Share

Bab 6

Pagi harinya Alin dan Syifa berniat untuk berenang. Sayang kalau fasilitas Hotelnya tidak di gunakan. Mereka pun turun ke lantai bawah untuk berenang di temani Astri.

Dengan semangatnya, setelah selesai sarapan Alin dan Syifa berlari ke arah kolam renang. Sedangkan Astri duduk mengawasi di kursi santai, yang tersedia di pinggir kolam. Astri hanya mengawasi anak dan adiknya berenang.

Alin sangat menikmati kehidupan barunya, bersama kakak ipar yang seperti kakak kandungnya. Begitu pun dengan Syifa.

Astri yang melihat Syifa begitu senang merasa bersalah. Karena sejak kecil Astri tidak pernah memberikan kemewahan untuk anaknya. Bukan karena tidak mampu, hanya saja Astri selalu merasa belum yakin terhadap keluarga suaminya. Sehingga Astri harus merelakan putrinya hidup dengan sederhana.

Untung nya Syifa bukan tipe anak yang banyak menuntut. Sehingga Astri tidak repot mencari alasan.

Astri bertekad akan menebus kehidupan Syifa, yang selama ini serba sederhana, bahakan lebih tepatnya kekurangan. Astri bertekad akan membahagiakan putrinya.

Saat sedang memperhatikan syifa dan Alin, tiba-tiba Astri merasa pusing, bahkan penglihatannya mengabur.

Tak lama kegelapan mulai menghampiri Astri. Astri pun tergeletak pingsan .

Alin yang melihat Astri pingsan, dengan cepat berlari menghampiri Astri. Alin sangat panik sampai melupakan Syifa yang masih asyik berenang.

"Kak... kak... kak Astri. Bangun kak... Kakak kenapa kak?" namun Astri tak merespon. Alin tambah panik di buatnya. Dengan sekuat tenaga Alin mulai berteriak. " Tolong.... tolong...tolong!" Teriak Alin sambil mencoba membangunkan Astri.

Penjaga kolam dan para pelayan yang mendengar teriakan Alin mengahmbur ke arah Alain.

"Kenapa dek?" tanya salah satu pelayan hotel.

"Kakak saya mas... tolong kakak saya tiba-tiba pingsan." jawab Alin sambil menangis.

Dengan sigap para pelayan mengecek kondisi Astri. Lalu tubuh Astri di gendong oleh pelayan tadi. "Dek kamarnya no berapa?" tanya pelayan yang menggendong Astri. Alin langsung member tahu no kamar serta memberi akses pintu pada pelayan satunya.

Mereka membawa Astri ke kamar yang di sebutkan Alin. Saat Alin hendak menyusul, suara Syifa menghentikan Alin. "Otty mau kemana?" Alin yang di tanyapun membalikan badan lalu menarik tangan Syifa.

Syifa hanya mengikuti Alin. Meskipun Syifa penasaran. Namun, melihat Alin begitu panik, Syifa pun hanya mengikuti Alin dengan pasrah. Padahal dirinya masih pengen berenang.

Alin membawa Syifa berlari ke ruangan Hotel yang mereka tempati. Syifa ingin bertanya namun melihat Alin. Lagi lagi Syifa hanya pasrah membiarkan tangannya di tarik oleh tantenya itu.

Tiba di depan kamar yang mereka tempati. Syifa kaget melihat banyak orang yang memakai baju yang sama. Dia berpikir kenapa banyak orang di kamar mamahnya.

Lalu Alin menarik kembali tangan Syifa ke dalam kamar. Sampai di dalam Syifa langsung berlari dan memeluk Astri yang tak sadarkan diri. Syifa menangis sambil terus mencoba membangunkan ibunya.

"Dek, sebentar lagi akan ada Dokter. Kebetulan beliau sedang menginap di sini." salah satu pelayan itu mulai berbicara.

"Terima kasih mas!" jawab Alin seadanya. Alin masih panik dengan kondisi Kaka iparnya.

Tak lama dokter datang. Langsung memeriksa keadaan Astri. Setelah selesai dokter merapikan peralatannya. Lalu bertanya pada Alin. "Dek, dimana suaminya Bu Astri?" namun Alin menjawab hanya dengan menggelengkan kepala. "Dek keluarga yang lain Diman?" tanya dokter itu lagi.

"Tidak dok...tidak ada. Hanya saya dan Syifa yang berada di sini." jawab Alin lesu." Apa kakak saya sakit parah, Dok?" tanya Alin takut. Jujur Alin sangat takut kalau Astri punya penyakit serius.

"Bu Astri tidak sakit parah dek!" Jawab sang Dokter. Namun Astri tidak percaya dengan ucapan Dokter itu.

"Dokter bohong kan?" tuding Alin sambil melotot galak. Dokter laki-laki yang masih terlihat muda itu hanya senyum melihat tingkah Alin." Kok Dokter malah senyum? Apa Dokter senang melihat kakak saya sakit?"tanya Alin semakin curiga.

"Saya tidak bohong! Bu Astri memang tidak ada penyakit serius?" jawab dokter muda itu sambil terus memperhatikan Alin.

" Kalau Dokter tidak berbohong, kenapa dokter tanya suami dan keluarga Kaka saya?" jawab Alin marah. Dia tidak suka kepada dokter ini. Sungguh Alin sedang panik. Sedangkan dokter itu terlihat biasa. Ingin sekali Alin mencakar wajah Dokter itu.

Dokter muda yang bernama Devan itu tersenyum kepada Alin." Karena ini masalah orang dewasa. Anak kecil belum boleh tahu!" ucap Dokter Devan yang membuat Alin semakin marah.

" Dasar Dokter gila! Dokter fikir Alin masih kecil! Alin udah gede ya! udah SMP mau masuk SMA sebentar lagi. Enak saja bilang Alin masih kecil!" Alin terus saja marah sambil mengumpat pada dokter Devan. Bukannya marah Dokter Devan malah tersenyum gemas melihat Alin.

"Baiklah anak kecil! Tidak perlu marah nanti tua sebelum waktunya," jawab Devan sambil terkekeh melihat kelakuan Alin.

Saat asyik berdebat tiba-tiba Syifa berdiri di antara keduanya. "Otty sama Om kok malah berantem? Itu mamahnya Syifa Giman? Oom kan dokter masa ga mau ngalah sama Otty?" ucap Syifa kesal melihat kelakuan dua orang di depannya.

Devan dan Alin saling pandang, namun tak lama Alin membuang muka ke arah lain, sedangkan Devan menahan senyum melihat Alin.

Devan mendekat ke arah Syifa lalu jongkok di depan Syifa." Adek kecil jangan khawatir mamanya tidak apa-apa? Tapi mulai sekarang mamanya harus di jaga ya! Jangan sampai kecapean! Karena mamanya adek cantik sedang hamil, di dalam perut mama ada dedek bayinya?" Devan pun menjelaskan dengan hati-hati kepada Syifa. Syifa mengangguk namun masih mencerna setiap yang di katakan dokter Devan.

"Ckk.... Bilang hamil aja susah das..... Apa? Hamil....?" Alin yang baru menyadari ucapan Devan melotot seketika dengan mulut terbuka. Devan yang melihat Alin semakin gemas dan mencoba menahan tawa.

"Dokter ga bohong kan? Kak Astri beneran hamil kan dok?" tanya Alin penasaran. Devan hanya mengangguk.

Alin dan Syifa berlari menaiki ranjang lalu duduk di samping kanan dan kiri Astri. Sedangkan Devan tertawa lepas, melihat keponakan dan tente yang begitu kompak.

Alin dan Syifa memeluk Astri mereka terus berceloteh. Meskipun Astri tidak merespon.

"Ya sudah saya permisi karena tugas saya sudah selesai!" ucap Devan. "Nanti kalau Bu Astri bangun ajak periksa ke Dokter kandungan ya!" Mereka berdua kompak mengangguk. Lalu Dokter Devan keluar dari kamar hotel Alin.

"Otty Syifa mau punya adek bayi.nanti Syifa ada temennya," ucap Syifa begitu senang. Alin hanya tersenyum lalu mengelus kepala Syifa lembut.

Karena Astri belum juga sadar Alin mengajak Syifa mandi. Dan berganti pakaian. Karena panik Alin tidak sadar masih mengunakan baju renang begitupun Syifa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status