Share

Bab 6

Author: Chau08
last update Last Updated: 2022-06-06 22:20:44

Pagi harinya Alin dan Syifa berniat untuk berenang. Sayang kalau fasilitas Hotelnya tidak di gunakan. Mereka pun turun ke lantai bawah untuk berenang di temani Astri.

Dengan semangatnya, setelah selesai sarapan Alin dan Syifa berlari ke arah kolam renang. Sedangkan Astri duduk mengawasi di kursi santai, yang tersedia di pinggir kolam. Astri hanya mengawasi anak dan adiknya berenang.

Alin sangat menikmati kehidupan barunya, bersama kakak ipar yang seperti kakak kandungnya. Begitu pun dengan Syifa.

Astri yang melihat Syifa begitu senang merasa bersalah. Karena sejak kecil Astri tidak pernah memberikan kemewahan untuk anaknya. Bukan karena tidak mampu, hanya saja Astri selalu merasa belum yakin terhadap keluarga suaminya. Sehingga Astri harus merelakan putrinya hidup dengan sederhana.

Untung nya Syifa bukan tipe anak yang banyak menuntut. Sehingga Astri tidak repot mencari alasan.

Astri bertekad akan menebus kehidupan Syifa, yang selama ini serba sederhana, bahakan lebih tepatnya kekurangan. Astri bertekad akan membahagiakan putrinya.

Saat sedang memperhatikan syifa dan Alin, tiba-tiba Astri merasa pusing, bahkan penglihatannya mengabur.

Tak lama kegelapan mulai menghampiri Astri. Astri pun tergeletak pingsan .

Alin yang melihat Astri pingsan, dengan cepat berlari menghampiri Astri. Alin sangat panik sampai melupakan Syifa yang masih asyik berenang.

"Kak... kak... kak Astri. Bangun kak... Kakak kenapa kak?" namun Astri tak merespon. Alin tambah panik di buatnya. Dengan sekuat tenaga Alin mulai berteriak. " Tolong.... tolong...tolong!" Teriak Alin sambil mencoba membangunkan Astri.

Penjaga kolam dan para pelayan yang mendengar teriakan Alin mengahmbur ke arah Alain.

"Kenapa dek?" tanya salah satu pelayan hotel.

"Kakak saya mas... tolong kakak saya tiba-tiba pingsan." jawab Alin sambil menangis.

Dengan sigap para pelayan mengecek kondisi Astri. Lalu tubuh Astri di gendong oleh pelayan tadi. "Dek kamarnya no berapa?" tanya pelayan yang menggendong Astri. Alin langsung member tahu no kamar serta memberi akses pintu pada pelayan satunya.

Mereka membawa Astri ke kamar yang di sebutkan Alin. Saat Alin hendak menyusul, suara Syifa menghentikan Alin. "Otty mau kemana?" Alin yang di tanyapun membalikan badan lalu menarik tangan Syifa.

Syifa hanya mengikuti Alin. Meskipun Syifa penasaran. Namun, melihat Alin begitu panik, Syifa pun hanya mengikuti Alin dengan pasrah. Padahal dirinya masih pengen berenang.

Alin membawa Syifa berlari ke ruangan Hotel yang mereka tempati. Syifa ingin bertanya namun melihat Alin. Lagi lagi Syifa hanya pasrah membiarkan tangannya di tarik oleh tantenya itu.

Tiba di depan kamar yang mereka tempati. Syifa kaget melihat banyak orang yang memakai baju yang sama. Dia berpikir kenapa banyak orang di kamar mamahnya.

Lalu Alin menarik kembali tangan Syifa ke dalam kamar. Sampai di dalam Syifa langsung berlari dan memeluk Astri yang tak sadarkan diri. Syifa menangis sambil terus mencoba membangunkan ibunya.

"Dek, sebentar lagi akan ada Dokter. Kebetulan beliau sedang menginap di sini." salah satu pelayan itu mulai berbicara.

"Terima kasih mas!" jawab Alin seadanya. Alin masih panik dengan kondisi Kaka iparnya.

Tak lama dokter datang. Langsung memeriksa keadaan Astri. Setelah selesai dokter merapikan peralatannya. Lalu bertanya pada Alin. "Dek, dimana suaminya Bu Astri?" namun Alin menjawab hanya dengan menggelengkan kepala. "Dek keluarga yang lain Diman?" tanya dokter itu lagi.

"Tidak dok...tidak ada. Hanya saya dan Syifa yang berada di sini." jawab Alin lesu." Apa kakak saya sakit parah, Dok?" tanya Alin takut. Jujur Alin sangat takut kalau Astri punya penyakit serius.

"Bu Astri tidak sakit parah dek!" Jawab sang Dokter. Namun Astri tidak percaya dengan ucapan Dokter itu.

"Dokter bohong kan?" tuding Alin sambil melotot galak. Dokter laki-laki yang masih terlihat muda itu hanya senyum melihat tingkah Alin." Kok Dokter malah senyum? Apa Dokter senang melihat kakak saya sakit?"tanya Alin semakin curiga.

"Saya tidak bohong! Bu Astri memang tidak ada penyakit serius?" jawab dokter muda itu sambil terus memperhatikan Alin.

" Kalau Dokter tidak berbohong, kenapa dokter tanya suami dan keluarga Kaka saya?" jawab Alin marah. Dia tidak suka kepada dokter ini. Sungguh Alin sedang panik. Sedangkan dokter itu terlihat biasa. Ingin sekali Alin mencakar wajah Dokter itu.

Dokter muda yang bernama Devan itu tersenyum kepada Alin." Karena ini masalah orang dewasa. Anak kecil belum boleh tahu!" ucap Dokter Devan yang membuat Alin semakin marah.

" Dasar Dokter gila! Dokter fikir Alin masih kecil! Alin udah gede ya! udah SMP mau masuk SMA sebentar lagi. Enak saja bilang Alin masih kecil!" Alin terus saja marah sambil mengumpat pada dokter Devan. Bukannya marah Dokter Devan malah tersenyum gemas melihat Alin.

"Baiklah anak kecil! Tidak perlu marah nanti tua sebelum waktunya," jawab Devan sambil terkekeh melihat kelakuan Alin.

Saat asyik berdebat tiba-tiba Syifa berdiri di antara keduanya. "Otty sama Om kok malah berantem? Itu mamahnya Syifa Giman? Oom kan dokter masa ga mau ngalah sama Otty?" ucap Syifa kesal melihat kelakuan dua orang di depannya.

Devan dan Alin saling pandang, namun tak lama Alin membuang muka ke arah lain, sedangkan Devan menahan senyum melihat Alin.

Devan mendekat ke arah Syifa lalu jongkok di depan Syifa." Adek kecil jangan khawatir mamanya tidak apa-apa? Tapi mulai sekarang mamanya harus di jaga ya! Jangan sampai kecapean! Karena mamanya adek cantik sedang hamil, di dalam perut mama ada dedek bayinya?" Devan pun menjelaskan dengan hati-hati kepada Syifa. Syifa mengangguk namun masih mencerna setiap yang di katakan dokter Devan.

"Ckk.... Bilang hamil aja susah das..... Apa? Hamil....?" Alin yang baru menyadari ucapan Devan melotot seketika dengan mulut terbuka. Devan yang melihat Alin semakin gemas dan mencoba menahan tawa.

"Dokter ga bohong kan? Kak Astri beneran hamil kan dok?" tanya Alin penasaran. Devan hanya mengangguk.

Alin dan Syifa berlari menaiki ranjang lalu duduk di samping kanan dan kiri Astri. Sedangkan Devan tertawa lepas, melihat keponakan dan tente yang begitu kompak.

Alin dan Syifa memeluk Astri mereka terus berceloteh. Meskipun Astri tidak merespon.

"Ya sudah saya permisi karena tugas saya sudah selesai!" ucap Devan. "Nanti kalau Bu Astri bangun ajak periksa ke Dokter kandungan ya!" Mereka berdua kompak mengangguk. Lalu Dokter Devan keluar dari kamar hotel Alin.

"Otty Syifa mau punya adek bayi.nanti Syifa ada temennya," ucap Syifa begitu senang. Alin hanya tersenyum lalu mengelus kepala Syifa lembut.

Karena Astri belum juga sadar Alin mengajak Syifa mandi. Dan berganti pakaian. Karena panik Alin tidak sadar masih mengunakan baju renang begitupun Syifa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 26

    Hari ini Astri, Alin, Syifa, dan juga Reta. Mereka akan pergi berlibur, karena Astri yang tengah hamil, jadi mereka memutuskan liburan kali ini hanya mengunjungi tempat-tempat indah di kota Bandung.Rencana pertama mereka akan mengunjung Maribaya. Mereka akan menginap dan menghabiskan waktu selama beberapa hari di sana.Mereka memilih Glamping di Maribaya. Suasan yang sejuk, pemandangan yang indah, ada juga wahana bermain untuk Syifa, juga spot foto untuk Alin dan Reta.Alin dan Reta asyik menikmati pemandangan sekitar, apalagi Alin yang selama ini hanya terkurung di rumah. Alin begitu senang bisa pergi berlibur, dia dan Reta berfoto, lalu memposting di akun sosial medianya.“Alin, yang ini bagus deh ftonya!” ucap Reta.“Ihh iya , ta! Bagus coba kamu yang post nanti tag ke aku ya!” pinta Alin pada Reta.Reta pun langsung memposting fotonya bersama Alin. Banyak komen dan laike di akun sosmed nya Reta. Apalagi mereka berdua cantik di tambah background pemandangan yang mendukung.Se

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 25

    Setelah mengantar Syifa dan Aline. Astri tidur kembali, karena tiba-tiba dia merasa mual dan lemas.Saat tengah tidur tiba-tiba handphone Astri berdering. Astri bangun melihat siapa yang menelepon.‘ayah , ada apa ya?’ gumam Astri pelan, langsung mengangkat telepon dari Ayah.[Assalamualaikum, ayah].[Waalaikumsalam,nak! Ayah ganggu ya? Kayanya lagi tidur ya?][Tidak yah, tadi ketiduran, hehe,,, ada apa yah?][Tumben jam segini tidur,nak? ][Tadi pagi mual lagi ,yah! Jadi tiduran . Eh malah keterusan tidur!][Pasti lemes ya ,nak? ][Iya ayah, makanya Astri udah ga ke kantor lagi. Pasti repot kalau mual di kantor.][Iya ayah setuju, baiknya kamu Istirahat di rumah, nak .][Iya ayah][Oh iya Ayah sampai lupa, Ayah mau ngabarin, nanti sore Ayah pergi ke tempat proyek yang di Kalimantan,ya][Ayah, serius. Ayah bisa pergi kesana?][Iya, kemarin Ayah sudah mengundurkan diri, kebetulan atasan Ayah mengijinkan][Loh , Ayah keluar? Bukannya Ayah bilang mau ijin ya?][Tadinya Ay

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 24

    Alin dan Syifa pulang ke rumah telat, karena Alin ada kelas ekskul tambahan. Syifa dengan senang hati menemani Alin. Jadilah mereka sampai di rumah hampir Maghrib.Saat memasuki rumah mereka tidak melihat keberadaan Astri. Akhirnya mereka memutuskan pergi mandi dan bersih-bersih. Selesai mandi Alin mengerjakan tugas sekolahnya. Untuk di kumpulkan besok. Setelah selesai Alin keluar, dia duduk di balkon kamarnya, sambil menikmati angin malam.Alin selalu bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ia jalani. Kakak yang baik, keponakan yang menemani, Ayah yang sangat menyayanginya walau pun jauh.Tak pernah terpikir sebelumnya Alin bisa bebas dari pahitnya , kehidupan sebelumnya, sekarang Alin merasa semua yang dia inginkan bisa dia dapat.“Dek?” . Alin terkejut saat ada yang memanggil dan menepuk bahunya, sepontan Alin langsung menengok ke belakang.“Kakak panggil dari tadi loh! Ga taunya lagi di sini!” ucap Astri.“Eh iya ,kak! Kenapa?” balas Alin , masih dengan muka terkejutnya.“

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 23

    Ketika Astri bangun, dia langsung mandi, dan berpakaian. Dia berniat bertemu dengan pemuda aneh, yang di temui beberapa hari ini. Yang selalu mengganggunya.Setelah selesai Astri turun ke bawah, dia mencari BI Ina, ternyata BI Ina, sedang di dapur.“Bi?” Sapa Astri.“Loh, neng bikin kaget bibi saja!” “Iya, habis bibi serius benar. Lagi apa sih BI?” Tanya Astri penasaran.“Ini loh bibi lagi coba masakan baru neng, bibi dapat resep dari hape!” Seru BI Ina senang.“ Oh gitu, toh! Ehm BI?”“ Kenapa neng? Ada mau sesuatu? Biar bibi buatkan!”“Enggak kok bi, Astri cuman mau titip pesan. Astri mau keluar sebentar. Nanti kalau Syifa sama Alin, pulang bibi bilang aja Astri , mau bertemu teman ya!” ucap Astri menjelaskan.“siap ,neng!” balas BI Ina yang masih fokus pada bahan masaknnya.“ya udah, Astri pamit BI, assalamualaikum!” setelah mendapat jawaban dari BI Ina. Astri langsung pergi keluar.Astri memilih membawa mobil sendiri untuk bertemu dengan Devan. Biar mang Ujang bisa jemput, anak-a

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 22

    POV AstriHari ini aku di rumah sendirian, tadi pagi saat akan berangkat kerja, tiba tiba aku sedikit pusing dan merasa lelah. Aku bingung kehamilanku yang sekarang lebih mudah lelah. Tak jarang pula aku merasa malas melakukan sesuatu.Saat kehamilan Syifa aku masih bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tapi sekarang bawaannya lelah dan malas. Akhirnya aku memutuskan hanya rebahan di kasur yang sangat nyaman ini.Ah, aku melupakan sesuatu! Aku harus mencari orang untuk mengecek proyek di luar pulau. Sepertinya aku tau harus meminta tolong siapa. Akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya.[Assalamualaikum, ayah][Waalaikumsalam, nak][Apa kabar, Ayah? Ayah sehat kan?][Alhamdulillah, ayah sehat! Gimana kabar kamu? Alin dan Syifa baik,nak?][Alhamdulillah, kami di sini baik Ayah! Ayah jangan khawatir,][Syukurlah kalau kalian baik! Tumben telepon Ayah? Kamu tidak sibuk kerja,nak?][Tidak, Ayah. Sudah dua hari aku di rumah. Akhir-akhir ini aku mudah lelah, bawaannya malas terus

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 21

    Pagi ini Astri tidak berangkat ke kantor, setelah mengantar Alin dan Syifa, Astri kembali pulang ke rumah. Astri sedang memikirkan orang yang akan Astri percayakan mengurus pembangunan di luar pulau. Tiba-tiba Astri teringat seseorang. Ya Astri sudah tau siapa orangnya. Astri memutuskan untuk meneleponnya nanti siang.Astri lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di ranjang. Astri teringat akan suaminya. Suami yang dulu sangat Astri cintai. Namun, sekarang rasa cintanya sedikit menghilang, tergantikan dengan rasa kecewa dan benci.Di depan semua orang Astri bisa terlihat tegar, akan tetapi bila sedang sendiri Astri selalu teringat saat, di mana suaminya begitu sempurna di matanya.Dulu sempat suaminya begitu memanjakannya, di awal Astri merasa jatuh cinta pada suaminya. Namun itu hanya bertahan tiga tahun lamanya. Sampai sekarang Astri belum tahu penyebab suaminya berubah. Yang pasti ada campur tangan Ibu mertuanya.Saat sedang membayangkan sikap manis suaminya, tiba-tiba handphone As

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status