Share

89

Author: sidonsky
last update Last Updated: 2025-10-09 17:25:33

Langit sore Dubai berubah keemasan ketika pesawat pribadi yang mereka tumpangi akhirnya mendarat di Bandara Internasional Dubai.

Setelah hampir delapan jam penerbangan tanpa henti dari Jakarta, Nora masih bisa merasakan gemuruh mesin jet di telinganya. Udara di luar terasa hangat, sedikit berdebu, tapi ada aroma khas gurun yang tidak pernah ia hirup sebelumnya.

Sebuah limosin hitam panjang sudah menunggu di depan jalur kedatangan VIP. Catnya berkilau memantulkan cahaya sore, sementara di belakang, dua SUV hitam berhenti sejajar. Kendaraan pengawal yang membawa beberapa penjaga tambahan untuk Nora.

Sopir limosin membuka pintu dengan hormat, sementara Dirga melangkah mendekat. Tatapannya masih teduh meski wajahnya menyimpan lelah yang tak bisa disembunyikan.

“Kenapa Pak Dirga ajak Lucas dan Matthew juga?” tanya Nora pelan sambil menatap dua pengawal yang selalu siaga itu.

Dirga ikut menoleh ke belakang, senyumnya samar. “Kita tetap butuh pengawalan, Nora. Bahkan di luar negeri sekalipun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   126

    Nora sempat berpikir lelaki itu akan membiarkannya pergi sendiri. Tapi seperti biasa, Dirga tidak pernah benar-benar memberi ruang untuk berdebat.“Saya bisa pergi sendiri, Mas Dirga,” ucapnya pelan, menatap pria di samping kemudi. “Mas Dirga masih ada meeting sama beberapa investor, kan?”Namun Dirga hanya menyalakan mesin mobil tanpa menoleh. “Saya antar.”Nada itu tegas, tak memberi celah untuk penolakan. Nora hanya bisa menarik napas dalam, menatap jalanan Jakarta yang mulai basah oleh hujan tipis di luar. Lampu-lampu kota berpendar lembut di balik kaca Ford Mustang hitam yang melaju mulus di bawah langit gelap.Tak ada percakapan berarti sepanjang perjalanan. Hanya suara wiper dan napas yang saling berkejaran.Hingga akhirnya, mobil berhenti di depan sebuah restoran Cina dengan bangunan modern, hangat diterangi lampu kuning redup yang memantul di permukaan basah aspal. Sementara jam di dashboard menunjukkan pukul tujuh malam.Dirga menoleh perlahan. “Saya tunggu di sini.”Nora me

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   125

    Nora sempat mengira Dirga akan membawanya ke sebuah rumah makan yang keberadaannya diluar kantor, tapi langkah lelaki itu malah berhenti di depan sebuah pintu kaca besar bertuliskan Canteen. Membuat gadis itu mengerutkan kening ragu.“Mas Dirga, serius?” tanyanya ragu.Lelaki itu menoleh sekilas, senyum tipis terbit di wajahnya. “Kenapa? Kantin ini juga milik saya.”Nora mendengus kecil, tapi tak menjawab lagi. Begitu pintu otomatis terbuka, aroma nasi hangat dan lauk-lauk kantin langsung menyeruak. Suasana siang itu cukup ramai meski hari Sabtu, tidak semua karyawan masuk, tapi beberapa tim proyek dan staf penting terlihat makan di sana.Begitu sosok Dirga muncul, hampir semua kepala menoleh. Gumaman lirih terdengar, dan pandangan mereka tak hanya berhenti pada Dirga, tapi juga pada Nora yang berjalan di sisinya. Sebagian wajah tampak terkejut, sebagian lain pura-pura sibuk dengan piring masing-masing.Namun bisik-bisik halus tetap terdengar di udara.“Bukannya itu mantan karyawan da

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   124

    Pagi itu, aroma kopi dan wangi kayu cendana milik Dirga memenuhi kamar apartemen. Nora membuka matanya perlahan, melihat lelaki itu sudah berdiri di depan cermin dengan jas biru tua yang terpasang sempurna. Wajahnya tampak segar, tapi sorot matanya menyimpan lelah yang sulit disembunyikan.Saat bibir Dirga mendarat di keningnya, Nora mengerjap pelan. Ia bahkan tak sadar kapan tertidur malam tadi. Seingatnya, ia menemani Dirga menyiapkan berkas-berkas untuk konferensi pers hingga larut malam. Entah kapan lelaki itu mengangkat tubuhnya ke tempat tidur.“Saya berangkat dulu,” katanya lembut. “Tidurlah lagi.”Nora melirik jam di nakas, pukul lima pagi. “Mas Dirga tidur jam berapa semalam?”“Hanya sebentar, tapi cukup,” jawab Dirga dengan senyum samar yang tentu tak Nora tak percayai. Ia bangun setengah, menjulurkan tangan, dan memeriksa dahi Dirga. “Masih demam. Selesai kerja nanti, kita panggil Dokter Darmaji lagi.”“Saya baik-baik saja, Nora. Hanya sedikit demam, tidak akan membuat sa

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   123

    Malam menelan jalanan kota dalam basah dan kilau lampu neon. Mobil hitam Bayerische Motoren Werke melaju kencang membelah aspal licin, mesinnya menggeram rendah seperti hewan buas yang siap menerkam.Dirga di balik kemudi, rahangnya mengeras, mata fokus menatap jalan tanpa berkedip.Di kursi penumpang, Nora duduk tegang, jemarinya mencengkram seatbelt seolah itu satu-satunya pegangan hidupnya. Ia tahu ke mana mereka akan pergi, kantor Ardawijaya Group, tempat semua rahasia dan beban nama keluarga Dirga berasal.Hujan di luar beradu dengan kecepatan mobil yang menembus batas aman. Nora ingin protes, tapi bibirnya seperti terkunci. Aura di sekitar Dirga terlalu dingin, terlalu tajam untuk ditembus kata.Mobil berhenti tepat di depan gedung kaca tinggi yang menjulang gelap di bawah langit mendung. Lampu-lampu lobi masih menyala, memantulkan bayangan megah sekaligus menegangkan.Begitu pintu mobil dibuka, beberapa orang bersetelan gelap sudah berdiri berbaris rapi di bawah payung hitam, m

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   122

    Hujan turun pelan, membasuh kaca jendela apartemen dan memantulkan cahaya lampu kota yang berpendar redup. Di dalam, kehangatan samar memenuhi ruang tamu kecil itu. Aroma sup ayam yang baru saja habis masih terasa di udara, padu dengan wangi obat dari luka di pelipis Dirga.Nora duduk bersandar di sofa, tubuhnya terbungkus selimut abu-abu yang menutupi hingga bahu. Di sebelahnya, Dirga masih menatap kosong ke layar televisi yang tidak benar-benar ia tonton. Matanya sayu, tapi sorotnya jujur.“Jadi... perempuan itu…” suara Nora pecah di ujung kalimat, ragu untuk menuntaskan.Dirga menoleh, genggamannya pada tangan Nora menguat. “Malam itu, seharusnya kamu tidak datang. Semuanya sudah saya rencanakan dengan matang, Nora.”Jelas Nora menelan ludah, tak lama kemudian ia menunduk. “Jadi Mas Dirga nggak…”“Selingkuh?” potong Dirga pelan. Senyum getir terselip di ujung bibirnya. “Bagaimana saya bisa melakukannya, kalau setiap malam bayangan kamu selalu datang dalam mimpi saya? Saya bahkan ti

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   121

    Sore itu, langit Jakarta tampak murung. Awan menggantung, menciptakan cahaya lembut yang menyelimuti gedung Galaxy Entertainment. Nora keluar dengan langkah ringan, naskah hasil revisinya berada di tangan, wajahnya tampak lebih tenang dari biasanya. Sejak dibimbing oleh Talyra, ia benar-benar menemukan arah. Tulisan-tulisannya mulai hidup dan untuk pertama kalinya, ia merasa percaya diri.Di depan gedung, mobil hitam yang familiar sudah menunggunya. Matthew berdiri di samping, seperti biasa menunduk sopan sambil membuka pintu. Namun ada yang janggal hari ini.“Mas Dirga mana?” tanya Nora, alisnya bertaut.Matthew terlihat gugup, tangannya menegang di gagang pintu. “Tuan sedang ada urusan, Nona,” jawabnya singkat.Tentu, jawaban itu membuat Nora menyipitkan mata, ekspresinya jelas tidak puas mengingat beberapa hari ini Dirga selalu datang dan memaksa untuk mengantar pulang.“Urusan apa?”Pertanyaan itu membuat Matthew diam. Pandangannya bergeser ke arah lain, seolah mencari alasan bar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status