Share

bab 52:

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-05-08 07:00:15

Udara terasa sunyi, namun bukan hening yang damai—melainkan kosong, seolah dunia masih belum percaya bahwa Raja Chaos benar-benar musnah. Awan yang sebelumnya selalu kelabu kini membuka celah, dan sinar matahari perlahan menembus permukaan bumi yang hancur dan menghitam.

Lei Tian masih berlutut, bahunya naik-turun. Napasnya berat. Tubuhnya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena beban kekuatan yang belum sepenuhnya ia pahami.

Jin Wu mendekat, berlutut di sampingnya, menepuk pelan punggungnya.

“Hei… masih hidup, pahlawan?”

Lei Tian mengangkat kepalanya. Wajahnya penuh keringat dan debu, tapi matanya—emas dan hitam—masih bersinar.

“Rasanya… seperti ada seluruh galaksi yang mendesak di balik mataku.”

“Kau tampak seperti seseorang yang baru saja mencicipi neraka dan kembali dengan sepotong surga,” sahut Yara, berdiri sambil membersihkan ujung jubahnya yang robek.

Yara kemudian berj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 53:

    Lei Tian mengangguk pelan. “Mereka tidak tahu… kegelapan belum benar-benar pergi.”Yara menyusul dari belakang, rambutnya dikepang dua, wajahnya lebih tenang dari biasanya. Ia membawa sekantong kue kacang dan menyerahkannya ke Lei Tian.“Untuk kenangan. Ini dari bibi tua penjual di ujung jalan. Dia bilang kamu dulu sering ngutang.” Lei Tian terkekeh kecil, menerima kantong itu. “Aku ingat… waktu itu aku kabur dari kejaran penjaga karena tak bayar.”Semuanya tertawa. “Kamu tidak pernah berubah,” sindir Yara, tersenyum tipis.Lei Tian membuang wajah, “Tapi aku takkan pernah punya waktu untuk berubah lebih jauh lagi, bukan?”Yara terdiam. Suasana beku sesaat. Matanya sedikit redup. Ia menggigit bibirnya sebelum berkata: “Jadi kau benar-benar akan pergi… ke dimensi bayangan?”Lei Tian menatap langit. “Jika aku tetap di sini, aku akan menjadi ancaman seperti Chaos

    Last Updated : 2025-05-09
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 54:

    Suasana membeku. Lei Tian memejamkan mata, menundukkan kepala.“Aku tak minta dimaafkan. Tapi aku ingin kau tahu… aku pun tak pernah tidur nyenyak sejak hari itu.”Jin Wu menarik napas panjang, lalu menenggak arak dari cangkirnya. Ia menghela napas keras, lalu berkata lirih:“Tiga tahun lamanya aku ingin membunuhmu.”Mendengar itu Lei Tian tak terkejut. Ia hanya menatap lurus ke depan, tenang. “Kenapa tidak sekarang saja? Hentikan semua ini sebelum aku berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk dari Chaos.”Jin Wu beralih memandangnya. Untuk pertama kalinya, wajahnya menampakkan luka yang tak terlihat—rasa kecewa, kehilangan, dan keraguan.“Karena… meski aku membencimu, aku juga tahu… kau satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia ini,” katanya sambil menatap jauh.Lei Tian perlahan berdiri. Debu tanah menempel di lutut jubahnya. Angin berembus pelan, mengibarkan helai

    Last Updated : 2025-05-09
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab 1: Anak Jalanan Kota Wushan

    Pemilik Kitab Seribu Bayangan------Kota Wushan tidak pernah tidur. Di gang-gang sempit dan pasar yang hiruk-pikuk, suara pedagang bercampur dengan teriakan petarung jalanan yang mencari nafkah dari pertarungan ilegal. Bau asap dari kedai arak memenuhi udara, bercampur dengan wangi dupa dari kuil tua di ujung kota.Di antara kerumunan yang riuh, seorang pemuda bertubuh kurus namun berotot berdiri di tengah arena tanah yang dikelilingi oleh puluhan penonton. Pakaiannya lusuh, wajahnya berdebu, tapi matanya menyala penuh semangat. Dia adalah Lei Tian, seorang yatim piatu yang hidup dari pertarungan jalanan."Lima perak untuk yang bisa menjatuhkan bocah ini dalam sepuluh jurus!" seru seorang pria gempal yang bertindak sebagai bandar taruhan.Tantangan itu langsung disambut oleh seorang pria berbadan besar dengan tato naga di lengannya."Aku akan menghancurkan bocah ini dalam lima jurus!" pria bertato itu menyeringai sambil memutar bahunya.Lei Tian menghela napas pendek. Ini bukan perta

    Last Updated : 2025-04-04
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab 2 Langkah Pertama dalam Kegelapan

    Di dalam kuil tua yang terlupakan, Lei Tian memulai perjalanan yang akan mengubah dunia persilatan selamanya.Lei Tian duduk bersila di atas lantai batu, kitab kuno terbuka di pangkuannya. Cahaya obor yang redup membuat tulisan dalam gulungan itu tampak seperti berkilauan, seolah memiliki nyawa sendiri.Pengemis tua itu berdiri di hadapannya, matanya tajam mengawasi pemuda itu."Sebelum kau mulai mempelajari ilmu ini, kau harus memahami satu hal," katanya dengan suara dalam. "Teknik Seribu Bayangan bukan sekadar jurus tipu daya. Ia adalah seni mengendalikan keberadaanmu sendiri. Jika kau gagal menguasainya, bayanganmu sendiri bisa menjadi musuh yang akan membunuhmu."Lei Tian menatapnya, menelan ludah. "Apa maksudmu?"Pengemis itu mengangkat satu jarinya, lalu membuat gerakan cepat dengan tangannya. Tiba-tiba, bayangannya di dinding bergerak sendiri, seolah memiliki kesadaran.Lei Tian tersentak. "Bagaimana mungkin?""Ini adalah inti dari teknik ini. Kau tidak hanya menciptakan klonin

    Last Updated : 2025-04-04
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab 3 Bayangan yang Patuh

    Master Yu berdiri di sudut ruangan, mengamati murid barunya. "Kau baru saja merasakan sisi berbahaya dari ilmu ini. Namun, jika kau ingin menjadi ahli sejati, kau harus belajar mengendalikan bayanganmu, bukan sekadar menciptakannya."Lei Tian mengangguk tanpa ragu. "Aku siap."Master Yu tersenyum tipis. "Baik. Coba lagi."Menciptakan Bayangan yang Bisa DikendalikanLei Tian menarik napas dalam-dalam. Ia kembali fokus pada bayangannya yang terpantul di dinding batu. Kali ini, ia tidak hanya ingin membuatnya muncul, tetapi juga memastikan bayangan itu tetap berada di bawah kendalinya.Ia mengulurkan tangan, mengalirkan energinya.Sedikit demi sedikit, bayangannya mulai berubah. Tubuhnya tampak lebih padat, tidak lagi sekadar siluet samar. Namun kali ini, Lei Tian tidak membiarkan bayangan itu bergerak sendiri.Aku adalah tuannya. Bayangan ini hanya alat.Matanya membelalak saat bayangan itu tetap diam, menunggu perintahnya.Master Yu mengangguk. "Bagus. Sekarang, coba perintahkan bayang

    Last Updated : 2025-04-04
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab 4 Jejak Para Pemburu

    Fajar baru saja menyingsing ketika Lei Tian membuka matanya. Seluruh tubuhnya terasa pegal setelah latihan semalam, tetapi semangatnya tidak padam. Ia duduk bersila, mengatur napas, dan mulai mengalirkan energi ke seluruh tubuhnya.Bayangannya di dinding perlahan bergerak, mengikuti perintahnya dengan lebih mulus dibanding sebelumnya.'Aku semakin menguasainya.'Namun, sebelum ia sempat melanjutkan latihannya, Master Yu masuk ke ruangan dengan ekspresi serius."Kita ada masalah."Lei Tian berdiri. "Apa yang terjadi?"Master Yu menatapnya tajam. "Kau sudah menjadi buronan."Di atas meja kayu, Master Yu meletakkan selembar kertas pengumuman. Wajah Lei Tian tergambar di sana, dengan tulisan besar di bawahnya:"Buronan! Pemilik Kitab Bayangan! Hadiah 500 tael emas bagi siapa pun yang menangkapnya hidup atau mati!"Lei Tian menegang. "Siapa yang menyebarkan ini?"Master Yu menghela napas. "Klan Tianlong."Lei Tian mengepalkan tinjunya. "Mereka sudah tahu keberadaanku?""Mungkin belum secar

    Last Updated : 2025-04-04
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab 5 : Langkah Menuju Pembalasan

    Master Yu menatap jauh ke arah timur. "Ada satu tempat di mana kau bisa belajar lebih banyak tentang Kitab Seribu Bayangan dan juga sejarah keluargamu.""Di mana?""Lembah Hitam."Lei Tian menyipitkan mata. Ia pernah mendengar nama itu—sebuah tempat yang dihuni oleh para pendekar buangan dan pembunuh bayaran. Jika ia ingin menjadi lebih kuat, mungkin di sanalah jawabannya.Mereka tidak membuang waktu. Tanpa banyak bicara, Lei Tian dan Master Yu segera bergerak menuju Lembah Hitam.Namun, saat mereka tiba di sebuah desa kecil untuk beristirahat, firasat buruk mulai menggelayuti Lei Tian."Ada yang mengawasi kita," bisiknya kepada Master Yu.Master Yu tampak tenang, tetapi tatapan matanya menajam. "Siap-siap."Tak lama, empat pria berpakaian serba hitam muncul dari bayangan. Wajah mereka tertutup topeng, dan masing-masing membawa senjata berbeda—pedang, tombak, belati, dan rantai berduri."Lei Tian, ikutlah dengan kami tanpa perlawanan," salah satu dari mereka berkata dengan suara dingi

    Last Updated : 2025-04-04
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Gerbang Lembah Hitam

    Langit memerah, matahari tenggelam di balik pegunungan berbatu saat Lei Tian dan Master Yu berdiri di tepi jurang yang menganga. Di bawahnya, Lembah Hitam membentang seperti lubang neraka, kabut kelam menyelimuti dasar yang tak terlihat. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, seolah lembah itu sendiri memiliki nyawa dan sedang mengawasi mereka.Lei Tian menggenggam gagang pedangnya erat-erat."Jadi ini Lembah Hitam?"Master Yu mengangguk, tatapannya penuh kewaspadaan. "Tempat ini bukan hanya sekadar tempat pelarian para buronan. Ini adalah sarang dari mereka yang tak diinginkan dunia persilatan, orang-orang yang memilih hidup dalam bayangan."Lei Tian menatap jembatan tua yang terbentang di hadapannya. Kayunya lapuk, tali-temalinya berderit diterpa angin. Namun, yang lebih mencurigakan adalah suasana mencekam yang mengelilinginya—seakan sesuatu sedang menunggu di dalam kabut."Bagaimana kita masuk?" tanyanya.Master Yu menunjuk jembatan itu. "Hanya ada satu jalan. Tapi aku yakin

    Last Updated : 2025-05-01

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 54:

    Suasana membeku. Lei Tian memejamkan mata, menundukkan kepala.“Aku tak minta dimaafkan. Tapi aku ingin kau tahu… aku pun tak pernah tidur nyenyak sejak hari itu.”Jin Wu menarik napas panjang, lalu menenggak arak dari cangkirnya. Ia menghela napas keras, lalu berkata lirih:“Tiga tahun lamanya aku ingin membunuhmu.”Mendengar itu Lei Tian tak terkejut. Ia hanya menatap lurus ke depan, tenang. “Kenapa tidak sekarang saja? Hentikan semua ini sebelum aku berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk dari Chaos.”Jin Wu beralih memandangnya. Untuk pertama kalinya, wajahnya menampakkan luka yang tak terlihat—rasa kecewa, kehilangan, dan keraguan.“Karena… meski aku membencimu, aku juga tahu… kau satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia ini,” katanya sambil menatap jauh.Lei Tian perlahan berdiri. Debu tanah menempel di lutut jubahnya. Angin berembus pelan, mengibarkan helai

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 53:

    Lei Tian mengangguk pelan. “Mereka tidak tahu… kegelapan belum benar-benar pergi.”Yara menyusul dari belakang, rambutnya dikepang dua, wajahnya lebih tenang dari biasanya. Ia membawa sekantong kue kacang dan menyerahkannya ke Lei Tian.“Untuk kenangan. Ini dari bibi tua penjual di ujung jalan. Dia bilang kamu dulu sering ngutang.” Lei Tian terkekeh kecil, menerima kantong itu. “Aku ingat… waktu itu aku kabur dari kejaran penjaga karena tak bayar.”Semuanya tertawa. “Kamu tidak pernah berubah,” sindir Yara, tersenyum tipis.Lei Tian membuang wajah, “Tapi aku takkan pernah punya waktu untuk berubah lebih jauh lagi, bukan?”Yara terdiam. Suasana beku sesaat. Matanya sedikit redup. Ia menggigit bibirnya sebelum berkata: “Jadi kau benar-benar akan pergi… ke dimensi bayangan?”Lei Tian menatap langit. “Jika aku tetap di sini, aku akan menjadi ancaman seperti Chaos

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 52:

    Udara terasa sunyi, namun bukan hening yang damai—melainkan kosong, seolah dunia masih belum percaya bahwa Raja Chaos benar-benar musnah. Awan yang sebelumnya selalu kelabu kini membuka celah, dan sinar matahari perlahan menembus permukaan bumi yang hancur dan menghitam.Lei Tian masih berlutut, bahunya naik-turun. Napasnya berat. Tubuhnya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena beban kekuatan yang belum sepenuhnya ia pahami.Jin Wu mendekat, berlutut di sampingnya, menepuk pelan punggungnya. “Hei… masih hidup, pahlawan?”Lei Tian mengangkat kepalanya. Wajahnya penuh keringat dan debu, tapi matanya—emas dan hitam—masih bersinar. “Rasanya… seperti ada seluruh galaksi yang mendesak di balik mataku.” “Kau tampak seperti seseorang yang baru saja mencicipi neraka dan kembali dengan sepotong surga,” sahut Yara, berdiri sambil membersihkan ujung jubahnya yang robek.Yara kemudian berj

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 51:

    “Aku hanya ingin... dikenang.”Lei Tian menyentuh kepala anak itu. Cahaya menyebar dari telapak tangannya.“Kalau begitu, biarkan aku... mengakhirinya dengan tenang.”Dan dalam sekejap, dunia dalam kesadaran itu hancur—bukan karena kebencian, tapi karena penerimaan.-Kabut itu menjerit.Begitu kesadaran Lei Tian masuk lebih dalam dan menyentuh inti Raja Chaos, dunia bayangan mulai retak seperti cermin dihantam palu. Retakan itu menyebar cepat, memecah lapisan demi lapisan dimensi yang melilit makhluk purba itu selama ribuan tahun.Tubuh raksasa Raja Chaos menggeliat liar di dunia luar. Dari setiap pori tubuhnya, semburan bayangan keluar bagaikan darah kotor. Jin Wu dan Yara terus bertahan, tapi napas mereka kini berat, gerakan mereka tersendat. Luka mulai menghiasi tubuh keduanya.“Dia... dia sekarat!” teriak Yara, sembari mengayunkan tongkatnya yang berpendar makin redup.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 50: Raja Chaos dari Dalam Gerbang

    Langkah kaki Lei Tian terhenti saat tanah di bawahnya menggeliat seperti makhluk hidup. Setiap jejak yang ia tinggalkan mengeluarkan suara lengket dan basah. Dunia di dalam Gerbang Ketiga ini bukan hanya gelap—ia hidup, dan ia menolak kehadiran cahaya.Yara menggenggam tongkatnya erat. Ujungnya menyala redup, mengusir sebagian kabut kelabu yang menggantung. Jin Wu berada di belakang mereka, sorot matanya tajam, tapi ada kegamangan yang tak biasa di wajahnya.“Ini… bukan dunia,” bisik Yara. “Ini... kesadaran.”Lei Tian mengangguk perlahan. “Kesadaran Raja Chaos. Inilah bentuk pikirannya… sebelum ia terperangkap ribuan tahun lalu.”Langit di atas mereka terus berdenyut seperti dinding jantung, dan dari segala arah terdengar bisikan tak berujung.“Kembali… kembali… darahmu adalah milik kami…”Tiba-tiba, tanah di depan mereka membelah, dan dari celah itu muncul sosok yang begitu tinggi hingga menyentuh l

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 49:Gerbang Ketiga dan Kelahiran Kegelapan Baru

    Hening.Setelah ledakan cahaya yang menyelimuti puncak altar, dunia seolah menahan napas. Debu masih berjatuhan perlahan. Angin berhenti berhembus. Burung-burung bayangan yang biasa berputar di atas langit Bayangan Timur menghilang—lenyap ke celah realitas.Lei Tian berdiri pelan dari reruntuhan. Napasnya berat. Luka-luka di tubuhnya menghitam dan pulih sendiri—bukti bahwa kekuatan Raja Bayangan masih mengalir dalam nadinya.“Kau menang, untuk saat ini,” bisik suara bayangan dalam benaknya. Bukan dari Raja Bayangan, tapi dari warisan kekuatan yang kini menyatu dengannya.Lei Tian menatap tangannya. Urat-uratnya tampak seperti aliran tinta hitam di atas kulit. Sesekali berkilat samar keemasan. Cahaya dan kegelapan itu belum sepenuhnya berdamai. Tapi untuk saat ini, dia bisa mengendalikannya.Tiba-tiba…DUM!Suara guntur meledak dari langit. Tapi bukan suara biasa—melainkan gema dari dimensi lain. Langit di atas altar mulai menghitam, lalu robek perlahan seperti kain tua. Retakan bercah

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 48:Warisan Bayangan dan Pertarungan Jiwa

    : Langkah kaki Lei Tian terdengar berat di tengah kehancuran altar. Debu dan sisa-sisa segel beterbangan ditiup angin malam yang tajam. Matanya tak lepas dari sosok Raja Bayangan yang berdiri gagah di tengah pusaran energi hitam yang terus tumbuh dan meliuk-liuk seperti ular lapar.Raja Bayangan membuka kedua lengannya, seolah menyambut sesuatu. “Akhirnya, darahku dan darah mereka yang mengkhianatiku... bertemu dalam satu tubuh.”Lei Tian menggertakkan giginya. Nafasnya memburu, dan tangan kirinya sedikit bergetar. Bukan karena takut, tapi karena hawa jahat yang menyerang pikirannya, mencoba menyusup masuk ke dalam batinnya.“Aku bukan penerusmu!” seru Lei Tian lantang.Raja Bayangan tertawa. Suaranya berat dan bergema, membuat tanah bergetar pelan. “Oh, kau salah, anak muda. Kau adalah jelmaan sempurna antara terang dan gelap. Dilema abadi yang kubutuhkan untuk membuka Gerbang Ketiga.”Lei Tian melangkah maju dengan mata menyala. “Gerbang Ketiga itu akan menghancurkan dunia nyata.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 47:Kilas Balik — Asal Usul Raja Bayangan

    Gelap.Namun bukan gelap biasa. Ini adalah gelap yang terasa hidup. Gelap yang bernapas.Lei Tian mendadak kehilangan kesadaran atas tubuhnya. Saat dia membuka matanya, dunia di sekeliling telah berubah. Langitnya berwarna merah darah, tanahnya menghitam seperti arang, dan udara terasa berat seperti ditarik ke dalam pusaran waktu.“Apa ini…?” gumamnya, berdiri dengan langkah limbung.Sebuah suara menggema dari langit—serak, tua, dan berlapis gema aneh.“Kau dipanggil… oleh ingatan yang terikat darah. Karena kau adalah garis terakhir dari mereka yang memenjarakan Raja Bayangan.”Kata-kata itu terulang-ulang dan suaranya menggema.Dunia sekitar bergerak. Tanah bergetar dan terbuka, menampilkan sepotong kenangan: sebuah medan perang purba. Ribuan pasukan berjubah gelap berdiri melawan cahaya—pasukan bayangan melawan serdadu kerajaan langit. Suara pedang, teriakan, dan sihir memecah langit.Lei Tian terdiam, tubuhnya gemetar. “Ini… perang dimensi kuno…”Seseorang berdiri di tengah medan t

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 46: Dia yang Disegel

    Kilatan cahaya keemasan di ujung pedang Lei Tian perlahan meredup, tergantikan oleh aura gelap yang mulai merambat dari altar batu yang retak. Tanah bergetar, diselingi semburan energi hitam yang naik dari celah-celah bebatuan. Udara menjadi berat, seperti ada beban ribuan tahun yang membebani paru-paru.Lei Tian menarik napas dalam, pundaknya terangkat lalu turun perlahan. Tangannya masih menggenggam pedang dengan erat, tapi jari-jarinya tampak menegang, seolah tubuhnya bersiap menghadapi sesuatu yang jauh lebih mengerikan.“Xiao Mei… mundurlah. Ada sesuatu yang tidak beres.” Suaranya serak, tapi tegas.Dari kejauhan, Xiao Mei berdiri dengan napas terengah, rambutnya berantakan dan sebagian tubuhnya penuh goresan luka. “Tian! Aku bisa rasakan… energi di bawah altar itu bukan berasal dari dunia ini!”Cahaya di altar semakin terang—tapi bukan cahaya biasa. Itu cahaya gelap, menghisap segala terang di sekitarnya. Simbol-simbol purba di permukaan batu menyala merah darah, berputar perlah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status