Share

4. Para pembasmi iblis

Sucubus, iblis penggoda laki-laki, tersenyum kecil kala ia berdiri di salah satu gedung tertinggi di kota itu.

Tubuh moleknya gagal disembunyikan dengan gaun pendek warna merah yang dikenakannya saat ini. Rambut hitam panjangnya menari-nari karena belaian angin. Wajah cantiknya tidak bisa ditandingi oleh manusia manapun. "Kakak, kau lihat itu?"

Incubus, saudara kembarnya yang bertugas untuk menggoda para wanita, mengangguk malas. Laki-laki bertubuh kekar itu hanya memakai celana hitam selutut, memamerkan otot perut dan lengannya yang sempurna.

Kulitnya putih bersih sama seperti adiknya. Rambutnya dipotong pendek dan ada satu tanduk di dahinya. Raut wajahnya yang maskulin nampak begitu sempurna.

Seolah-olah, Tuhan menghabiskan waktu khusus untuk menciptakan dua iblis bersaudara itu."Yah, begitulah. Aku terkejut dengan iman milik laki-laki."

"Aah♡! Aku jadi bergairah sekali saat melihatnya!" Desah Sucubus sambil menggigit ujung telunjuknya. "Menggoda laki-laki beriman itu sangat menantang. Tapi, aku juga ingin menolong Tuan Asmodeus. Siapa tahu beliau mungkin akan berterima kasih dan mau menghabiskan waktu denganku... Aih! Mana yang harus kupilih?"

"Jangan bermimpi di siang bolong."

"Bisakah Kakak bayangkan anak-anak yang akan terlahir dari hubungan kami? Mereka akan menjadi sekuat ayahnya." Senyum Sucubus mengembang. Hasratnya sudah membumbung tinggi hingga ia nyaris tak mampu menahannya.

"Kau tahu itu mustahil. Iblis rendahan seperti kita takkan mampu menampung benih dari para pangeran kegelapan. Lagipula, anak-anakmu sudah cukup merepotkan."

Sucubus dapat bereproduksi dengan manusia saat ia menyusup ke dalam mimpi-mimpi erotis milik para pria dan menggoda mereka untuk melepaskan hasrat biologis yang terpendam.

Setelah anak-anak iblis itu lahir, mereka akan berpencar ke seluruh pelosok dunia.

Membisikkan rayuan untuk berbuat dosa yang berhubungan dengan syahwat mereka seperti berselingkuh, menggunakan jasa prostitusi atau malah bersetubuh dengan anggota keluarga sendiri. 

"Kakak juga sama saja, 'kan! Suka menyamar menyerupai manusia sebelum menyetubuhi wanita-wanita malang itu! Ah, sudahlah. Aku tak tahan lagi! Kita bagi tugas, ya. Kakak hancurkan lelaki tua itu. Biar kutangani tubuh Tuan Asmodeus."

Incubus menjawabnya dengan mengepakkan sayap hitam besarnya dan melompat menyusuri langit berawan.

Sementara Sucubus menjilat bibir bawahnya sebelum ia membungkus dirinya dalam sayap merah yang tertanam di punggungnya. Tak sampai dua detik, iblis betina itu menghilang dari atap gedung pencakar langit tersebut.

Begitu sampai di rumah Arjen, Sucubus membulatkan mata hitamnya saat melihat tubuh Asmodeus yang terbelit tasbih.

Suaranya berubah menjadi semanis madu saat menyapanya, "Aduh, apa yang terjadi disini, Tuan Asmodeus?"

"Kau…Aaargh!! Ke, kenapa?" Tanyanya saat melihat wajah anak buahnya tersebut.

Sucubus menahan diri agar tidak terlihat sedang menikmati pemandangan langka ini. Mendengar suara tuannya yang mendesah membuat hasratnya semakin membuncah. Iblis betina itu mulai membayangkan bagaimana rasanya menindih tubuh sempurna milik si pangeran.

"Tentu saja saya ingin membantu anda, Tuanku. Tentu saja dengan satu syarat."

Jikalau kekuatan Asmodeus masih utuh, ia akan menghancurkan iblis binal itu dengan satu pukulan. Bagaimana bisa iblis rendahan itu berani mengajukan penawaran pada dirinya yang notabene salah satu pangeran kegelapan?

"Saya pernah melihat gentong itu suatu waktu di masa lalu. Yah, membuka rahasia dari mulut lelaki adalah keahlian saya, Tuan. Ia juga membeberkan cara untuk menghancurkannya. Harusnya saya hancurkan saat itu juga agar tidak menyebabkan masalah pada Tuan." 

"Ka, kalau begitu…Aargh! SIAL!"

Sucubus tersenyum ramah, "Tentu saja akan saya lakukan. Asal Tuan berjanji untuk memenuhi hasrat saya."

Asmodeus mengangguk tidak sabar karena merasa tak memiliki pilihan.

"Aaah, baiklah! Tolong tunggu sebentar." Jawab Sucubus sebelum mengubah dirinya menjadi seorang wanita muda yang cantik, berpakaian agak terbuka. "Gentong itu hanya bisa dihancurkan oleh manusia. Konon, penguasa kegelapan bahkan takkan mampu menyentuhnya. Karena semakin kuat iblis yang akan disegel, maka kekuatan gentong tersebut akan semakin kuat."

Asmadeus mengerang semakin keras. Disaat seperti ini, ia tak butuh penjelasan. Ia ingin segera terlepas dari jeratan jebakan ini.

Sucubus segera keluar dari pintu rumah dan mengedarkan pandangannya, mencari mangsa. Senyumnya mengembang saat melihat seorang laki-laki remaja berusia tanggung berjalan santai sambil bersiul. 

"Hei, nak! Bisa kau bantu kakak cantik ini?"

****

Incubus, dalam wujud pria muda yang tampan, menyenderkan kepalanya di jok penumpang dalam sebuah mobil sedan mewah yang disetir oleh seorang wanita berusia paruh baya.

Kedua mata wanita itu nampak kosong saat mengendarai mobil dengan ugal-ugalan di jalan tol yang lengang.

"Tambah kecepatan lagi sampai kau bisa mengejar mobil sedan itu. Kalau ada yang menghalangi, tabrak saja."

"Baik, Tuan." Kata wanita itu sambil menginjak gas.

Incubus melipat kedua lengannya ke depan dada. Hanya dengan satu kecupan, siapapun akan terhipnotis olehnya dan bersedia melakukan segala hal yang ia perintahkan.

Sementara itu, Hendro mulai menyadari bahwa ada yang mengikutinya. Ia melihat wajah Arjen dari kaca mobil.

Anak itu nampak panik meski tak tahu apa yang sedang terjadi. Sementara Sandra, yang duduk di sebelahnya, memasang raut muka yang tegang sambil terus memeluk kantong belanjaannya.

"Arjen," Panggil Hendro tanpa mengalihkan pandangan dari jalan. "Kau bawa ponsel? Buatlah panggilan dari nomor yang aku sebutkan."

Anak bermata cokelat muda itu mengangguk sambil mengetikkan nomor telepon yang sudah dihapal Hendro sejak lama. 

Begitu tersambung, Arjen menaruh ponsel itu ke bawah telinga Hendro dan terus memeganginya agar ia tetap fokus dalam mengemudi. 

"Halo, ini aku." Sapa Hendro.

"[EH? EEEH! Jangan-jangan ini Master Mataram yang tersohor itu! Wah, sudah lama sekali!]"

Hendro menghela nafas keras, "Jangan mengejekku terus, Hanzo. Begini, aku mau minta tolong. Bukakan portal menuju Atrazal dan panggil beberapa pengawas tingkat dua, aku mencium bau iblis penggoda sedang mengikutiku."

Tidak ada jawaban dari seberang telepon. 

"Han, kau masih ada disana?"

"[Master, apa yang sedang terjadi?]"

"Kacau sekali. Aku sampai menggunakan kekuatan Gentong Suci."

Lawan bicaranya mendesis dengan kesal, "[Iblis sialan mana--,]"

"Kau tahu aku takkan sebutkan namanya. Kekuatan sebuah nama itu sangat mengerikan. Jadi kusebutkan inisialnya saja. Pangeran A baru saja berkunjung. Mungkin, antek-anteknya akan menyusul."

Keheningan kembali menyelimuti sekeliling mereka. Sandra bahkan melongo saat mendengar inisial tersebut.

"[Satu belum selesai, sekarang muncul lagi! Aduh! Sial! Si Pemimpin juga sedang hilang entah kemana! Master, tolong pastikan bahwa anda tetap hidup! Akan saya persiapkan segalanya.]"

"Baik. Akan kututup panggilannya."

Arjen langsung menekan tombol merah sebelum memasukan ponsel pintarnya ke saku. "Kakek, Nenek, sebenarnya apa yang terjadi?"

Sandra tiba-tiba menyela sebelum Hendro sempat menjawab. Tangan wanita itu terulur setelah mengeluarkan sebuah kotak kayu dari tas jinjingnya, "Arjen, berikan setetes darahmu pada benda dalam kotak ini."

"Sandra! Kau, bagaimana bisa?" Tanya Hendro sambil mengangkat kedua alisnya. 

"Tolong perhatikan saja jalan di depan. Kau sedang membawa dua orang nyawa, Suamiku." Perintah Sandra yang langsung dituruti oleh Hendro. Kemudian wanita itu segera melanjutkan, "Sebelum aku berangkat, wali kelas Arjen menelpon. Kupikir mereka menyerangnya di sekolah. Jadi, kubawa saja untuk berjaga-jaga. Ternyata, tidak terjadi apapun disana."

"Yah, kalau begitu, terima kasih. Aku hampir menyesal karena tak sempat membawa apapun dari rumah." Kata Hendro sambil menghela nafas lega.

Arjen membuka kotak dan menemukan sebuah kalung dari rantai perak dengan sebatang besi hitam legam sebagai bandul. Ia mengigit sisi kiri jari telunjuknya hingga mengeluarkan darah dan meneteskannya ke atas besi itu. 

Tidak terjadi apa-apa selama beberapa detik, membuat Arjen yang kebingungan mulai bertanya pada neneknya. 

Sandra mengangguk sebelum menjawab, "Tidak masalah. Pakai selalu benda itu dan jangan sampai kau melepaskannya meski sedetik."

"Bahkan saat aku mandi?"

"Bahkan saat kau mandi." Kata perempuan itu sambil mengangguk mantap. 

Hendro berdeham untuk menarik perhatian cucunya yang sedang memasang kalung itu ke lehernya. "Jen, ada yang ingin kakek sampaikan. Mengenai orang tuamu."

"Orang tuaku? Bukankah mereka meninggal karena kecelakaan."

"Sebenarn--,"

BRAAAAAAK!

Nafas Arjen tercekat karena kaget saat mendengar suara keras itu. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berjongkok di depan kaca mobil.

"SANDRA!" Teriak Hendro keras-keras sambil berusaha untuk terus mengemudi. 

Wanita itu lantas melepaskan kantung belanjaannya dan mulai menggerakan jemarinya dengan cepat sambil menggumamkan sesuatu. 

Lalu sesosok harimau putih dengan mata sehitam arang muncul dan menggigit Incubus itu hingga terlempar ke aspal. 

Kedua mata Arjen membulat sambil berseru, "Nenek! Yang barusan itu... apa?"

Sandra tak menjawab dan makin banyak harimau putih muncul dari tangannya untuk menggigit Incubus yang terkapar di jalan. 

Hendro menginjak gas dan membuat mobil berlari lebih cepat, "Arjen, nenekmu dan aku adalah bagian dari para pembasmi iblis."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status