Share

Buka Kakimu

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-08-21 23:17:07

Luna memejamkan mata ketika jarak mereka tinggal beberapa sentimeter. Jantungnya berdebar tak karuan, tapi suara Devan terdengar begitu jauh—membuatnya refleks membuka mata.

“Duduk,” ucap Devan datar.

Luna tertegun. Sejak kapan pria itu sudah duduk di kursinya? Seketika wajahnya panas sendiri. Kenapa tadi ia harus memejamkan mata? Malu sekali rasanya.

Dengan gugup, Luna melangkah mendekat lalu duduk di hadapan Devan.

Tak lama kemudian, Devan mengambil sebuah map berwarna merah dan meletakkannya di atas meja, tepat di depan Luna.

“Ingat, dalam perjanjian utang piutang ini, kalau sampai ada syarat yang kamu langgar, maka kamu harus membayar dua kali lipat dari uang yang sudah saya keluarkan."

"Baik, Pak."

"Dan satu lagi, nanti jam tujuh malam, saya tunggu kamu di rumah saya.”

Mata Luna melebar. Pergi ke rumah pria ini? Apa kata tetangga nanti. Devan memang lajang, sementara dirinya sudah bersuami—meski kini hanya seorang istri yang terpaksa menjual diri pada sang atasan. Bagaimana caranya ia menolak?

“Tapi, Pak—” baru saja ia hendak membantah, suara Devan kembali membuat Luna bungkam.

“Saya tidak mau mendengar penolakan. Silakan baca isi perjanjiannya. Kalau setuju, tanda tangani. Setelah itu, saya akan langsung memberikan pinjaman dua miliar rupiah untukmu.”

Luna menelan ludah. Dengan tangan gemetar, ia meraih map merah itu, lalu membuka lembar demi lembarnya. Napasnya tercekat ketika membaca isinya.

Ia diwajibkan memenuhi semua permintaan Devan selama utang itu belum lunas. Ia harus siap ikut dalam perjalanan dinas ke luar negeri maupun luar kota, mendahulukan urusan kantor di atas urusan pribadi, tidak boleh datang terlambat, siap lembur, dan wajib menemani Devan dalam setiap acara yang ada urusannya dengan kantor.

Dan yang paling menghancurkan harga dirinya adalah poin terakhir menyatakan bahwa ia dilarang melibatkan perasaan dalam hubungan mereka. Di sana tertulis jelas kalau dirinya hanyalah pemuas hasrat atasannya.

Luna menarik napas panjang. Tak ada pilihan lain yang ia punya. Menolak berarti membatalkan pinjaman, dan itu sama saja akan membuat hidupnya seperti di neraka.

Dengan hati yang hancur, Luna akhirnya menandatangani perjanjian itu. Sejak detik itu juga, ia tahu harga dirinya telah tergadai… kepada Devan.

“Su–sudah, Pak,” ucap Luna. Dia menyerahkan kembali map itu kepada Devan.

Devan meraih map itu untuk memastikan Kalau tidak ada yang dilewati oleh Luna. Setelah semuanya ditandatangani oleh sekretarisnya, pria itu pun memasukkan mat tersebut ke dalam laci kerjanya.

“Mulai sekarang kamu harus patuh pada perintah saya sampai utang itu lunas,” ujar Devan.

Luna mengangguk dan menjawab, “baik, pak.”

“Saya tidak peduli uang itu mau kamu pakai apa. Yang saya mau kamu harus ada setiap kali saya menginginkanmu. Saya tak peduli kamu istri orang atau bukan, karena jaminan untuk utang itu adalah pelayanan terbaikmu di atas ranjang.”

Kenapa sakit sekali rasanya mendengar ucapan Devan? Kalau seperti ini semakin jelas jika Luna menjual dirinya pada sang tetangga. Sampai kapan semua ini terjadi? Lalu bagaimana kalau Arkana mengetahui kalau Luna tidur dengan sahabat masa kecilnya?

“Ya Tuhan, berat sekali ujian hidup yang harus saya lalui,” Luna membatin. Tapi suara Devan kembali membuyarkan lamunannya.

“Ngomong-ngomong kenapa tidak pinjam uang ke bank? Bukankah suamimu bisa jaminkan rumahnya untuk mendapat pinjaman?” tanya Devan.

Luna menarik napas berat, “Semua surat-surat berharga termasuk sertifikat rumah sudah digadaikan ke bank, Pak. Dan semua uangnya dibawa kabur oleh orang kepercayaannya.”

Tak ada yang Luna tutup-tutupi dari Devan. Karena memang itulah yang sebenarnya terjadi.

“Apa kamu yakin kalau uangnya dibawa kabur bawahannya? Atau jangan-jangan dia suka main perempuan dan berjudi?”

Luna terdiam. Karena memang dia tidak tahu alasan lain, selain semua harta Arkana dibawa kabur oleh orang kepercayaannya.

“Kemarilah,” panggil Devan.

Luna mematung. Apa yang akan dilakukan pria ini? pikirnya.

Devan memundurkan kursi kebesarannya seakan memberi ruang untuk Luna berdiri di depannya. Pria itu sekali lagi memanggil Luna, “ayo mendekatlah kalau mau bawa uang dua miliar pulang,” ucap Devan dengan wajah datar.

Luna berdiri dan mendekati atasannya. Jantungnya berdegup kencang. Langkahnya terhenti persis di samping  Devan. Pria itu memutar kursinya dan kini keduanya sudah berhadap-hadapan. 

“Duduk,” ucap Devan sambil menepuk pangkuannya.

“Sa–saya-” Luna tak sanggup melanjutkan ucapannya. Wajahnya pucat membayangkan harga dirinya hancur hanya karena memenuhi permintaan suaminya.

“Kalau mau bawa pulang cek itu sekarang, maka lakukan yang saya perintahkan,” ucapan Devan lebih dingin dari AC ruang kerjanya.

Dengan gugup Luna melakukan permintaan Devan. Dia duduk di atas pangkuan pria itu. Tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin membasahi tubuhnya kala tangan Devan menyentuh paha Luna. Dan sialnya hari ini Luna memakai rok hitam membuat paha rampingnya yang ada noda lebam terlihat oleh Devan.

Tangan Devan menyentuh noda lebam itu namun tak ada komentar apapun darinya.

“Lebarkan kakimu, Luna,” ucap Devan.

“Tapi, pak-”

“Kamu hanya boleh menuruti ucapan saya,” ucap pria itu.

“To–tolong jangan lakukan itu, pak,” pintanya memelas meski Luna tahu itu tidak akan mengubah apapun.

“Buka kakimu-” kata Devan sekali lagi.

Luna menelan ludah dan membuka lebar kakinya. Tanpa ragu Devan memasukan jarinya ke dalam goa sempit sang sekretaris. Luna nyaris tak bisa bernapas kala untuk pertama kali area sensitifnya disentuh lelaki lain yang bukan suaminya.

“Paaaaaak-” Luna refleks mengalungkan tangannya di leher pria itu. Sentuhan Devan semakin dalam membuat Luna melenguh.

“Kamu sudah basah, Lun,” ucap Devan membuat wajah Luna seperti buah tomat. Ingin menolak, tapi ini salah satu syaratnya untuk pinjaman itu. 

Devan menarik tangannya. Luna seketika berdiri dan merapikan penampilannya. Devan membersihkan jarinya dengan tisu.

“Gimana rasanya?” tanya Devan. Namun tak ada jawaban dari Luna.

Melihat Luna terdiam Devan lalu mengeluarkan cek sebesar 2 miliar.

“Ingat, mulai detik ini juga tubuhmu sudah dijadikan jaminan utang.”

Luna mengangguk, “ba–baik, pak,” jawabnya.

“Ambil, dan keluarlah. Ingat nanti malam kamu tidak boleh datang terlambat.”

Luna kembali mengangguk. Dia pun akhirnya kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat tertunda. Luna duduk di kursinya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan mencoba menyembunyikan rasa malunya. Namun semua sudah terjadi dan mungkin setelah ini akan sering ada kegiatan panas di balik ruang kerja atasannya. Tak ingin larut memikirkan rasa malunya, Luna bergegas melanjutkan pekerjaannya.

Beberapa jam kemudian, ketika jam pulang kantor tiba dan setelah memastikan Devan pulang lebih dulu, Luna bergegas memesan taksi online. Dia akan ke kantor suaminya untuk memberikan cek dua miliar ini.

Dua puluh menit kemudian, Luna tiba di klub malam milik suaminya. Tanpa ragu ia masuk, lalu naik ke lantai dua menuju ruang kerja Arkana. Meski tempat itu baru buka 2 jam lagi, ia yakin suaminya sudah ada di sana.

Dengan perasaan lega karena membawa cek dua miliar, Luna membuka pintu sambil tersenyum kecil. Namun niat ingin memberi kejutan pada suaminya, justru dirinya yang dibuat terkejut oleh pria itu.

Ceklek

Mata Luna terbelalak. Napasnya tercekat saat melihat Arkana sedang memangku seorang wanita seksi dan berciuman penuh hasrat. Bahkan pakain keduanya sudah berantakan. Sontak tubuh mereka menjauh saat melihat pintu terbuka.

Cek yang Luna genggam terlepas jatuh ke lantai. Air matanya menetes tanpa bisa ditahan. Dadanya sakit seperti diremas tangan tak kasat mata, seakan semua pengorbanan yang ia lakukan tidak pernah berarti apapun untuk Arkana.

“Siapa yang menyuruhmu masuk tanpa izin, huh?” bentak Arkana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bastian Azis
luna wanita bodoh oon suami selingkuh ga tau oon banget,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Atasanku   Ramah

    Pesta yang dipersiapkan Devan benar-benar megah dan terasa hidup sejak langkah pertama memasuki ballroom hotel bintang lima itu. Ruangan luas tersebut sudah berubah total menjadi dunia lain yang penuh imajinasi. Dekorasi bernuansa Taman Langit dan sentuhan princess mendominasi seluruh sudut ruangan. Langit-langit ballroom dihiasi instalasi awan putih lembut, lampu berkilau, serta rangkaian bunga pastel yang digantung berlapis-lapis. Cahaya lampu dibuat hangat, memantul lembut di lantai marmer mengilap, menciptakan kesan mewah tanpa terasa berlebihan. Setiap detail terlihat dipikirkan dengan matang, seolah pesta ini memang disiapkan untuk dikenang sepanjang masa.Para tamu undangan sudah mulai berdatangan sejak sore. Keluarga besar Wijaya hadir lebih dulu dan langsung mengambil peran sebagai tuan rumah. Nyonya Wijaya terlihat anggun dan berwibawa, menyambut setiap tamu dengan senyum hangat yang tak pernah lepas dari wajahnya. Usianya memang tak lagi muda, tetapi sikap dan caranya me

  • Pemuas Hasrat Atasanku   Pujian

    Di sisi lain, Amel dan keluarga kecilnya pun tengah bersiap datang ke acara ulang tahun El dan Nia.Amel berdiri cukup lama di depan cermin besar di kamarnya. Gaun merah darah yang ia kenakan melekat sempurna di tubuhnya, super mini dan ketat, menonjolkan setiap lekuk yang dengan sengaja ingin ia perlihatkan. “Cantik sekali, Bu,” ucap pelayan yang membersihkan kamar Amel. Sang pelayan tahu majikannya ini gila pujian.“Makasih, mbak. Menurutmu aku pantas gak pakai pakaian ini?” tanya Amel masih menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sang pelayan menghentikan aktivitasnya lalu menjawab, “tentu saja sangat pantas, Bu. Saya saja sampai pangling melihatnya. Ibu seperti ABG,” pujinya lagi. Berharap dirinya dapat bonus atas pujian itu. Dan benar saja, Amel mengeluarkan tiga lembar uang berwarna merah yang ada foto pahlawan. “Ini untuk kamu, mbak,” ucapnya.“Terima kasih, Bu,” jawabnya. Dia bahagia punya Bos seperti Amel. Hanya dengan pujian saja dia bisa dapat duit lebih.Pelayan pun

  • Pemuas Hasrat Atasanku   Mau Sekarang!

    “Mom, bagaimana kalau kita berangkat ke hotel sekarang?” Nia merasa kalau sang Daddy pasti ikut aja keputusan sang mommy jadi dia lebih memilih untuk membujuk sang Mommy yang susah dibujuk.Luna menoleh ke arah putrinya, lalu tersenyum kecil. “Bentar lagi, sayang. Masa ulang tahun kayak gini doang penampilannya? Dandan dululah,” balas sang Mommy.Nia langsung mendekat dan menarik tangan Luna, wajahnya memelas tapi sangat terlihat penuh semangat. Sudah lama dia dan kakak kembarnya menunggu hari ini tiba. “Ya ayo, Mom. Kita dandan sekarang,” bujuknya lagi sedikit memaksa.Luna tertawa pelan. Ia paham betul sifat Nia yang selalu ingin serba cepat. “Periasnya aja belum datang. Sabarlah dulu, kita harus makan dulu biar nanti gak lapar di sana,” jawab Luna.Nia berhenti sejenak, lalu menatap Luna dengan wajah polos yang membuat siapa pun jadi sangat gemas sama tukang onar cantik ini. “Memangnya di tempat ulang tahun gak ada makanan, Mom?” tanya Nia. Baginya alasan sang mommy gak masuk akal

  • Pemuas Hasrat Atasanku   Prepare

    “Mom, apa Daddy akan pulang telat lagi?” Sudah beberapa hari ini Devan pulang melewati batas jam pulang. El selalu sedih kalau sang Daddy gak ada saat mereka makan malam bersama. Kadang sang Daddy berangkat kerja saat mereka masih terlelap dan pulang setelah mereka kembali tidur di malam hari. El sedih gak bisa bermain sama Daddy-nya.“Semoga hari ini pekerjaan Daddy lancar jadi bisa pulang tepat waktu,” jawab Luna.Keduanya mengangguk. Luna memang tak pernah memberi jawaban pasti kepulangan Devan pada anak-anaknya. Dia takut kalau tiba-tiba sang suami ada pekerjaan di kantor sehingga menyebabkannya kembali terlambat pulang. Luna yang sudah pernah menjadi sekretaris Devan tentu tahu betul pekerjaan yang sering menyita waktu. Terlebih perusahaan Devan sekarang jauh lebih berkembang ketimbang saat dirinya masih menjadi sekretaris sang suami. “Hmmmm, El nanti mau berdoa sama Tuhan biar Daddy pulang tepat waktu,” ucap El.“Me too,” jawab Nia.Luna menyajikan makan siang untuk anak-anakn

  • Pemuas Hasrat Atasanku   Penutup Wajah

    “Kamu ngapain tidur di kamar aku? Kalau istrimu bangun gimana?” pekik Maria terkejut saat tangan kokoh menggerayangi tubuhnya. Dan Maria tahu ini pasti Arkana.“Dia kalau tidur kayak orang mati. Besok pagi baru bangun. Tadi aku kurang puas, sayang,” jawab Arkana. Tangannya meremas dada Maria. Dia benar-benar kecanduan untuk menghisap dada besar itu. Aku lagi selama 3 tahun ke belakang dia tak menyentuh Maria. Bahkan Arkana jauh lebih merindukan untuk menyentuh Maria ketimbang Briella.“Tapi tetap saja ini bahaya, sayang,” ucap Maria. Dia mencoba mendorong tubuh Arkana agar menjaga, justru pria itu semakin menempel. “Dia gak akan bangun, sayang.”Akhirnya Maria menyerah. Dia membiarkan Arkana membuka seluruh pakaiannya, lagian Maria juga tadi memang belum puas saat berhubungan badan dengan Arkana, dia takut Amel keluar dari kamar mandi sementara mereka masih memadu cinta.“Kenapa kamu gak nyentuh istrimu saja?” tanya Maria.“Tubuhmu lebih menggoda dan membuatku tak bisa tidur,” balas

  • Pemuas Hasrat Atasanku   Chapter 311

    Ternyata keinginan Amel untuk disentuh oleh Arkana kandas sudah. Saat dia keluar dari kamar mandi justru Arkana sudah terlelap di atas ranjang bahkan mengenakan pakaian tidur lengkap. Arkana memang jarang sekali pergi seperti dulu, tapi entah kenapa karena seperti tak memiliki nafsu seperti dulu. Rasanya mustahil kalau Arkana memiliki perempuan lain di luar sana yang menjadi pelampiasan nafsunya. Sementara dia selalu ada di rumah dan kalaupun pergi tidak terlalu lama. “Kenapa ya? Apa dia gak nafsu sama aku, atau-” Tak ingin mengotori pikirannya sendiri dengan hal-hal yang menyakitkan hati, Amel pun memilih menganggap kalau Arkana saat ini sedang kelelahan. Lalu dia teringat dengan ucapan Luna yang memintanya melihat rekaman CCTV. Kebetulan CCTV hanya ia pasang di luar rumah. Dan itu pun baru ia pasang setelah ia benar-benar kembali lagi ke rumah ini ketika Bu Yuli sudah tiada. Amel langsung mengambil ponselnya, untuk segera melihat kebenaran yang sebenar-benarnya. “Kalau sampai Lu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status