda Keluarga Azhara, sudah seharusnya memikul tanggung jawab keluarga. Jangan sampai lupa statusmu."Saat mengatakan itu, Verica memberi Leah isyarat dengan mata.Leah pun mundur, lalu menundukkan kepala dan berkata, "Aku mengerti."Setelah itu, Morgan langsung melangkah masuk ke dalam rumah.Satu jam kemudian, Verica masuk ke kamar Morgan.Seolah-olah sudah menduga hal itu, Morgan yang berada di dalam kamar itu bahkan tidak menoleh sedikit pun. "Leah sudah tenang?""Ya. Besok dia akan pergi membicarakan urusan pertunangan ini dengan Yosep," jawab Verica sambil mendekat, lalu menaruh tangannya di bahu Morgan dan memijat dengan kekuatan yang pas.Morgan tidak menolak, melainkan menikmatinya dan berkata, "Bayu bilang kamu terus masalah dengan nyonya kedua Keluarga Karim dan juga putrinya setelah kembali ke negara ini. Kalian saling kenal?"Tangan Verica t
Saat melihat foto itu, Jason langsung tertegun dan gerakan tangannya pun ikut terhenti.Janice membuka mata saat menyadari hal itu, lalu berbalik dan mendekat untuk melihat layar ponsel Jason. Yang terlihat ternyata adalah sebuah foto lama. Ada seorang pria paruh baya yang sangat berwibawa di foto itu, tetapi tatapan mata pria itu terlihat sangat dingin. "Siapa ini?""Ayahnya Bayu," jawab Jason sambil memperbesar foto itu dan memperlihatkan tato di pergelangan tangan Bayu. Itu adalah lambang kapal pesiar.Janice kebingungan. "Foto ini sudah lama sekali, apa ada masalah?"Jason menggeser layar ponselnya dengan tenang dan menampilkan foto lain.Janice langsung terkejut. "Ini ...."Sebuah wajah yang sangat mirip dengan Moris."Ini adiknya Moris, Morgan," jelas Jason."Pak Moris masih punya saudara?" tanya Janice yang belum pernah mendengar hal itu sebelumnya."Kabarnya kondisi tubuhnya lemah sejak lahir, jadi selalu dirawat di luar negeri," kata Jason dengan maksud tersembunyi."Apa dia p