“Tapi, Pak—” “Saya sedang banyak pekerjaan. Kalau kamu tidak mau, silahkan keluar,” potong Devan datar tanpa mengangkat wajahnya dari tumpukan dokumen di depannya. Luna menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan. Ia lalu kembali menatap Devan. Sepertinya tak ada jalan lain untuk mendapatkan pinjaman itu. “Sa–saya mau, Pak,” ucapnya gugup. Devan hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus pada berkas di mejanya. “Besok jam makan siang, kamu tanda tangani surat perjanjiannya. Setelah itu, baru saya akan berikan ceknya,” ucap Devan, tetap tanpa menoleh ke arah Luna. “Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu,” pamit Luna pelan. “Hmmmmm,” jawab Devan dengan bergumam. Luna pun berdiri dan melangkah menuju pintu dan meraih gagangnya. Baru saja pintu itu terbuka sedikit, suara Devan kembali terdengar. “Setelah keluar dari sini, kamu langsung ke ruang HRD,” perintahnya singkat. Luna menoleh sebentar, tapi Devan sudah kembali sibuk menandatang
Last Updated : 2025-08-21 Read more