Share

Pembantu VS Istri Sah
Pembantu VS Istri Sah
Author: Felia_QA

Apa Benar yang Kau Katakan?

"Sekar, kita harus bicara."

Sekar menghentikan aktivitasnya saat mendengar suara yang tidak asing itu. "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Sudahlah Bim, lupakan masa lalu kita!"

"Tidak, kamu harus dengar alasanku dulu dan kenapa aku melakukan itu padamu," ucap Bima seraya menarik lengan Sekar.

"Untuk apa? Toh itu tidak akan merubah kenyataan, bahwa sekarang kamu sudah hidup bahagia bersama istrimu," tepisnya.

"Sekar, maafkan aku. Aku tidak ada niat untuk menyakitimu, ini semua-"

"Cukup, Bim. Jangan membuka luka lama! Aku sudah bersusah payah untuk sampai di titik ini, tolong jangan hancurkan aku lagi!"

"Tapi, aku masih mencintaimu, aku merindukanmu Sekar dan aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku di masa lalu," jelas Bima.

"Tanggung jawab katamu? Dengan apa? Cukup dengan kamu berpura-pura untuk tidak mengenalku selama aku di sini saja, tidak lebih."

"Aku akan menikahimu dan aku akan membawa Askara kemari."

Kedua mata Sekar membulat sempurna. "Apa? Sudah gila kamu hah? Apa maksudmu, kamu mau menjadikan aku istri kedua?" Ia tak percaya jika kata-kata itu akan keluar dari mulut pria di hadapannya ini.

"Mas, Mas Bima?"

Suara dari Deana yang mencari keberadaan suaminya, memecah perdebatan antara Sekar dan Bima. Buru-buru lelaki itu pergi dari sana sebelum ketahuan oleh istri sahnya sedangkan Sekar kembali pada tugasnya membereskan dapur setelah makan malam.

"Sekar, kamu lihat Mas Bima tidak? Tadi katanya mau mengambil air minum, tapi kenapa lama sekali?" Wajahnya tampak kebingungan.

"Ah, tidak, Bu. Dari tadi saya di sini dan tidak melihat Pak Bima," elaknya.

"Ck, kemana sih. Ya sudah kamu lanjut saja, saya mau cari Mas Bima."

Sekar mengangguk pelan seiring kepergian majikannya menuju lantai dua. Jantungnya serasa mau copot karena ia takut sekali jika sampai identitasnya terbongkar. 'Masa baru dua hari kerja aku dipecat?' batinnya.

Setelah selesai membereskan dapur, Sekar menuju kamar tidurnya untuk beristirahat. Dia heran kenapa pintu kamarnya tidak dikunci? Padahal seingatnya, dia sudah memastikan bahwa pintu kamar itu terkunci dengan baik dan kunci itupun masih berada di saku seragamnya.

Merasa ada yang tidak beres, buru-buru wanita itu memasuki ruang istirahatnya, jaga-jaga jika ada yang menerobos masuk ke dalam kamar tidur itu. Dugaannya pun benar, saat ia mendapati Bima sedang duduk manis di atas ranjangnya.

Matanya membelalak menatap pria yang pernah mengisi masa lalunya itu. "Sedang apa kamu di sini? Bagaimana kalau-"

"Ssshh!!" Bima dengan segera membungkam mulut sekar dengan telapak tangannya. "Tenanglah, aku hanya ingin bicara baik-baik denganmu."

Berangsur-angsur Bima melepaskan tangan dari bibir Sekar. Benar juga, jika ia berteriak atau membuat keributan, bisa saja itu menjadi bumerang bagi dirinya sendiri yang dikira sedang merayu suami majikannya.

"Baiklah, waktumu lima menit. Aku akan mendengarkan jadi cepatlah!"

Bima tidak bisa menahan kerinduan pada sang kekasih lamanya ini, hingga akhirnya dia nekat untuk mendekap tubuh mungil Sekar dengan eratnya. Sekar yang tidak ingin ketahuan siapapun berusaha untuk tetap tenang tanpa membalas pelukan Bima.

"Sekar, apa kabarmu? Aku, aku sangat merindukanmu, sungguh." Pria itu mengelus punggung Sekar.

"Berhenti basa-basi, Bima! Aku tidak akan termakan ucapan manismu itu! Malahan aku ingin muntah, karena mendengarnya dari mulut pria yang sudah beristri."

"Aku sadar aku salah meninggalkanmu seperti itu, aku akan menjelaskan semuanya padamu, tapi tidak sekarang. Aku tahu kau sangat marah jadi pasti semua perkataanku hanya terdengar seperti alasan tak berarti bagimu," ucapnya pelan.

Bima melepaskan pelukannya. Kemudian menatap wanita di hadapannya yang tampak sekali kemarahan dan kebencian dari raut wajah cantiknya.

"Sekar, satu hal yang harus kamu tahu. Sampai saat ini, aku masih menyimpan perasaanku untukmu. Aku masih menyimpan kenangan kita dan jujur aku senang sekali saat melihatmu lagi untuk yang pertama kalinya."

Sekar menatap mata Bima yang berbinar saat mengatakan itu. Sekar tahu pria ini tidak berbohong, sebab dirinya sangat mengenal kekasih yang kini telah menjadi milik orang lain itu dengan baik. Namun, apa yang bisa ia lakukan sekarang? Apakah dia harus berterima kasih pada lelaki itu karena tidak melupakannya?

"Aku tahu banyak hal yang ingin kamu katakan padaku, begitupun sebaliknya. Aku ingin sekali menceritakan semua hal yang kulalui selama ini tanpamu." Bima berbisik

Sekar masih terdiam seribu bahasa, tak tahu harus bersikap apa dan bereaksi apa saat ini. Tak terasa air matanya mengalir begitu saja, bukan karena terharu mendengar pengakuan Bima, tapi lebih pada kesedihan dan keputusasaan. Dirinya merasa, sia-sia saja perjuangannya selama ini untuk melupakan Bima karena pada akhirnya dia sendiri yang dengan sukarela datang ke rumah mantan kekasihnya itu.

Terbesit keinginan Sekar untuk mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain, tapi dia teringat kembali dengan kondisi ayahnya yang kini harus rutin fisioterapi agar bisa berjalan seperti semula. Belum lagi dirinya harus membayar hutang operasi ayahnya waktu itu pada Deana.

"Bima, niatku kesini untuk bekerja. Aku bahkan tidak tahu jika ini adalah rumahmu dan Bu Deana itu istrimu, jika aku tahu sebelumnya aku tidak mungkin-"

"Sekar, percayalah kalau ini merupakan takdir dari Tuhan dan ini adalah jawaban dari semua doa-doaku yang berharap agar aku dan kamu bisa bertemu kembali. Meskipun waktunya terlambat, aku tidak perduli aku akan tetap berusaha untuk menjadikanmu milikku lagi bagaimanapun caranya."

Tok..

Tok..

Tok..

"Sekar! Kamu di dalam?"

"Itu Bu Deana!" bisik Sekar. "Ii-iya, Bu. Ada apa?" sahutnya sedikit gugup.

"Bisa keluar sebentar?" Deana berkata dari balik pintu.

"Astaga, bagaimana ini? Kalau dia tahu kamu di kamarku, bisa-bisa kita berdua mati hari ini juga!" ucap Sekar pelan setengah berbisik.

"Tenang, katakan padanya bahwa kamu harus mengganti bajumu dulu sementara aku akan bersembunyi di kamar mandi. Jika situasi sudah aman aku akan keluar," sahut Bima mencoba menenangkan.

"Sekar! Cepat!" teriak Deana.

Sekar mengangguk. "Baik, Bu. Tunggu sebentar saya baru selesai mandi dan akan ganti baju,"

Cklek, terdengar suara pintu yang terbuka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status