Wajah Orhan yang putih pucat, memancarkan keterkejutan yang luar biasa saat sosok, yang baru saja datang itu berdiri menjulang dengan sorot mata dingin."Tu-tuan Ozkhan?" Getar pada suaranya cukup mewakilkan perasaan Orhan detik ini. Sorot matanya seketika berubah gelisah, dan untuk menelan ludah saja rasanya sangat susah. "Ba-bagaimana ..."Kata-kata Orhan menggantung di ujung lidah, saat kelima pria berjas hitam itu menunduk serentak pada Ozkhan.Kini, jelas sudah—siapa bos mereka, pikir Orhan, melirik empat dari lima pria itu pergi dari gudang. Tersisa satu pria, yang sempat meninju wajah Orhan.Pria yang tingginya hampir sama dengan Ozkhan itu mendekat. Ada sesuatu yang ingin dia katakan sebelum pergi. "Tuan, sepertinya ada orang lain yang juga sedang mengincar pria ini."Ozkhan langsung menoleh pada pria di sampingnya. Informasi yang baru saja didengarnya sangat mengganggu. Itu artinya, ada orang yang juga menginginkan Orhan? Siapa? Apakah Ozkhan mengenalnya?"Lalu? Siapa mereka?
"Tuan Hakkan?" Rahang Shanum hampir ternganga ketika mendapati Hakkan tiba-tiba datang ke Villa. Hakkan tersenyum lebar, dan melambaikan tangan seakan-akan dia begitu dekat dengan Shanum. "Hai, Shanum." Lantas, dia beralih pada Elis. "Elis." Elis hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Setelah itu dia kembali ke dapur untuk menyiapkan minum dan camilan. "Duduk, Tuan," kata Shanum, mempersilakan Hakkan agar duduk. Hakkan duduk berseberangan dengan Shanum. Sorot matanya terlihat kagum dengan suasana di Villa milik Ozkhan. Dia tak menyangka jika sahabatnya itu memiliki Villa sebagus dan senyaman ini. Apalagi Villa ini dekat sekali dengan laut. Sejak tiba bau laut begitu terasa di penciumannya. Tak lama Elis pun kembali dengan membawa baki di tangan. Secangkir teh jahe madu beserta dua piring kue yang baru saja di beli di supermarket, disajikan Elis di atas meja. "Silakan, Tuan." "Terimakasih, Elis," sahut Hakkan. "Saya permisi melanjutkan pekerjaan," pamit Elis. "Ya." Hakkan mengan
Pagi ini Ozkhan terlihat sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor dengan dibantu oleh Shanum. Seperti sudah menjadi rutinitas yang tidak bisa dilewatkan, memandang wajah cantik Shanum setiap sebelum berangkat kerja, bisa menambah semangat untuk Ozkhan. "Selesai." Shanum menepuk pelan dada Ozkhan, di saat dia sudah menyelesaikan memasang dasi. Sedangkan Ozkhan pasti akan memberikan kecupan di kening Shanum sebagai hadiah. Ozkhan berkata, "Terimakasih. Selama kita bersama kamu sudah melayaniku dengan sangat baik." Telapak tangan Shanum mengusap rahang Ozkhan, yang selalu dia cukur setia tiga hari sekali. "Itu tidak seberapa, Ozkhan. Dibandingkan dengan apa yang kamu berikan padaku selama ini." "Aku tidak pernah meminta imbalan darimu. Apa yang kuberikan untukmu adalah salah satu bentuk rasa cinta dan sayang. Cukup kamu di sisiku seperti ini. Aku sudah sangat merasa senang, Shanum." "Kalau begitu, mungkin kamu bisa mempertimbangkan aku kembali menjadi sekretarismu?" It
Di lain tempat~ "Apa! Ozkhan punya wanita simpanan? Dan, wanita itu sekretarisnya?" Tuan Baris memekik tak percaya, ketika sang besan memberitahunya perihal perselingkuhan Ozkhan. Dia pun tak menyangka jika putranya itu berani melakukan hal tersebut. Terlebih pada sekretarisnya. Pantas saja, Ozkhan tiba-tiba ingin menceraikan Numa, pikir tuan Baris. Tuan Ahmed mendengkus melihat reaksi besannya. Menjengkelkan sekali. "Bukan hanya itu." Diraihnya cangkir teh di hadapan, lalu disesapnya sedikit. Dia rasa, dia pun perlu memberi kabar yang lebih besar dan lebih mengejutkan. Tuan Baris memicing penasaran. "Apa lagi?" "Wanita itu adalah putrinya Kemal. Tentu, kamu masih ingat Kemal, bukan?" "Kemal?" Kening tuan Baris mengernyit, antara ingat dan tidak dengan nama tersebut. Tanggapan besannya itu justru menambah kekesalan tuan Ahmed. "Kamu sungguh tidak ingat dengan Kemal?" Dia menghela kasar. "Kemal ..." Ingatan tuan Baris pun tertuju pada satu orang. "Apa yang kamu ma
Beberapa saat sebelumnya... Mobil yang membawa Ozkhan tiba di Vila. Pedro bergegas turun untuk membukakan pintu majikannya. "Kamu bisa menginap di hotel dekat sini," kata Ozkhan agar besok dia tidak perlu menunggu lama kedatangan Pedro ke sini. Di sekitar tempat itu ada banyak motel dan penginapan yang cukup bagus. "Baik, Tuan." Pedro tidak banyak bertanya lagi. "Tadi sore saya sudah menyuruh Emir untuk mengirim bonus lebih untuk kamu. Semoga bermanfaat. Jangan beli minuman. Kamu masih muda, lebih baik gunakan uangnya untuk hal yang positif. Besok saya kabari lagi." Ozkhan menepuk-nepuk pundak Pedro, setelah memberi sedikit nasihat. Manik Pedro berbinar kala Ozkhan tak sungkan menyentuh dan memberinya nasihat. "Terimakasih, Tuan. Terimakasih." Dia menunduk sekilas. Selama bekerja dengan Ozkhan, Pedro tak memiliki keluhan sedikit pun terhadap pria itu. Sikap Ozkhan yang sangat baik, loyal, dan care kepada seluruh pekerjanya, membuat Pedro betah. "Ah, iya. Kamu bisa menungg
Waktu berlalu sangat cepat. Tiba-tiba langit sudah menggelap, dan itu adalah pertanda jika kebersamaan ini harus berakhir. Seharian menghabiskan waktu bersama Gul, membuat perasaan Shanum senang bukan main. Kehadiran putri Ozkhan itu nampaknya sedikit mengobati keinginan Shanum, yang pernah sempat menginginkan seorang anak. Sebagai seorang perempuan sekaligus istri. Shanum tentu pernah berada di fase tersebut. Bisa mengandung benih dari lelaki yang menikahi merupakan suatu keinginan terbesarnya kala itu. Namun, Shanum harus mengubur keinginan tersebut dikarenakan Orhan menyuruhnya untuk memasang alat pencegah kehamilan di rahim, di hari pertama mereka menjadi sepasang pengantin. Shanum pun sempat menanyakan alasan Orhan, yang memintanya melakukan pemasangan alat pencegah kehamilan di rahim. Jawaban Orhan cukup membuat Shanum sedih, lantaran sang suami yang belum siap memiliki anak. Lalu rumah tangga yang dia pikir akan berjalan sebagaimana mestinya justru kini sedang terombang-a