Berbeda dengan Keysa yang menghadapi kenyataan dengan mencoba tenang dan berfikir dengan jernih. Deas menatap garang ke arah Pelita. Pelita tampak masa bodoh dengan tatapan suaminya itu,
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Deas dengan suara khas bangun tidur."Menemani kamu," jawab Pelita sembari menyeduh teh chamomile kesukaannya,"Apa maksud kamu?" Deas semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan isterinya."Kamu berharap jika wanita itu yang menemani kamu? Aku isteri kamu Deas." jawab Pelita dengan tenang."Tsk, sejak kapan kamu memperdulikan hal itu, Pelita. Bukannya kamu hanya memperdulikan status kamu sebagai nyonya rumah saja. Aku tidak pernah mencampuri urusan kamu. Jadi jangan ikut campur dengan urusan aku," cibir Deas yang merasa benar dengan perkatannya."Tidak semudah itu, Deas. Aku lelah kamu perlakukan seperti ini. Aku diam, bukan berarti aku tidak tau, apa yang kamu lakukan di belakangku. Kamu membuat aku seperti orang jahat. Apa kamu tidak sadar akan hal itu? Kamu membuat aku seperti lelucon."Deas berdecak kesal, Deas tidak mengira jika isteri kebanggannya akan memberontak dan menghancurkan rencana besarnya untuk memiliki Keysa,"Kamu sengaja mengacaukan semuanya, Pelita?" tanya Deas penuh selidik, "di mana Keysa?" Deas dengan menahan amarahnya yang kini berhasil menguasai diri Deas."Aku tidak tau," jawab Pelita"Jangan berkelit. Katakan dimana Keysa!""Aku tidak tau.""PELITA MAHESWARI, DIMANA KEYSA????" teriak Deas membuat Pelita menatap Deas dengan mata nanar. Deas tidak peduli dengan hal itu. Baginya, Keysa lebih penting daripada Pelita yang hanya memerankan statusnya sebagai seorang isteri.Deas mendorong tubuh Pelita yang mencoba menghalangi kepergian Deas dari kamar mereka, Sayangnya, tenaga Pelita tak sekuat Deas, Deas membuat Pelita terhuyung beberapa langkah ke belakang. Pelita hanya bisa menatap pilu kepergian Deas yang meninggalkan Pelita begitu saja.**Keysa membuang tas jinjing miliknya di sofa. Merutuki kebodohan yang dia lakukan bersama pria yang tidak dia kenal. Keysa mencoba mengingat kejadian semalam, meyakinkan diri sendiri jika perbuatan Keysa tidak seburuk itu. Keysa meraup wajahnya dengan kasar. Ingatan kejadian semalam berputar seperti puzzle di otak Keysa. Bagaimana Keysa menggoda Alkais, pria yang menjadi partner ONS-nya semalam."Tsk, bagaimana bisa aku bertemu dengan pria itu? Semalam aku bersama dengan Deas." gumam Keysa,"Kamu kenapa, Key?" tanya Ramon yang meletakkan secangkir teh hangat di hadapan Keysa."Kenapa?""Kamu ling-lung? Apa ada hal buruk yang menimpa kamu? Kamu jangan bikin aku khawatir, Key!""I Am okay. Jangan berlebihan, Mon," tandas Keysa yang tidak ingin membuat Ramon mencari tau apa yang sedang terjadi kepadanya."Oh, ya sudahlah kalau bergitu," putus Ramon yang mencoba mengerti,"kenapa baru pulang?" tanya Ramon kemudian, tiba-tiba saja Ramon teringat tujuannya untuk bertemu dengan Keysa pagi ini."Aku-,""Kamu nggak tidur sama Deas, kan? Ingat, Key. Dia pria beristeri. Buy 1 get 1, Free.""Tau," jawab Keysa dengan ogah-ogahan. Bagaimanapun juga, Ramion tidak boleh tau apa yang terjadi dengan Keysa semalam. Cukup Keysa, pria asing, dan Tuhan yang tau. Keysa tidak ingin memperumit masalahnya."Terus, kamu mau bikin masalah dengan isterinya?" tanya Ramon lagi. Ramon masih belum puas dengan jawaban Keysa yang terkesan mengabaikan rasa dahaga Ramon tentang kejadian semalam."Nggaklah-, aku masih waras." jawab Keysa yang kini memberanikan diri untuk berkontak mata dengan Ramon. Keysa tidak ingin dihakimi secara sepihak oleh Ramon."So, siapa pria yang bersama dengan kamu semalam?" ulang Ramon dan ingin sekali rasanya Keysa mengumpat akan hal itu."Tau dari mana aku sama seorang pria?" tanya Kesya yang sengaja menghindar dan berputar-putar. Keysa berharap, Ramon melupakan rasa ingin tahunya."Kamu telfon aku semalam, Key. Apa kamu lupa?" tanya Ramon,"sayangnya, aku tidak angkat, kamu telfon aku jam 1 dini hari. Kamu benar-benar tidak waras. Bahkan kamu kirim foto kalian berdua saat berbagi ranjang. Kamu sudah tidak virgin lagi, Key?"Keysa menatap horor Ramon yang dengan leluasa menceritakan kebodohan Keysa semalam. Jika saja, Keysa bisa bersembunyi di lubang semut, maka dengan senang hati Keysa akan melakukan hal itu. Sungguh.Keysa menghela nafas panjang. Dia tidak bisa menghindari Ramon seperti belut yang licin. Ramon seperti ibu dan ayah bagi Keysa,"Aku nggak tau dia siapa,""HA!" Ramon refleks berteriak dan menatap Keysa tajam,"Apa maksud kamu, Key? Kamu tidur sama siapa? Kamu sewa lakik? Apa kamu dijebak Deas? Bilang sama aku! Aku samperin suami orang itu! Bisa-bisanya dia membiarkan kamu tidur dengan orang lain! Ya, Tuhan .... Kasian banget, kamu Key. Aku nggak bisa diam saja, kita harus beri pelajaran Deas!" kata Ramon panjang kali lebar dengan nada yang menggebu-gebu."Mon, aku yakin, semua ini bukan perbuatan Deas.""Kamu masih bela Deas? Kamu cinta sama dia, Key? DEMI APA, KEY!!! Otak kamu sudah dicuci pakai papalime?""Astaga! Kenapa kamu lebih heboh dari ibu aku, Mon""Ibu kamu sudah di dalam pusara. Dia tidak bisa berkomunikasi dengan kamu. Paham!" tandas Ramon yang membuat Keysa meringis, menyadari kebodohan yang dia lakukan.*Deas menatap Keysa yang kini sedang melipat kedua tangannya di depan dada. Deas merasa bersalah dengan apa yang menimpa Keysa."Jadi, anda mau pesan apa?" tanya Keysa yang enggan berbasa-basi dengan Deas."Sayang, katakan apa yang harus aku lakukan. Aku akan menebus semua kesalahan yang telah aku lakukan hari itu. Aku tidak tau, jika Pelita akan melakukan hal itu kepada kamu. Katakan, apa yang dia lakukan."Keysa menatap malas ke arah Deas, bukan berarti Keysa ingin membuang pundi-pundi uangnya. Hanya saja, Keysa tidak ingin menjelaskan semuanya kepada Deas. Keysa tidak ingin menambah masalah yang dia hadapi. Keysa tidak ingin membuat Deas mencari tau tentang kejadian malam itu."Kita bertemu nanti, aku sedang dalam mood yang tidak baik. Tamu bulanan aku datang," dusta Keysa,"Hm, baiklah. Hubungi aku ketika kamu merasa lebih baik," ungkap Deas yang kini mengusap pucuk kepala Keysa dan meninggalkan Cafe Amore.Keysa menghela nafas panjang. Dia mencoba tersenyum menutupi kekesalannya kepada Deas.Ketika Deas meninggalkannya, tampak sosok seseorang yang tak ingin Keysa temui untuk kedua kalinya. Partner ONS-nya, Alsaki Radeva. Keysa merasa nafasnya tercekat, Keysa memilih untuk bersembunyi. Tanpa pikir panjang, Keysa bersembunyi di bawah kolong meja. Keysa merapalkan doa-doa sebanyak mungkin. Keysa berharap nasib baik berpihak kepadanya kali ini. Sayangnya, semua hanya harapan Keysa. Sosok pria yang Keysa hindari duduk tepat di depan wajah Keysa. Keysa menelan ludahnya kasar, ketika Alsaki menundukkan wajahnya dan menatap Keysa lekat."Apa yang sedang kamu lakukan di bawah sana, Nona?"Alsaki menatap Jendra dan Kavi secara bergantian. Kavi dan Jendra merasa aneh dengan apa yang dilakukan Alsaki kali ini, namun mereka bahagia karena Alsaki menunjukkan ketertarikannya kepada seorang wanita."Al, apa ada hal yang ingin kamu katakan? Kami berdua lelah berdiri seperti ini," rengek Kavi yang menatap Alsaki dengan iba,"Katakan siapa wanita itu?""Wanita apa?""Wanita yang kalian kirim kepadaku,""Ckckck, bukankah kamu tidak menyentuh wanita itu? Apa kamu merasa bersalah dan berubah pikiran? Bahkan kamu mem-booking wanita lain sepengetahuan kami. Kami kecewa. Al.""Apa?"Jendra dan Kavi saling bertukar pandang. Mereka berdua mulai frustasi dengan Alsaki yang tiba-tiba bertindak seperti amoeba.Jendra mengambil alih untuk menjelaskan apa yang terjadi malam itu. Dia mulai lelah dengan Alsaki yang menanyakan wanita pilihan mereka berdua,"Jadi, kami berdua memang sengaja memesan wanita bayaran bernama Sarah, kami ingin membuktikan jika kamu masih menyukai lawan jenis. Tapi, k
Aku ingin kita menjalin sebuah kerja sama," "Kerja sama?" "Ya, aku ingin kamu jadi partner 'tidur' ku," "HA?" Keysa tidak percaya ucapan itu akan keluar dari mulut Alsaki, pria tampan yang berada di hadapannya. "Kenapa?" "Sepertinya kamu salah orang, aku bukan wanita yang bekerja di bidang itu. Kejadian beberapa hari yang lalu itu karena aku dijebak. bukan karena aku ingin. Aku-," "Jika aku tidak datang di waktu yang tidak tepat, mungkin kamu akan meninggal di sana. Orang yang menjebak kamu malam itu, memberikan kamu Aphrodisiac yang dicampur dengan makanan atau minuman sebelum kita bertemu. Seharusnya kamu memiliki rasa empati yang membuat kamu berhutang budi kepadaku. Benarkan?" cecar Alsaki yang membuat Keysa tertegun, Apa itu Aphrodisiac ? Bukankah Deas sangat mencintainya? Kenaoa Deas bersikap se-jahat itu, Jadi, kejadian beberapa hari yang lalu bukan sepernuhnya rencana Pelita? "Kamu tidak sedang berdusta?" "Jika diperlukan, aku bisa membuktikan kebenarannya," tantang A
Alsaki menatap Keysa yang saat ini sedang memainkan gawai kesayangannya di tangan. Ntah perasaan apa yang menyelinap di hati Alsaki. Alsaki tak suka dengan kegiatan Keysa yang terkesan mengabaikan Alsaki. Alsaki mendekat ke arah wajah Keysa, membuat wajah mereka hanya berjarak 5 CM dan membuat Keysa dapat merasakan hembusan nafas Alsaki. "Kamu mau tidur bersama?" tanya Keysa ambigu, tentu saja hal itu membuat Alsaki mengerjapkan kedua mata. "Kamu sedang menggoda aku?" tanya Alsaki yang tak percaya mendengar ajakan itu dari mulur Keysa, partner 'tidur'nya. "Tidak, aku bertanya karena aku takut kamu membutuhkan aku untuk mengerjakan tugas utama aku bekerja di sini," Alsaki kecewa, dia terlalu berekspetasi terlalu tinggi dan itu membuatnya menjauhkan diri dari Keysa. "Kenapa? Apa kamu sudah berubah pikiran?" tanya Keysa yang merasa bingung dengan perubahan sikap Alsaki. "Hm," "Kalau begitu, aku harus tidur di mana?" "Di kamarku," "APA!!!" refleks, Keysa berteriak mendengar jawab
Keysa menghempaskan tubuhnya di kursi yang berada tidak jauh dari Alsaki. Keysa mendengus kesal karena Alsaki tidak mengijinkan Keysa untuk keluar dari ruangan Alsaki. "Tsk, apa kamu tidak bosan membuat aku menempel di dekat kamu?"tanya Keysa yang mulai kesal dengan tingkah Alsaki. "Tidak," jawab Alsaki yang membuat Keysa memutar bola matanya, "Aku butuh privasi, " jawab Keysa, "Aku tidak peduli," ungkap Alsaki yang tidak peduli dengan apa yang Keysa katakan, "Egois," maki Keysa, Alsaki menatap Keysa tajam dan mengabaikan Keysa. Keysa mendengus kesal ketika Alsaki mengganggunya. Keysa menatap layar ponselnya yang tertera nama salah satu sugar daddy miliknya, "Aku mau ke toilet," dusta Keysa yang membuat Alsaki mengiyakan permintaan Keysa. "Hm," Keysa bersenandung riang, dia segera menerima panggilan telfon dari salah satu sugar daddy miliknya, "Hai, Om," "Apa kabar, Key? Aku rindu, aku tidak bisa menemukan kamu di cafe. Kamu pergi ke mana, Key?" "Maaf, Keysa harus ke luar
"Aku lupa, kalau kamu tidak akan menyenangkan aku tanpa harga," ucap Alsaki, "Hm, kamu benar."jawab Keysa, "Aku tahu kamu seorang gadis yang baik," ungkap Alsaki yang membuat Keysa tertegun mendengar ucapan Alsaki. Keysa segera merespon ucapan Alsaki dan menatap Alsaki, "Jangan berlebihan memuji aku, dan perlu kamu ingat, aku bukan seorang gadis lagi, aku seorang wanita sekarang, kamu yang telah membuat aku menjadi seorang wanita." kata Keysa yang memberikan koreksi, Alsaki tersenyum mendengar apa yang Keysa katakan. Alsaki mencintai gadis yang telah berubah menjadi seorang wanita dewasa karena dirinya, "Ya, lebih tepatnya aku membantu kamu," ungkap Alsaki, "Tsk, kenapa kamu perhitungan sekali?" ketus Keysa yang tidak suka Alsaki mengungkit kejadian malam itu, malam dimana Keysa dijebak oleh Deas, kekasih gelap Keysa. "Aku tidak akan perhitungan, aku hanya mengikuti alur yang kamu buat, Keysa," aku Alsaki yang membuat Keysa menghela nafas panjang, "Yah, kamu selalu benar," timp
Keysa tidak mengerti, mengapa Alsaki harus rela malakukan hal yang membuang tenaga. Keysa menggerutu di dalam hati, mengingat apa yang Alsaki lakukan kepadanya tanpa pamrih. Kini Alsaki duduk di meja kerja Keysa yang biasa Keysa gunakan saat berada di cafe. Alsaki tertarik untuk melihat kegiatan Keysa yang tidak ketahui Alsaki dengan baik. "Ck, seharusnya aku tahu kamu tidak akan melakukan hal tanpa mempertimbangkan untung dan rugi," ungkap Keysa yang membuat Alsaki tersenyum dan menghampiri Keysa, "Kamu terlihat sangat kesal," goda Alsaki, "Ya, kamu seperi sengaja melakukan hal baik, tapi hati kamu tidak seperti ucapan kamu." ketus Keysa, "Oh," "Deas tidak mudah dihadapi, sekalipun aku mengusir dia dari hidupku, dia akan datang kembali," "Kamu mencintainya?" tanya Alsaki yang merasa penasaran dengan jawaban Keysa. Bukannya menjawab rasa penasaran Alsaki, Keysa malah tertawa dan mencibir pertanyaan yang Alsaki ajukan, "Cinta? Apa itu?" tanya Keysa, "Kamu tidak percaya dengan c
Raymon mendorong troli belanjaanya, satu per satu dia perhatikan cheklist belanja bulanan untuk keperluan cafe di tangan kirinya. Raymon tidak bisa mengandalkan Keysa saat ini, karena Keysa memutuskan untuk bekerja sebagai sekretaris Alsaki, dan hal itu membuat Raymod mendapatkan banyak tips dari Keysa. Ketika Raymond akan mengambil susu almond dalam kemasan botol besar, tiba-tiba tangannya terasa hampa karena seseorang tengah merebut apa yang ingin Raymond miliki. "Hei, Nona! Aku yang memilikinya lebih dulu," tegur Raymond membuat wanita yang ditegurnya menatap Raymond dengan tajam kemudian berpaling begitu saja,"tsk, wanita aneh! Cuaca panas begini, menggunakan masker dan topi, macam selebritis saja," gerutu Raymon yang merasa kesal dengan apa yang dilakukan sosok seorang wanita yang tengah menjauh dan mengabaikan apa yang Raymon katakan. Raymon mengalihkan ke susu almond merek lain, kemudian dia meneruskan kegiatan belanja bulanan untuk cafe. Ketika Raymon sibuk dengan merapikan
Keysa segera beranjak dari ruangan Alsaki, detak jantung Keysa terdengar tak beraturan. Keysa menghela nafasnya secara perlahan membuat Alsaki tersenyum di dalam ruangan. Setidaknya Alsaki mengetahui sedikit rahasia Keysa. Keysa berpapasan dengan Kavi yang tampak penasaran dengan apa yang terjadi, "Kamu mau ke mana, Key?" tanya Kavi yang melihat Keysa keluar dari ruangan Alsaki, "Pantry," jawab Keysa singkat dan terkesan buru-buru, "Kamu, sakit?" tanya Kavi seakan tidak puas dengan jawaban Keysa yang tampak tidak baik-baik saja, "A-aku tidak sakit," Keysa yang gugup, menjawab Kavi dengan sedikit terbata-bata, "Lalu, kenapa wajah kamu berwarna merah?" cecar Kavi yang semakin menyudutkan Keysa, "Ah! Kavi, kamu sangat menyebalkan!" protes Keysa sembari menghentakkan kedua kakinya dan membuat Kavi semakin kebingungan dengan apa yang Keysa lakukan. Keysa melewati Kavi begitu saja, mengabaikan Kavi yang saat ini bergerak berlawanan dengan arah Keysa. Kavi mengetuk pintu ruangan Alsaki