Janice merasa sesak di dadanya, tetapi dia tidak bisa memikirkan solusi yang lebih baik. Jason mengetuk pintu dengan sangat keras, orang di lantai bawah pasti bisa mendengarnya. Sebelumnya, Jason bahkan melapor ke polisi bahwa terdengar suara tembakan di sini, dia benar-benar tidak ingin didatangi polisi lagi.Sebelum Jancie berbicara, Jason yang sudah mengetahui apa yang sedang dipikirkan Janice pun membantu Janice masuk ke dalam. "Ayo masuk."Janice hanya bisa mengikuti Jason masuk ke ruang tamu.Jason segera mengambil kotak obat dari lemari di bawah TV. Begitu dia duduk, Janice langsung bergeser ke samping. Dia mencari obatnya sambil berkata dengan nada muram, "Lebih baik kamu tinggalkan saja tanganmu di sini. Kamu boleh pergi berkeliling sebentar baru kembali lagi."Mendengar sindiran itu, Janice terpaksa bergeser kembali dan mengulurkan tangannya.Setelah membuka perban dan melihat lukanya, ekspresi Jason menjadi dingin. "Kenapa lukanya bisa robek seperti ini?"Janice bingung kare
Di rumah Keluarga Karim, Anwar sedang menikmati makan malamnya. Saat menyadari kedatangan seseorang, dia tetap menikmati makan malamnya dan ekspresinya terlihat makin tegas.Sejak perdebatan terakhir di rumah sakit, Anwar tidak pernah makan bersama Jason lagi. Oleh karena itu, dia yakin Jason datang untuk berdamai dengannya. Bagaimanapun juga, dia sudah memimpin Keluarga Karim selama puluhan tahun, sedangkan Jason baru beberapa tahun saja. Dia pun mengangkat kepala dan melirik kepala pelayan.Melihat itu, kepala pelayan itu segera menyiapkan satu set alat makan untuk Jason sebagai tanda ini adalah kesempatan dari Anwar.Jason dan Anwar pun duduk di ujung yang berlawanan di meja makan yang begitu luas.Anwar bertanya dengan nada santai, "Rachel baik-baik saja, 'kan?"Jason menjawab dengan dingin, "Baik-baik saja.""Aku sudah menyuruh orang mencari ahli gizi. Hari pernikahan kalian sudah dekat, harus segera merawat kesehatannya," kata Anwar.Anwar terdengar sangat peduli dan mementingkan
"Dia adalah wanitaku," kata Jason."Apa yang kamu katakan?" tanya Anwar sambil menatap Jason dengan tidak percaya dan suaranya juga bergetar."Dia adalah wanitaku," kata Jason lagi dengan tegas."Tutup mulutmu! Kamu sudah gila! Kenapa kamu melakukan ini?" kata Anwar lagi.Mendengar perkataan itu, Jason langsung memberi isyarat pada Norman untuk meletakkan tablet di meja dan memutar rekaman Anwar yang memukul Janice dengan alasan yang dibuat-buat.Wajah Anwar langsung menjadi pucat. "Kamu membuat keributan yang begitu besar hanya karena satu tamparan ini?""Ya," jawab Jason."Dulu kamu meninggalkannya demi keuntungan sendiri, apa kamu nggak merasa tindakanmu sekarang ini sangat konyol?" tanya Anwar sambil mendengus.Jason menatap pola emas yang rapi di cangkir porselen putih, lalu langsung berkata, "Dulu? Kenapa kamu bisa berpikir aku meninggalkannya demi keuntungan sendiri dan bukan demi dia? Aku ingin dia tetap hidup, tapi tetap memilikinya sepenuhnya juga. Aku nggak peduli seberapa k
Rachel kembali ke tempat tinggalnya dalam keadaan linglung.Begitu Rachel duduk, Elaine segera menyerahkan segelas air hangat ke tangan Rachel. "Rachel, kamu masih ingin terus bersabar? Pak Jason bahkan mengorbankan hubungan dengan ayahnya demi dia, bagaimana dengan kelak?"Mendengar perkataan itu, tangan Rachel yang memegang gelas pun mulai bergetar. Dia menundukkan kepala dan berkata, "Kalau Janice sudah pergi ke luar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Elaine langsung merasa kesal. "Kamu pikir semuanya akan berakhir kalau Janice sudah pergi ke luar negeri? Apa kamu lupa bisnis Keluarga Karim tersebar di berbagai negara? Perjalanan dinas bisa berlangsung dari sepuluh hari sampai setengah bulan. Kalau kamu nggak ada, siapa yang bisa menjamin apa yang akan terjadi?""Sudah cukup! Bibi, jangan bicara lagi," kata Rachel sambil meletakkan gelasnya dengan keras dan ekspresinya terlihat makin muram.Melihat situasi itu, Elaine mengernyitkan alis. Dia merasa agak kesal, tetapi dia tetap b
Anwar berdiri dengan tegap dan ekspresinya terlihat serius. "Bu Elaine, kalau kamu sudah berbicara seperti ini, kamu pasti punya rencana, 'kan?""Ya," jawab Elaine sambil tersenyum sinis.....Tiga hari kemudian.Saat pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan ulang, Janice melihat lima ikan emas di kantor Arya yang berenang dengan lincah.Melihat ikan-ikan itu, Arya menghela napas dan berkata, "Mau bawa satu buat masak dengan sambal?"Janice mencibir, "Kalau mau makan, kenapa nggak kamu dulu yang makan?""Aku nggak mau ribut dengan dia," jawab Arya dengan santai sambil menundukkan kepala dan memeriksa laporan medis.Janice tahu Arya adalah orang yang lembut hati. Saat menunggu Arya selesai memeriksa pasien, dia sempat mengobrol sebentar dengan perawat di luar dan baru tahu Arya pernah dikejar pasien yang terlalu percaya takhayul. Saat itu, Zion yang membantu Arya dan bahkan hampir ditikam.Landon juga pernah mengungkit Zion bukan hanya murid yang disponsori ayahnya, tetapi seorang yatim p
Setelah meninggalkan rumah sakit, Janice langsung naik taksi menuju cabang perusahaan Grup Luthan. Dia melihat jam tangannya karena Landon ada rapat yang berlangsung sekitar dua jam pada sore harinya. Dia datang tepat waktu, tetapi dia sengaja menunggu lima menit baru mengirim pesan pada Landon.[ Rapatnya sudah selesai? ]Hanya dalam beberapa saat, Landon langsung membalas.[ Hampir selesai. Ada apa? ]Janice membalas sambil tersenyum.[ Datang menjemput pacar pulang kerja. ]Setelah mengirim pesan itu, Janice mengirim fotonya dengan latar gedung perusahaan pada Landon.Melihat foto itu, Landon langsung membalas.[ Aku segera ke sana. ]Janice tersenyum saat melihat balasan pesan itu, lalu mengangkat kepalanya dan menikmati langit senja yang indah.Beberapa saat kemudian, Landon sudah keluar dari gedung. Dia langsung meraih tangan Janice untuk mengecek suhunya dan berkata, "Kenapa nggak tunggu di dalam?"Janice baru saja ingin menjawab, tetapi dia secara refleks menarik kembali tangan
Setelah itu, Janice melihat jam tangannya. "Sudah hampir waktunya, ayo kita naik ke lantai atas.""Ya," jawab Landon.Setelah itu, keduanya berbalik dan menuju eskalator. Namun, baru berjalan beberapa langkah, mereka sudah mendengar suara yang familier dari arah belakang."Kak Landon.""Pak Landon."Saat itu, Janice tidak menyangka bisa bertemu dengan Rachel dan Fiona di tempat ini.Rachel terlihat jauh lebih sehat daripada sebelumnya dan tetap ramah terhadap Janice.Namun, Janice yang merasa agak canggung hanya bisa tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Tepat pada saat itu, dia malah melihat tatapan Fiona yang meremehkan. Dia malas meladeni Fiona, sehingga dia pun menatap Landon yang berdiri di sampingnya.Landon mengernyitkan alis dan berkata, "Kamu baru agak sembuh, kenapa sudah keluar lagi?""Ini demi urusan acara pernikahan. Pengelola acaranya bilang dekorasi bunganya harus ditentukan sekarang, tapi Pak Jason mana mungkin mengerti hal seperti ini. Jadi, aku send
Saat Janice masih sedang menatap tiket film, pemeran utama wanitanya tiba-tiba berteriak. Tangannya langsung bergetar karena terkejut, ponselnya akhirnya terjatuh ke lantai dan layarnya langsung mati. Sialnya, ponselnya malah terjatuh tepat di samping kaki orang di sebelahnya.Janice meminta maaf dengan pelan. "Maaf, bisakah kamu geser kakimu sedikit? Ponselku jatuh, sebentar saja."Orang itu tidak menjawab, tetapi kakinya yang panjang bergeser sebentar.Janice segera jongkok karena tidak berani berlama-lama dan meraba lantai untuk mencari ponselnya. Namun, keadaan di dalam bioskop sangat gelap, tangannya akhirnya tidak sengaja menyentuh kaki orang itu. Dia tidak berani mengangkat kepala karena merasa canggung.Namun, orang itu tiba-tiba menggerakkan kakinya dan mencondongkan tubuh ke arah Janice, lalu bertanya, "Perlu aku bantu mencarinya?"Begitu mendengar suara itu, Janice langsung mengangkat kepalanya. Wajah orang terlihat samar karena keadaan di dalam bioskop gelap, tetapi sepasan
Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti
Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg
Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep
Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu
Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se
[ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la
Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop
Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl
"Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can