Share

5. Dimarahi Majikan

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2023-03-26 01:03:45

Jelita merapikan peralatan makan dan mencuci piring, lalu membersihkan dapur. Sedangkan William keluar dari ruang makan dengan agak terburu-buru sambil menerima telepon. Kemudian pria itu berkutat di depan laptop dengan mimik tegang dan serius di sebuah meja. Jelita yang memperhatikannya membatin, ‘Dia sudah kembali menjadi William yang dingin dan kaku.’

Dua jam kemudian, William memanggil. “Lita ..., tolong bikinin kopi.” Pria itu bicara tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar laptop yang menampilkan aneka grafik yang rumit.

“Iya, Bang.” Jelita menyahut sambil mengelap tangannya yang basah sehabis mengepel area dapur dan ruang makan. Gadis itu membuka-buka rak mencari kopi dan menemukannya dalam dua wadah tabung kaca yang berbeda. Dia tak tahu kopi mana yang diinginkan William. Jelita pun menghampiri William dan bertanya ingin kopi yang mana, dengan menunjukkan keduanya.

William menoleh dengan kening yang dipenuhi kerut, dan menghela napas yang kedengarannya tidak enak. “Ini,” katanya sambil menunjuk sebuah tabung, kemudian lekas mengalihkan perhatiannya lagi ke layar laptop.

Jelita balik ke dapur dan menyeduhkan kopi yang diminta Wiliam. Beberapa menit kemudian dia kembali dengan secangkir kopi yang mengepul. “Ini, Bang.” Jelita meletakkannya di meja William.

“Thank’s.” William menyahut singkat tanpa menoleh.

Jelita mengangguk dan kembali lagi ke dapur untuk mengembalikan nampan ke tempatnya. Kemudian dia ingin melanjutkan menyapu dan mengepel ke area rumah yang lain. Meskipun lantainya tampak bersih tetapi pasti ada debu yang menempel setelah ditinggal William pulang kampung selama dua hari kemarin. Dan gadis itu tak merasa lelah hanya karena usai melakukan perjalanan beberapa jam saja dari Lampung ke Jakarta, apalagi naik pesawat. Jelita justru merasa senang karena itu pengalaman baru baginya, sehingga perasaannya masih dipenuhi euforia dan membuatnya semangat untuk langsung bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah ini.

“Litaaa!”

Jantung Jelita bagai mencelat ke atap mendengar teriakan William yang tiba-tiba dan menggelegar. Diapun tergopoh-gopoh menghadap William. “I-iya, Bang? Kenapa?” tanyanya dengan wajah pias mendapati ekspresi William yang masam tidak enak.

“Kamu pakai air apa ini tadi?”

“Air panas, Bang.” Jelita bingung mendengar pertanyaan William, tentu saja bikin kopi itu pakai air panas.

William memutar bola mata sebelum bertanya lagi, “Air panas yang kamu didihkan dulu, atau air panas dari dispenser?”

“Dari dispenser, Bang.”

William menghela napas. Pria itu sebetulnya merasa kesal tapi berusaha sabar. Dia baru ingat kalau Jelita asisten rumah tangganya yang masih baru dan bukanlah Bik Yuni yang terbiasa membuatkan kopi untuknya.

“Lain kali jangan pakai air panas dari dispenser, tapi pakai air yang benar-benar kamu masak sampai mendidih dan diamkan sebentar saja baru kamu seduh. Sebab bikin rasanya jadi beda dan tidak enak. Ngerti?”

“I-iya, Bang. Maaf.”

William tak menjawab apa-apa. Pria itu langsung mengalihkan perhatiannya ke laptop seraya mendorong cangkir kopi itu jauh-jauh. “Padahal aku sedang butuh kopi panas,” gerutu William teramat lirih. Rasa nikmat kopi bisa membangkitkan suasana hatinya dan membuat jadi lebih segar bertenaga. Tapi semua itu jadi tak berarti tanpa cita rasanya yang istimewa.

Jelita segera mengambil cangkir itu dan membawanya ke dapur, lalu ingin membuatkannya lagi yang baru sebab suara William yang bilang sedang butuh kopi panas itu bisa terdengar olehnya.

“Waduh!” Jelita berdecak kesal begitu menyadari gas kompornya habis. Jelita memeriksa tabung gas yang lain dan ternyata habis semua. Dia yakin Bik Yuni punya toko gas dan galon langganan untuk layanan pesan antar, sayangnya tak ada catatan di mana nomor telepon tokonya. Mau tak mau dia memberanikan diri bertanya pada William.

“Permisi, Bang ...? Boleh saya minta nomor teleponnya Bik Yuni? Ada yang mau saya tanyakan ke dia.”

William tak menyahut, pria itu terlihat sibuk mengetik sesuatu, tangannya bergerak begitu lincah bagai sedang menari-nari di atas keyboard laptop. Untuk sejenak, Jelita sempat dibuat kagum akan kelentikan jemari tangan William yang panjang. Tangannya itu sangat indah untuk ukuran seorang pria.

“Maaf, saya belum bisa buatin kopinya soalnya gasnya habis—“

“Don't disturb me, please!”

Jelita tersentak karena William memotong ucapannya dengan membentak.

“Ma-maaf, Bang. Saya cuma—“

William menggebrak meja, menoleh pada Jelita dengan tatapan marah. “Sudah kubilang jangan ganggu aku. I have an important business and I don’t care anymore about the shit coffee!” Lalu pria itu menghela napas panjang dan bicara lagi. “Aku sedang melakukan hal penting, tapi kamu malah bolak-balik menyela dan mengganggu terus...,” ujarnya seraya menatap gadis itu lekat-lekat, “... dan urusan pentingku barusan jadi kacau karena gangguanmu yang nggak penting tadi,” lanjutnya penuh penekanan.

Jelita gemetaran menerima kemarahan William. Padahal pria itu begitu baik saat makan bersama tadi. Mata gadis itupun memerah menahan tangis.

Melihatnya membuat kemarahan William jadi mengendur. Dia tak berniat semarah itu sebenarnya, hanya saja lepas kontrol. William sedang trading dan jengkel telah melewatkan momen breakout, istilah yang merujuk pada analisis teknikal saham di mana harga saham berhasil melewati area support atau resistance, dan itu menjadi saat yang tepat untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Barusan dia sangat membutuhkan konsentrasi sebelum sesi kedua perdagangan saham hari ini keburu ditutup, tapi Jelita datang menyela di waktu yang tidak tepat, sehingga William telat ambil posisi dan merasa kehilangan opportunity.

William melepas kacamata dan memijiti keningnya yang berkerut-kerut, masih merasa dongkol tapi berusaha menetralkan amarahnya. Marah hanya akan membuat urusannya tambah kacau saja.

“Masuk saja ke kamarmu dan menangislah di sana, jangan di depanku,” ujar William karena tak mau melihat drama air mata wanita dalam situasinya saat ini.

Jelita yang merasa diusir bergegas pergi tanpa berkata-kata lagi. Dan dia benar-benar menjatuhkan air matanya di dalam kamar, menangis di sudut ruangan.

Jelita buru-buru berjingkat kaget saat ponselnya berdering. Ternyata panggilan itu dari Nyonya Cindy. “Ha-halo, Nyonya?” sapanya menyamarkan suaranya yang sehabis menangis.

“Bagaimana, kau betah di rumah William?” tanya Nyonya Cindy tanpa banyak basa-basi.

“Saya ... betah, Nyonya.” Jelita tak bohong soal ini. Meskipun sikap William tadi tidak menyenangkan tetapi dia menyukai rumah ini dan kamarnya. Bagaimanapun dia hanyalah asisten rumah tangga dan William majikannya. Pria itu berhak memarahinya kalau salah. Dirinya tak boleh besar kepala hanya karena William tadi mengajaknya makan semeja dan mengobrol ramah seperti seorang teman.

"Sedang apa William? Apa dia ada di dekatmu?" Nyonya Cindy setengah berbisik.

"Tidak, Nyonya. Abang sedang di meja kerjanya di lantai bawah, sedangkan saya sedang di lantai atas."

"Abang?"

"Maaf, Nyonya. Pak William tidak mau dipanggil Pak, katanya membuatnya terasa tua. Dia menyuruh saya memangil Abang saja mulai sekarang."

Nyonya Cindy tertawa lirih. "Ckckc. Sebentar lagi dia tiga puluh dan harus menikah, masih saja menolak tua." Lalu dia berdeham sebelum lanjut bicara. "Ingat, Jelita. Kalau sewaktu-waktu William pulang membawa pacarnya, cepat beri tahu aku. Akan kulacak dulu seperti apa ‘bibit, bebet, bobot’ perempuan yang akan jadi calon menantuku," katanya mewanti-wanti.

"Baik, Nyonya."

"Bagus. Itu gunanya kamu di situ. Mengerti?” Perempuan itu bicara penuh penekanan. Sekilas Jelita bisa melihat dari mana cara bicara William tadi diturunkan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   TAMAT

    Adam Ashford menikahi Laura dengan identitas barunya sebagai Keanu Royce. Hanya Laura dan Sam yang tahu bahwa Keanu Royce adalah Adam Ashford. Mereka menyimpan rahasia itu seumur hidup mereka. Demi melindungi rahasia itu, Laura memutuskan keluar dari lingkaran pertemanannya dengan para sosialita. Semakin sedikit teman yang mengenalnya, akan semakin aman bagi mereka. Laura tak mau terhubung dengan media sosial. Ia ingin hidupnya terlindungi dari mata publik dan jagat internet yang selalu penuh dengan gosip. Dia ingin melindungi sosok suaminya yang baru dari orang-orang yang mungkin memiliki niat jahat. Tak ada yang boleh tahu bahwa Adam masih hidup dalam sosok Keanu Royce. Karena itulah dia hanya mendaftarkan pernikahan resminya dengan Keanu Royce, tanpa perayaan pesta. Lagipula setiap malam bersama Adam adalah pesta baginya, suaminya itu menyentuhnya dengan penuh cinta dan mempersembahkan kepuasan yang tak tertandingi. Mereka berdua hidup bahagia dalam kedamaian dan kebahagiaan mer

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   94. Wanita yang Sangat Kucintai

    Laura lega setelah bicara dengan Nicholas. Anak itu akhirnya melupakan permintaan hadiah ulang tahunnya berupa ‘daddy’. Sebagai gantinya, Laura mengajaknya pergi jalan-jalan ke taman safari. Nick senang sekali menikmati pemandangan satwa liar dari dalam mobil. Ditambah Keanu yang menjelaskannya tentang banyak hal tentang satwa-satwa itu. Nicholas semakin terpukau akan pengetahuan Keanu yang luas tentang dunia hewan.Sementara Laura yang berada di kursi belakang tersenyum melihat antusiasme Nicholas dan kesabaran Keanu dalam memaparkan wawasan tentang dunia satwa kepada Nicholas. Dalam hati Laura mengakui bahwa Keanu memiliki jiwa kebapakan yang sangat dibutuhkan putranya. Bukan hanya Nicholas, Laura juga merasa membutuhkan Keanu. Sejak kedatangan pria itu dalam hidupnya, hari-harinya mulai terasa berbeda. Ada satu ruang kosong di hatinya yang pelan-pelan mulai diisi oleh Keanu. Namun di sisi lain, Laura masih belum siap untuk melengserkan Adam Ashford yang selama ini bertahta dalam h

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   93. Daddy

    Ulang tahun Nicholas yang kelima menjadi sebuah perayaan yang berkesan. Meskipun pesta tersebut hanya dihadiri oleh teman-teman sekolah Nicholas, Laura telah merancang segalanya dengan sempurna. Rumahnya yang mewah dan luas menyediakan latar belakang yang indah untuk perayaan ini, tetapi Laura dan Nicholas tetap menjalankannya dengan kerendahan hati.Tamunya tiba dengan senyum penuh kekaguman saat mereka memasuki rumah besar Laura. Mereka melihat sentuhan berkelas dalam setiap sudut rumah Laura yang luas dan mewah. Dan Laura telah mendekor sebuah ruangan dengan dekorasi sederhana namun elegan. Souvenir yang disiapkan Laura untuk para tamu adalah barang-barang bermerk terkenal dan mahal, membuat semua orang terkesan, bahkan kado mereka untuk Nicholas saja tak semewah dan semahal ini. Tetapi mereka tahu, bahwa bagi Nicholas dan juga Laura, kehadiran mereka terasa lebih penting daripada kado apapun yang mereka bawa.Nicholas begitu bahagia, matanya berbinar-binar ketika ia menerima kado

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   92. Menarilah Bersamaku

    Sambil bergandengan tangan, Laura dan Adam memasuki night club eksklusif dengan sinar lampu berkilauan yang memantulkan warna-warni ke seluruh lantai dansa. Musik berdentum keras menggema di seluruh ruangan, dan orang-orang berdandan glamor berdansa di lantai. Laura merasakan sensasi kebebasan yang luar biasa begitu ia melangkahkan kakinya ke dalam klub ini. Dia merasa begitu hidup, begitu bahagia, dan dia tak sabar untuk menari bebas seperti semasa mudanya dulu.Adam berdiri di sampingnya dengan sikap waspada yang tidak tergoyahkan. Dia berjanji untuk menjaga Laura malam ini, dan dia tak akan melupakan tugasnya. Laura tersenyum pada Adam dan menariknya ke tengah lantai dansa yang penuh dengan kerumunan.Segera setelah mereka tiba di lantai dansa, Laura mulai bergerak dengan bebas dan bersemangat. Laura mengekspresikan dirinya melalui gerakan tubuhnya yang meliuk indah mengikuti irama musik. Sementara itu, Adam berdiri di depannya dengan mata tajam yang memantau setiap gerakan di sek

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   91. She's My Lady

    “Laura, kenalkan ini sepupuku, namanya Nathan,” kata mamanya Carlos ketika Laura muncul di ruang tamu, menemui Mama Carlos yang sudah janjian dengannya untuk datang menjemput. Laura bersalaman dengan Nathan yang mengulurkan tangan padanya sambil tersenyum ramah. “Laura.” “Nathan.” Mama Carlos tersenyum memandangi keduanya secara bergantian. Dia berharap Laura akan tertarik dengan sepupunya yang tampan dan juga seorang artis terkenal asal Jakarta ini. “Sopirku sedang tidak enak badan dan Nathan dengan baik hati mau mengantar kita malam ini. Kebetulan dia baru menyelesaikan jadwal syuting filmnya di Bali dan dia tadi sedang mampir ke rumahku. Ayo, kau sudah siap, kan? Wah. Kau cantik sekali, Laura! Kau seperti masih gadis saja, tak ada yang menyangka kalau kau sudah menjadi seorang ibu,” puji Mama Carlos sambil melirik Nathan yang sedang memandang Laura dengan sorot kagum. Adam menyaksikan hal itu dari ruang tamu, rahangnya menggertak keras menahan marah dan cemburu. Rasanya dia in

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   90. Memasang Jarak

    Laura tercekat dan menggigit bibirnya.. Mendengar kata-kata Keanu, dia merasa buruk sekali sebagai ibu yang tak bisa menggali lebih dalam sisi psikologis putranya sendiri. Air mata Laura menggenang, merasa bersalah kepada Nick karena lebih mengkhawatirkan luka fisik Gabriel daripada luka batin yang dialami Nick hari ini.Melihat Laura menangis, Adam mengepalkan tangannya, menahan dirinya untuk tidak memeluk Laura detik itu juga. Dia tahu, bukan hal mudah bagi Laura untuk menjadi orang tua tunggal bagi anak lelaki yang aktif dan reaktif seperti Nicholas. “Bu Laura, tenanglah. Mungkin saat ini Anda merasa bersalah, tapi jangan larut dengan rasa bersalah itu. Anda hanya perlu bicara dan mengobrol dengan Nick setelah dia bangun nanti.”Laura mengangguk-angguk. “Terima kasih, Keanu. Kau telah membuka sebuah pemahaman penting yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku.”Adam mengangguk dan tersenyum. Dan melihat senyum Adam yang lembut dan terasa menenangkan hatinya, perasaan Laura seke

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   89. Bukan Hal Sepele

    Jantung Laura berdebar kencang saat Keanu meraihnya, menghindarkannya dari tabrakan dengan si pelayan. Sensasi tangan besar dan kuat Keanu yang mendekapnya membuat Laura merasa aman terlindungi. Namun, saat Keanu berbicara dan suaranya berubah menjadi rendah dan tajam, Laura merinding. Dia seperti dalam pelukan Adam Ashford yang telah tiada.Sementara itu, pelayan yang tadi menabrak Laura berdiri ketakutan oleh aura dingin yang dipancarkan Keanu alias Adam. Dia segera membersihkan sisa-sisa gelas yang pecah dengan gemetar, tidak berani melihat langsung ke arah mereka berdua.Laura bisa merasakan kemarahan Adam yang terasa berbahaya. Dia mencoba menenangkan keadaan. "Bukan hanya dia yang salah, aku juga salah,” katanya.“Anda tidak salah,” tegas Adam. “Dia berjalan tanpa melihat ke depan dan mengambil jalur yang tak seharusnya.”“Ma-maaf. Tadi saya terburu-buru.” Si pelayan mengakui kesalahannya, dia sedang tidak fokus bekerja hari ini karena pikirannya sedang kacau memikirkan masalah

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   88. My Bodyguard

    Para pelayan di rumah Laura dibuat geger melihat ketampanan bodyguard pribadi Laura yang baru. Mereka bukan hanya mengagumi ketampanannya, tetapi juga merasa heran oleh kemiripan pria itu dengan mendiang sosok suami nyonya mereka yang fotonya terpajang besar di ruang meditasinya. Bahkan Nicholas sempat bengong dan berkali-kali memanggil Keanu dengan tanda tanya yang menggantung di ujung kalimatnya, “Daddy …?”“He’s not your daddy, baby …,” tegas Laura seraya tersenyum kepada putranya yang salah paham melihat sosok bodyguardnya yang begitu mirip dengan Adam Ashford yang dia ketahui sebagai ayahnya.“Halo, Nick. I’m your friend, my name is Keanu.” Adam membungkuk dan mengajak Nicholas melakukan tos dengannya.Nicholas mengerutkan keningnya dengan bingung. Dia menerima ajakan tos Adam dengan ragu-ragu. Tapi dia menyukai keramahan teman barunya ini yang begitu mirip dengan daddy-nya yang sering menjenguknya di malam hari. Bahkan suara Keanu terdengar sama dengan suara daddy yang sering me

  • Pembantu Kesayangan Tuan Muda   87. Demi Cinta

    Senyum Sam terpancar penuh makna ketika ia menatap Adam. Ia ikut merasa lega akhirnya Adam mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya, menjalani kehidupan barunya sebagai pria biasa dengan identitas Keanu Royce. Sam memahami bahwa keputusan Adam untuk menjalani "kematian" sebagai Adam Ashford adalah tindakan yang berani demi keselamatan Laura dan Nicholas. Dengan kematian sosok Adam Ashford dalam dunia mafia, kedua orang yang dicintainya itu tidak lagi menjadi buruan musuh-musuh sesama mafia. Sam tahu bahwa Adam telah mengorbankan identitasnya sebagai sosok Adam Ashford yang berkuasa dan kaya raya demi melindungi mereka, dan itulah salah satu tindakan paling mulia yang bisa dilakukan seseorang yang memiliki ketulusan cinta. Sam mengingat lagi bagaimana “transformasi” Adam Ashford menjadi Keanu Royce itu terjadi. Hari itu, setelah John Wick membantai seluruh pasukan Michael dan pasukan Damon Redwood, Laura keluar dari persembunyiannya dan memeluk tubuh Adam Ashford yang bersimbah d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status