Share

4. Salah Kamar

Berbeda dengan Keysa yang menghadapi kenyataan dengan mencoba tenang dan berfikir dengan jernih. Deas menatap garang ke arah Pelita. Pelita tampak masa bodoh dengan tatapan suaminya itu,

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Deas dengan suara khas bangun tidur.

"Menemani kamu," jawab Pelita sembari menyeduh teh chamomile kesukaannya,

"Apa maksud kamu?" Deas semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan isterinya.

"Kamu berharap jika wanita itu yang menemani kamu? Aku isteri kamu Deas." jawab Pelita dengan tenang.

"Tsk, sejak kapan kamu memperdulikan hal itu, Pelita. Bukannya kamu hanya memperdulikan status kamu sebagai nyonya rumah saja. Aku tidak pernah mencampuri urusan kamu. Jadi jangan ikut campur dengan urusan aku," cibir Deas yang merasa benar dengan perkatannya.

"Tidak semudah itu, Deas. Aku lelah kamu perlakukan seperti ini. Aku diam, bukan berarti aku tidak tau, apa yang kamu lakukan di belakangku. Kamu membuat aku seperti orang jahat. Apa kamu tidak sadar akan hal itu? Kamu membuat aku seperti lelucon."

Deas berdecak kesal, Deas tidak mengira jika isteri kebanggannya akan memberontak dan menghancurkan rencana besarnya untuk memiliki Keysa,

"Kamu sengaja mengacaukan semuanya, Pelita?" tanya Deas penuh selidik, "di mana Keysa?" Deas dengan menahan amarahnya yang kini berhasil menguasai diri Deas.

"Aku tidak tau," jawab Pelita

"Jangan berkelit. Katakan dimana Keysa!"

"Aku tidak tau."

"PELITA MAHESWARI, DIMANA KEYSA????" teriak Deas membuat Pelita menatap Deas dengan mata nanar. Deas tidak peduli dengan hal itu. Baginya, Keysa lebih penting daripada Pelita yang hanya memerankan statusnya sebagai seorang isteri.

Deas mendorong tubuh Pelita yang mencoba menghalangi kepergian Deas dari kamar mereka, Sayangnya, tenaga Pelita tak sekuat Deas, Deas membuat Pelita terhuyung beberapa langkah ke belakang. Pelita hanya bisa menatap pilu kepergian Deas yang meninggalkan Pelita begitu saja.

**

Keysa membuang tas jinjing miliknya di sofa. Merutuki kebodohan yang dia lakukan bersama pria yang tidak dia kenal. Keysa mencoba mengingat kejadian semalam, meyakinkan diri sendiri jika perbuatan Keysa tidak seburuk itu. Keysa meraup wajahnya dengan kasar. Ingatan kejadian semalam berputar seperti puzzle di otak Keysa. Bagaimana Keysa menggoda Alkais, pria yang menjadi partner ONS-nya semalam.

"Tsk, bagaimana bisa aku bertemu dengan pria itu? Semalam aku bersama dengan Deas." gumam Keysa,

"Kamu kenapa, Key?" tanya Ramon yang meletakkan secangkir teh hangat di hadapan Keysa.

"Kenapa?"

"Kamu ling-lung? Apa ada hal buruk yang menimpa kamu? Kamu jangan bikin aku khawatir, Key!"

"I Am okay. Jangan berlebihan, Mon," tandas Keysa yang tidak ingin membuat Ramon mencari tau apa yang sedang terjadi kepadanya.

"Oh, ya sudahlah kalau bergitu," putus Ramon yang mencoba mengerti,"kenapa baru pulang?" tanya Ramon kemudian, tiba-tiba saja Ramon teringat tujuannya untuk bertemu dengan Keysa pagi ini.

"Aku-,"

"Kamu nggak tidur sama Deas, kan? Ingat, Key. Dia pria beristeri. Buy 1 get 1, Free."

"Tau," jawab Keysa dengan ogah-ogahan. Bagaimanapun juga, Ramion tidak boleh tau apa yang terjadi dengan Keysa semalam. Cukup Keysa, pria asing, dan Tuhan yang tau. Keysa tidak ingin memperumit masalahnya.

"Terus, kamu mau bikin masalah dengan isterinya?" tanya Ramon lagi. Ramon masih belum puas dengan jawaban Keysa yang terkesan mengabaikan rasa dahaga Ramon tentang kejadian semalam.

"Nggaklah-, aku masih waras." jawab Keysa yang kini memberanikan diri untuk berkontak mata dengan Ramon. Keysa tidak ingin dihakimi secara sepihak oleh Ramon.

"So, siapa pria yang bersama dengan kamu semalam?" ulang Ramon dan ingin sekali rasanya Keysa mengumpat akan hal itu.

"Tau dari mana aku sama seorang pria?" tanya Kesya yang sengaja menghindar dan berputar-putar. Keysa berharap, Ramon melupakan rasa ingin tahunya.

"Kamu telfon aku semalam, Key. Apa kamu lupa?" tanya Ramon,"sayangnya, aku tidak angkat, kamu telfon aku jam 1 dini hari. Kamu benar-benar tidak waras. Bahkan kamu kirim foto kalian berdua saat berbagi ranjang. Kamu sudah tidak virgin lagi, Key?"

Keysa menatap horor Ramon yang dengan leluasa menceritakan kebodohan Keysa semalam. Jika saja, Keysa bisa bersembunyi di lubang semut, maka dengan senang hati Keysa akan melakukan hal itu. Sungguh.

Keysa menghela nafas panjang. Dia tidak bisa menghindari Ramon seperti belut yang licin. Ramon seperti ibu dan ayah bagi Keysa,

"Aku nggak tau dia siapa,"

"HA!" Ramon refleks berteriak dan menatap Keysa tajam,"Apa maksud kamu, Key? Kamu tidur sama siapa? Kamu sewa lakik? Apa kamu dijebak Deas? Bilang sama aku! Aku samperin suami orang itu! Bisa-bisanya dia membiarkan kamu tidur dengan orang lain! Ya, Tuhan .... Kasian banget, kamu Key. Aku nggak bisa diam saja, kita harus beri pelajaran Deas!" kata Ramon panjang kali lebar dengan nada yang menggebu-gebu.

"Mon, aku yakin, semua ini bukan perbuatan Deas."

"Kamu masih bela Deas? Kamu cinta sama dia, Key? DEMI APA, KEY!!! Otak kamu sudah dicuci pakai papalime?"

"Astaga! Kenapa kamu lebih heboh dari ibu aku, Mon"

"Ibu kamu sudah di dalam pusara. Dia tidak bisa berkomunikasi dengan kamu. Paham!" tandas Ramon yang membuat Keysa meringis, menyadari kebodohan yang dia lakukan.

*

Deas menatap Keysa yang kini sedang melipat kedua tangannya di depan dada. Deas merasa bersalah dengan apa yang menimpa Keysa.

"Jadi, anda mau pesan apa?" tanya Keysa yang enggan berbasa-basi dengan Deas.

"Sayang, katakan apa yang harus aku lakukan. Aku akan menebus semua kesalahan yang telah aku lakukan hari itu. Aku tidak tau, jika Pelita akan melakukan hal itu kepada kamu. Katakan, apa yang dia lakukan."

Keysa menatap malas ke arah Deas, bukan berarti Keysa ingin membuang pundi-pundi uangnya. Hanya saja, Keysa tidak ingin menjelaskan semuanya kepada Deas. Keysa tidak ingin menambah masalah yang dia hadapi. Keysa tidak ingin membuat Deas mencari tau tentang kejadian malam itu.

"Kita bertemu nanti, aku sedang dalam mood yang tidak baik. Tamu bulanan aku datang," dusta Keysa,

"Hm, baiklah. Hubungi aku ketika kamu merasa lebih baik," ungkap Deas yang kini mengusap pucuk kepala Keysa dan meninggalkan Cafe Amore.

Keysa menghela nafas panjang. Dia mencoba tersenyum menutupi kekesalannya kepada Deas.

Ketika Deas meninggalkannya, tampak sosok seseorang yang tak ingin Keysa temui untuk kedua kalinya. Partner ONS-nya, Alsaki Radeva. Keysa merasa nafasnya tercekat, Keysa memilih untuk bersembunyi. Tanpa pikir panjang, Keysa bersembunyi di bawah kolong meja. Keysa merapalkan doa-doa sebanyak mungkin. Keysa berharap nasib baik berpihak kepadanya kali ini. Sayangnya, semua hanya harapan Keysa. Sosok pria yang Keysa hindari duduk tepat di depan wajah Keysa. Keysa menelan ludahnya kasar, ketika Alsaki menundukkan wajahnya dan menatap Keysa lekat.

"Apa yang sedang kamu lakukan di bawah sana, Nona?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status