Share

bab 19

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 23:40:17

Bab 19Rahasia dalam Gulunga

----

Lei Tian menggenggam gulungan kuno itu dengan erat. Energinya masih terasa berdenyut di telapak tangannya, seolah benda ini menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar tulisan.

Bai Zhen dan Wu Yuan berdiri di sisinya, menatap dengan ekspresi penuh keingintahuan.

"Buka saja, Lei Tian," ujar Bai Zhen dengan suara pelan.

Lei Tian mengangguk. Dengan hati-hati, ia membuka gulungan itu. Begitu kertas kuno itu terbuka sepenuhnya, karakter-karakter hitam berkilauan muncul di permukaannya, seolah hidup dan bergerak sendiri.

Tiba-tiba, energi kuat meledak dari gulungan itu!

"HATI-HATI!" Wu Yuan berteriak, tapi semuanya sudah terlambat.

Kilatan cahaya bayangan menelan Lei Tian sepenuhnya. Bai Zhen dan Wu Yuan terlempar ke belakang, terbatuk-batuk akibat gelombang energi yang luar biasa.

Ketika Lei Tian membuka matanya lagi, ia berada di dunia yang berbeda.

Dimensi Bayangan!

Lei Tian berdiri di atas tanah hitam pekat, dengan langit yang dipenuhi pusaran bayangan ber
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
sangat seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   164

    Warisan Seribu Bayangan:---Serbuan Cahaya dari KegelapanLangit di atas Kota Akar Giok mendadak retak—bukan secara harfiah, tapi seolah-olah langit spiritualnya terkoyak oleh kehadiran kekuatan besar. Kabut hitam yang biasa menyelubungi kuil pusat Sekte Suci Naga Kembar terusir oleh semburat cahaya keemasan dari arah barat.Lian Tian memimpin sendiri pasukan utama. Di belakangnya, Shen Ruya, Yue Lian, dan tujuh jenderal muda dari faksi pemberontak yang kini menamakan diri Koalisi Cahaya Dalam Bayangan.“Semua posisi siap,” ujar Shen Ruya dari atas kuda api spiritualnya. “Pasukan udara akan menerobos dari utara, pasukan bayangan melilit dari selatan. Kita buka jalur tengah.”Lian Tian mengangguk. Jubah tempurnya kini berwarna perak kehitaman, bordiran naga dan burung phoenix berkilat di dadanya. Di pinggangnya, Pedang Jiwa Tertutup berdenyut halus seperti jantung kedua.> “Hari ini,” ucap Lian Tian dengan suara te

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   163

    Pengkhianatan Fei XianAroma dupa hitam masih menggantung di udara ketika Hei Zhu membuka pintu ruang meditasi pribadinya. Di belakangnya, Fei Xian menyusup masuk tanpa suara. Tatapan mereka saling mengunci dalam cahaya merah redup dari lampu giok gantung.“Kalau kau bukan pengikut sejati Sekte Suci,” Hei Zhu memulai dengan suara dingin, “kenapa kau tetap di sini?”Fei Xian tidak langsung menjawab. Ia berjalan perlahan mengelilingi ruangan, jari-jarinya menyentuh ornamen naga di dinding batu. “Karena aku sedang menunggu seseorang… yang cukup gila untuk melawan mereka dari dalam.”> “Kau pikir itu aku?”“Aku harap begitu.”Fei Xian menghentikan langkahnya di depan Hei Zhu. Cahaya lentera memantulkan siluet sayap elang yang tergurat di jubah putihnya.> “Aku dibesarkan di Balai Udara Utara,” katanya lirih. “Kami diajarkan bahwa kesetiaan mutlak adalah kemuliaan. Tapi itu semua dusta. Ayahku dihukum mat

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   162

    Warisan Seribu Bayangan:Perjamuan Berdarah di Aula Tujuh PilarAula Tujuh Pilar terletak di jantung terdalam Sekte Suci Naga Kembar. Ruangan bundar itu tidak memiliki jendela, hanya dikelilingi tujuh pilar obsidian tinggi yang masing-masing menyimpan lambang sekte kuno: Naga Ganda, Serigala Bayangan, Elang Hitam, Tikus Mata Api, Ular Darah, Burung Hantu Jiwa, dan Phoenix Terbalik.Di tengah ruangan terdapat meja batu besar berbentuk heptagon. Di atasnya, tujuh cawan emas berisi darah segar dari keturunan murni pewaris bayangan. Aroma logam menusuk udara.Hei Zhu berdiri di sisi barat laut, mengenakan jubah hitam bersulam ungu, wajahnya tenang, tapi matanya penuh waspada. Di depannya, enam pewaris lain dari faksi internal sekte menatap dingin ke arahnya.> “Hari ini kita ikrarkan sumpah bayangan,” ucap Tetua Mo Qiyan, yang memimpin ritual malam itu. Suaranya bergema oleh gema jampi pelindung yang membungkus aula.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   161

    Ruang Suci Satu, Hati Bayangan AsliRuang Suci Satu tidak seperti tempat lain di Benteng Langit Retak. Dindingnya dibangun dari batu obsidian purba yang menyerap cahaya, membuat ruangan itu senantiasa gelap meski api spiritual berkobar di sekelilingnya. Di tengah altar berbentuk spiral, berdenyut jantung kristal gelap—Hati Bayangan Asli—yang memancar aura tua dan memabukkan, seolah berasal dari zaman sebelum dunia dibentuk.Hei Zhu berdiri di ambang altar. Tubuhnya gemetar bukan karena takut… tetapi karena hawa yang terpancar dari kristal itu memanggil sesuatu yang sangat dalam di jiwanya.Sesuatu yang… akrab.> “Masuklah, murid Hei Zhen.”Suara itu datang dari atas balkon batu. Madam Fei berdiri di sana, bersama tiga tetua berpakaian ritual ungu emas. Mata mereka menyala dengan formasi pengikat jiwa.> “Kau telah melewati ujian. Dan sebagai hadiah, kau akan diberi kesempatan menyentuh warisan ini. Jika k

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   160Puncak Langit Putih: Serangan dari Dalam

    Di sisi terang dunia, Xian Wu tengah berlatih menari di atas danau bersama para biksu spiritual. Gerakannya tenang, tapi matanya kadang menatap bayangannya sendiri… seolah merindukan sesuatu yang tak bisa dijelaskan.Saat itulah, langit berubah ungu. Tiga formasi teleportasi terbuka dari udara, dan puluhan siluet bertudung muncul dari ketiadaan.“Ambil bocah itu! Jangan lukai tubuhnya!” teriak salah satu.Nyonya Guang Chen bergerak cepat. “Lindungi pewaris!”Pertarungan terjadi. Cahaya spiritual menghantam senjata bayangan. Tapi satu musuh melesat terlalu cepat — dan berhasil menangkap Xian Wu.Namun, sebelum ia menghilang…> “Hei Zhu…”Xian Wu memanggil… bukan ibunya, bukan gurunya. Tapi saudaranya.Dan di seberang lembah jauh, di tempat Hei Zhu sedang bertapa di gua bayangan…Ia membuka mata. “Xian Wu…”---Kembalinya Lian Tian ke ArenaSore itu, Lia

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   159Dua Nama, Satu Takdir

    : Asap dari ledakan Cermin Kesadaran Ganda masih menggantung di udara. Debu halus jatuh seperti abu dari langit, dan di tengah kehancuran altar kuno itu, sang bayi tetap mengambang, diselimuti aura samar yang tak bisa ditentukan: bukan murni cahaya… bukan sepenuhnya kegelapan. Shen Ruya memeluk dirinya sendiri. “Apa yang barusan kulihat…” Yue Lian masih memegangi lengan Lian Tian, wajahnya pucat. “Itu… itu bukan hanya ujian. Itu… pengungkapan.” Lian Tian melangkah pelan, mendekati sang bayi yang kini perlahan-lahan turun, mendarat di lantai batu yang hangus. Matanya terbuka. Dua bola mata—satu seputih susu tanpa pupil, satu hitam mengilat seperti malam yang meneteskan darah. Tapi bayi itu tidak menangis. Ia bicara. Ya, bicara. Suaranya terbelah, dua nada sekaligus: satu suara anak laki-laki tenang dan lembut, satu suara lain dalam dan menggema, seperti roh tu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status