Share

Bab 8

Abian meneliti kendaraan yang berada di depannya dan dia yakin kalau motor ini adalah milik Arifin. Dia hafal benar apa yang merupakan barang miliknya. Bukan miliknya, tapi dia yang membelikan motor ini untuk Arifin saat dia berulang tahun.

"Ini benar milik Arifin...." lirih Abian. Dia pun masuk ke penginapan dan menanyakan beberapa hal pada receptionist yang berjaga disana.

"Maaf. permisi. Saya ingin bertanya, apakah ada pasangan yang melakukan check in baru-baru ini? Eemm, wajahnya mirip seperti saya?"

"Maaf. Tuan. Tapi kami...."

"Saya bersedia membayar untuk informasi itu. karena saya kakaknya."

Pegawai hotel itu tampak ragu pada awalnya, tapi karena wajah Abian cukup dingin dan galak, ia semakin gemetaran. Apalagi ketika Abian langsung menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan ke hadapan pegawai itu.

Akhirnya, pegawai itu memberitahukan nomor kamar Arifin. Ia juga setuju dengan rencana Abian yang memintanya untuk memeriksa kamera pengawas dan memfoto Arifin jika lewat nanti.

Setelah urusannya selesai, Abian pun segera kembali ke dalam mobil. Pegawai itu mengirimkan video hasil pengawasannya langsung kepada Abian. Tangan Abian mengepal. Tidak hanya suka menyiksa Flora, adiknya ini juga suka berselingkuh.

"Lihat ini. Flora." Abian memberikan ponselnya pada Flora dan seketika itu juga kedua matanya membulat saat menyaksikan apa yang tersaji di depan matanya. Bagaimana bisa seorang pria berstatus suami melakukan hal itu bersama wanita lain?

"Ini... Mas Arif?"

"Lalu siapa lagi? Wajahnya sudah terpampang nyata di sana, itu memang suami mu." Jawab Abian membuat Flora menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Mas...."

Abian segera mematikan ponselnya ketika melihat Flora menangis. "Kamu tahu kan kenapa suamimu selalu pulang malam hari tanpa peduli makan malam bersama atau peduli padamu mungkin. Itu semua terjadi karena dia memiliki wanita lain di belakangmu."

Perselingkuhan? Suaminya berselingkuh di belakangnya? Dia tidak tahu entah sejak kapan pria itu menjalin hubungan dengan wanita lain. Rasanya sangat menyakitkan.

"Aku kira rasanya takkan sakit, tapi ternyata aku salah. Ini sangat menyakitkan...."

Hening. Tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Flora. dia benar-benar shock mengetahui kebenaran yang selama ini di sembunyikan oleh suaminya. Pantas saja dia berubah, ternyata dia memiliki wanita pujaan lain.

"Kamu ingin pergi ke suatu tempat. Flora?" Tanya Abian. saat ini keduanya masih berada di depan penginapan.

"Bolehkah aku turun dan melabrak mereka?"

"Menurutku tidak perlu, kamu tidak perlu membuang tenagamu untuk mereka," ucap Abian menenangkan. "Kamu hanya perlu menyerahkan semua ini kepadaku, dan semuanya akan beres."

Flora menoleh dengan alis berkerut. "Bagaimana...."

"Kamu mau kan?"

"Jika aku percaya padamu, dan kamu membantuku, lantas apa yang akan kamu dapatkan dariku?"

Abian malah tersenyum lembut ke arah Flora. Ia juga memutar duduknya agar bisa berhadapan dengan wanita itu. "Aku pasti melindungimu. Kamu hanya cukup percaya padaku, dan aku akan merasa senang. Jangan bertindak gegabah, aku tidak mau melihat tubuhmu di lukai oleh tangan kotor Arifin."

Flora mendongak dan menatap wajah Abian dengan sendu. Tatapan matanya terlihat sayu, ada rasa sakit yang terpancar jelas dari raut wajahnya.

"Aku tahu tempat yang bisa membuatmu tenang, setidaknya untuk beberapa saat."

"Ke mana? Bukankah Mas harus ke kantor?" Tanya Flora.

"Menemanimu lebih penting dari mengecek stok barang. Flora." Jawab Abian.

Dia pun menyalakan mesin mobilnya dan melajukan nya menjauh dari kawasan penginapan itu.

Hingga beberapa saat kemudian, mobil sedan berwarna hitam mengkilat itu berhenti di sebuah pantai yang cukup sepi. Sengaja. Abian memilih kawasan yang agak sepi agar Flora bisa bebas menyuarakan isi hatinya disini tanpa harus merasa malu oleh pengunjung lain.

"Pantai?"

"lya. pantai. Kita melihat sunset, bagaimana?"

"Tapi ini sudah sore, bagaimana kalau Ibu marah?"

"Jangan khawatir, selama uang yang aku berikan itu cukup. maka mereka akan diam.

"Uang ya?"

"lya, uang adalah segalanya bagi mereka. Dengan uang, aku bisa membuat mereka diam." Jawab Abian.

Keduanya keluar beriringan. Flora melepas sendal nya dan memilih untuk berjalan tanpa mengenakan alas kaki. begitupun dengan Abian. Dia memilih untuk melakukan hal yang sama dengan Flora, dia menenteng sepatu pantofel bermerek nya.

"Luapkan semuanya disini, jika sudah lega atau kau ingin menangis. kemari lah. Bahu ku selalu ada untuk tempatmu bersandar." Ucap Abian.

Flora hanya menoleh sekejap lalu kembali fokus menatap ke depan. ke arah laut yang berwarna biru dengan deburan ombak yang menenangkan pikiran nya.

Flora memejamkan matanya ketika semilir angin menyapa tubuhnya. rambut panjang berterbangan hingga menutupi wajahnya. Perempuan itu membiarkan nya. dia tidak peduli akan hal itu.

Diam-diam. Abian mengambil potret perempuan itu dari belakang dan mengunggahnya di sosial media. Dia pikir, selama wajah Flora tidak terlihat, maka semuanya akan baik-baik saja. Dia sengaja memblokir akun sosial media milik saudarinya. agar tidak ada perselisihan nantinya. Dia malas untuk meladeni tingkah menyebalkan keduanya.

Flora menghembuskan nafasnya dengan kasar, tidak seharusnya dia seperti ini. Sebelumnya, dia memang hanya bisa menerima semua perlakuan buruk suaminya karena dia pikir semuanya baik-baik saja. Tapi rupanya tidak, suaminya berkhianat.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
penghianatan harus dibalas dengan penghiiiatan Flora itu adalah hukum Hamurabi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status