Share

Empat

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 23:21:48

Dari hotel, Ozkhan sengaja langsung berangkat ke kantor. Selain dia tidak suka mondar-mandir, Ozkhan juga sedang ingin menghindari istrinya.

Namun, ketika melewati meja sekretaris, Ozkhan tak melihat keberadaan Shanum di sana. Padahal, biasanya sekretarisnya itu selalu datang tepat waktu dan paling awal darinya.

Seketika, Ozkhan pun kepikiran masalah semalam.

'Apa dia juga berniat libur hari ini?'

Belum lama Shanum bekerja dengan Ozkhan. Dan sekarang, dia malah terlibat masalah pribadi yang sangat sensitif. Entah harus bagaimana Ozkhan mengambil sikap setelah ini.

Ozkhan menduduki kursi, tak lama kemudian asisten kepercayaannya masuk.

"Selamat pagi, Tuan." Emir memberi salam hormat pada atasannya dengan anggukan kecil.

Sementara Ozkhan hanya membalasnya dengan anggukan sambil mengeluarkan ponsel dari saku jas. Raut dan sorot matanya begitu datar seperti biasa.

"Sepertinya hari ini Shanum izin tidak masuk, Tuan," ucap Emir, sekadar memberi informasi pada sang atasan.

Informasi barusan cukup membuat Ozkhan sedikit terkejut dan terganggu. Pasalnya, dia sangat tahu alasan Shanum tidak masuk hari ini.

Bisa jadi karena perempuan itu ingin menghindarinya, pikir Ozkhan.

"Tidak masuk? Apa dia memberitahu alasannya?" Sebenarnya, Ozkhan hanya ingin memastikan saja.

"Dia mengatakan sedang ada urusan mendesak," kata Emir.

Sebelah alis kiri Ozkhan naik. "Urusan mendesak?" Rautnya terlihat sangat tidak yakin dengan alasan tersebut.

Emir mengangguk.

Ozkhan menghela panjang, mengendurkan sedikit lilitan dasi di leher sambil menyandarkan punggung.

"Lalu bagaimana dengan jadwal saya hari ini?"

"Tadi Shanum juga sudah memberitahu saya mengenai jadwal Anda. Hari ini Anda ada pertemuan dengan dewan direksi. Siangnya pertemuan dengan para calon investor di restoran yang sudah direservasi Shanum." Emir sedikit memaparkan sesuai dengan apa yang ditulis Shanum dalam pesan singkatnya.

Semua itu disimak baik-baik oleh Ozkhan. Lantas tiba-tiba Ozkhan bertanya, "Kira-kira sudah berapa lama Shanum bekerja di sini?"

"Baru sekitar tiga bulan, Tuan," jawab Emir.

"Tiga bulan." Ozkhan mengurut pangkal hidung sambil memejamkan mata.

Seingat Ozkhan, waktu itu Shanum mengatakan jika dulunya pernah bekerja di sebuah perusahaan kecil. Dan Ozkhan tak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

"Emir."

"Ya, Tuan?"

Ozkhan menatap Emir dengan serius. "Hari ini cancel semua jadwal saya. Bisa 'kan?"

"Ya?" Emir memasang raut bingung. "Maksud Anda …"

Canggung rasanya untuk mengatakan alasan di balik perintahnya itu. Akan tetapi, Ozkhan hanya ingin mencari tahu mengenai informasi pribadi sang sekretaris.

Bisa saja 'kan Shanum sengaja mendekatinya hanya karena ingin mengambil keuntungan?

Sebab, selama ini banyak sekali orang-orang yang mendekatinya hanya untuk mengambil keuntungan pribadi. Ozkhan pun berpikir demikian pada Shanum.

Setelah menghabiskan malam panas tak terduga, dan sekarang libur tiba-tiba, Ozkhan merasa masalah tersebut sangat janggal. Dia ragu dan mulai sangsi dengan pengakuan Shanum yang katanya dijual oleh suaminya sendiri.

"Kamu tahu alamat rumahnya Shanum?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Ozkhan, hingga Emir mencoba mencernanya perlahan.

"Saya akan coba periksa kembali di data pribadinya, Tuan." Mau tak mau Emir akan mencari tahu.

"Hmm. Saya tunggu."

"Baik. Secepatnya saya akan memeriksanya. Saya permisi." Emir lantas pergi dari ruangan Ozkhan.

Tatapan Ozkhan tertuju pada pintu ruangannya yang ditutup oleh Emir. "Sebentar lagi aku akan memastikannya sendiri. Jika benar dia sengaja mendekatiku hanya karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi. Aku bisa pastikan dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi di sini."

^^^

"Cepatlah, Shanum! Kenapa kamu lama sekali!"

Orhan benar-benar sudah kehilangan kesabaran, karena Shanum tak kunjung keluar dari kamar. Sudah hampir dua jam dia menunggu sang istri yang hari ini akan dia kembalikan pada lelaki yang sudah memberinya pinjaman.

Tak ada sahutan. Namun, pintu kamar terbuka, dan muncullah Shanum dengan penampilan yang sudah terlihat sangat cantik dan enak dipandang.

"Aku sudah siap," ucap Shanum sambil berjalan mendahului Orhan.

Shanum sudah tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan suaminya itu, akan lebih baik dia menghemat tenaga karena setelah ini dia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan biologis pria tak dikenal.

Namun, tiba-tiba saja Orhan ingin menanyakan sesuatu pada Shanum. "Tunggu sebentar, Shanum. Ada yang mau kutanyakan."

Langkah Shanum spontan berhenti, dia menoleh.

Orhan mendekat, sambil matanya menatap intens raut Shanum yang datar. "Semalam, kamu pergi ke mana saja? Dan kenapa kamu baru pulang pagi?"

Pias. Raut Shanum pias seketika mendapat pertanyaan semacam itu dari Orhan. Kedua telapak tangannya reflek menaut, dan saling meremas.

'Aku tidak mungkin berkata yang sebenarnya pada Orhan kalau semalam aku bermalam dengan Tuan Ozkhan.' Shanum membatin resah.

"Shanum?"

"Ya?" Shanum terkesiap, kemudian buru-buru menjawab sekenanya, "A-aku semalam menginap di rumah teman kantorku. Semalam aku tidak sengaja bertemu dengannya dan meminta tolong padanya."

Manik Orhan memicing curiga. "Benarkah?"

"Hmm." Shanum mengangguk cepat.

Orhan tak sepenuhnya percaya, tetapi dia pun tidak ingin ambil pusing karena masalah itu. Yang terpenting Shanum sudah kembali padanya.

"Ayo kita berangkat." Orhan lebih dulu melangkah dan keluar rumah, dan Shanum menyusulnya tanpa bersuara.

***

Sementara Orhan dan Shanum bersiap hendak ke tempat tujuan, di seberang jalan rumah mereka ada sebuah mobil sedan hitam terparkir cukup jauh dengan jarak beberapa meter.

"Itu Shanum, Tuan," ucap Emir, yang baru saja melihat Shanum keluar dari rumah.

Pandangan Ozkhan seketika tertuju pada sosok perempuan yang baru tiga bulan menjadi sekretarisnya itu. Dia melepas kaca mata dan bertanya, "Siapa laki-laki yang bersamanya itu?"

"Mungkin suaminya, Tuan." Emir hanya menjawab apa adanya, karena dia sendiri belum pernah melihat suami Shanum. "Sepertinya mereka akan pergi, Tuan. Apa kita ikuti mereka?"

Ozkhan tak langsung menjawab, karena dia sedang fokus berpikir mengenai sosok Shanum yang sungguh membuatnya bertanya-tanya.

"Mau pergi ke mana mereka? Bukankah semalam dia mengatakan kalau suaminya sudah menipunya? Lalu kenapa dia kembali lagi pada suaminya itu? Apa dia sudah membodohiku? Apa dia benar-benar sudah menipuku?"

Rahang Ozkhan serta telapak tangannya spontan mengetat. Sorot matanya memancarkan amarah dan kekesalan lantaran merasa sudah ditipu oleh Shanum.

Telinga Emir yang tak sengaja mendengar gerutuan Ozkhan membuat lelaki itu tak urung turut berpikir keras. Sebenarnya, ada apa dengan atasannya itu dan Shanum. Kenapa tiba-tiba atasannya meminta untuk diantar ke rumah sekretarisnya?

Dari sini Ozkhan bisa melihat jika mobil yang ditumpangi Shanum dan suaminya hendak melaju. Dia pun segera memberi perintah pada Emir.

"Ikuti mereka, Emir."

"Baik, Tuan." Emir bergegas menancap gas, dan segera menyusul mobil yang membawa Shanum pergi.

***

Emir cukup lihai mengemudi hingga Orhan tak menyadari jika dia sedang dibuntuti. Kondisi jalanan yang tidak terlalu lengang memudahkan asisten pribadi Ozkhan itu mengatur jarak antara mobilnya dan mobil Orhan. 

Sementara Ozkhan makin penasaran dengan tujuan Shanum sebenarnya. Pria itu sampai tak menghiraukan dering ponselnya yang berkali-kali menyapa. Melirik pun dia enggan. 

"Bukankah ini jalan menuju hotel semalam?" tanya Ozkhan ketika menyadari bahwa mobil yang membawa Shanum menuju hotel—tempatnya menginap. 

"Benar, Tuan. Jalan ini menuju hotel Raffles." Emir pun membenarkan, lalu dia memutar kemudi memasuki area parkir hotel. "kita tunggu di sini saja atau ...?" tanya Emir, menghentikan mobilnya tak jauh dari mobil Orhan. 

"Kamu bisa masuk dan lihat apa yang mereka lakukan di hotel ini. Pantau mereka dan kabari saya," titah Ozkhan, menatap nyalang Shanum dan suaminya yang sudah memasuki lobby hotel. 

"Baik, Tuan." Emir bergegas turun dari mobil untuk segera melaksanakan perintah atasannya, walau banyak sekali pertanyaan di kepalanya. 

Ozkhan menghela panjang, semakin tak sabar untuk mengetahui segalanya mengenai Shanum. Dia berharap jika instingnya tentang sekretarisnya itu tidak benar. 

"Untuk apa kamu kembali ke sini, Shanum? Apa tujuanmu sebenarnya?" 

****

Bersambung.....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    104~

    "Keenan?" Ozkhan terperangah ketika mendapati sosok yang terluka parah ternyata Keenan. Kondisi Keenan cukup mengkhawatirkan, karena luka tusuk di bagian paha sebelah kiri dan luka akibat benturan di dahi. Pria itu tergeletak tak berdaya di lantai dengan darah yang terus mengalir dari luka-lukanya. Bahkan nyaris pingsan. "Ozkhan..." Suaranya nyaris hilang, akibat rasa sakit yang tak tertahan. "Maaf... Maafkan aku tidak bisa..." Keenan berusaha bicara disela-sela dia menahan sakit akibat luka tusukan yang diberikan Numa. "Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa terluka seperti ini?" Ozkhan bertanya cemas, pasalnya tak menduga sama sekali bila Keenan akan mengalami hal mengerikan semacam ini. "Numa... Numa menyadari kalau aku berusaha menolong kekasihmu." Suara Keenan tersendat-sendat. "Dia... Dia marah dan tidak terima. Lalu dia pikir aku sudah mengkhianatinya." Mendengar pernyataan Keenan, Ozkhan merasa geram dengan mantan istrinya itu. "Karena itu dia melakukan hal ini padamu?" K

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    103~

    Meski gerimis menemani perjalanan Ozkhan menuju ke alamat di mana Shanum berada saat ini. Tak menyurutkan semangat pria itu untuk segera menemui sang kekasih hati, yang kondisinya sedang terancam. Ozkhan ditemani Emir, yang saat ini tengah mengemudi dengan kecepatan agak tinggi. Jalanan berkelok dan cukup licin membatasi laju mobil itu. Di belakang mobil yang ditumpangi Ozkhan, ada dua mobil lain yang mengikuti sedari tadi. Satu diantaranya adalah Pedro, yang semobil dengan petugas polisi. Dan mobil lainnya diisi anak buah Ozkhan dan Orhan. Jarak tempuh rupanya lumayan jauh. Sudah hampir satu jam ketiga mobil hitam itu melaju ke tempat yang dituju. Ketidaksabaran Ozkhan yang ingin segera bertemu dengan kekasihnya, terlihat begitu jelas dari caranya duduk. Entah bagaimana kondisi Shanum sekarang, setelah Keenan mengabarkan jika perempuan itu sedang kesakitan. 'Bertahanlah, Shanum. Aku segera datang.' Dalam hati, Ozkhan terus berharap Shanum bisa bertahan sampai dia tiba di

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    102~

    Tubuh Tuan Ahmed terasa kaku ketika sosok yang selama beberapa hari ini dia cari rupanya sudah lebih dulu berada di tangan sang menantu. Sorot mata pria tua itu tak dapat menyembunyikan kekalutan yang saat ini memenuhi kepala. Tuan Ahmed pun akhirnya menyadari sesuatu. 'Jadi, orang yang menangkap Orhan lebih dulu adalah Ozkhan? Sial! Pantas saja dia berani menyudutkanku.' Benaknya menyeru kesal sambil menatap tajam Orhan, yang kini memandang penuh arti. Reaksi tersebut jelas menjadi hiburan tersendiri bagi Ozkhan. Pasalnya dia telah berhasil membuat sang mertua mati kutu. "Anda tentu masih mengingat pria ini, bukan?" Pertanyaan Ozkhan memecah keheningan serta ketegangan di ruangan itu. Terutama ketegangan di wajah tuan Ahmed. Orhan tersenyum miring, berinisiatif menyapa lebih dulu pria yang pernah memintanya menyingkirkan Shanum. "Apa kabar, Tuan? Sudah lama kita tidak bertemu. Saya harap Anda tidak melupakan saya." Sudut bibir Tuan Ahmed berkedut. Bola matanya melotot sebab Orh

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    101~

    Ozkhan tiba di kediaman sang mertua, dan langsung mendapat sambutan seperti biasa oleh penjaga. Kedatangannya ke tempat ini bukanlah tanpa alasan. Ozkhan ingin mengakhiri permasalahan ini secepatnya, sebelum Numa melakukan hal-hal yang bisa membahayakan keselamatan Shanum. Beberapa bukti-bukti yang telah dia kumpulkan selama beberapa hari lalu cukup untuk mendesak tuan Ahmed saat ini. Upayanya dalam memberi Shanum keadilan tak main-main. Tak hanya bukti, Ozkhan pun mengumpulkan sejumlah kesaksian dari orang-orang yang pernah diajak bekerja sama oleh mertuanya itu. Dengan semua itu, tentu Ozkhan tidak akan mengalami kesulitan untuk menjebloskan ayah mertuanya ke penjara. Ditambah lagi dengan pengakuan Orhan, yang sempat menjadi orang suruhan tuan Ahmed. Kali ini si pincang itu pasti tidak akan bisa mengelak. Tiba di dalam, pelayan wanita langsung menyambut. Ozkhan dipersilakan masuk ke ruang kerja tuan rumah. Di dalam sana tuan Ahmed baru saja selesai berbincang dengan seseoran

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    100~

    Setelah beberapa saat, Shanum dan Esme kembali keluar. "Jangan lupa mengabari kalau kamu sudah tiba di sana," pinta Esme, yang sebenarnya belum rela apabila Shanum pergi untuk menemui para pelaku itu. "Tentu. Aku pasti akan memberi kabar." Shanum mengusap lengan Esme. "Titip rumah, ya." Esme mengangguk. Setelah berpamitan, Shanum lantas bergegas masuk mobil yang dia beli dengan sisa uang asuransi ayahnya. Tepat pukul sembilan malam gadis itu meninggalkan rumah dengan tekad bulat serta harapan. Baru setengah perjalanan, langit mendadak bergemuruh disertai kilat. Malam itu terasa begitu dingin. Sedingin tatapan Shanum yang sedang fokus mengemudi. Pikirannya sudah dipenuhi dengan berbagai macam cara balas dendam. Luka, trauma dan rasa sakit masih betah menghuni dada. "Ayah, doakan aku dari atas sana, supaya aku bisa memberi hukuman setimpal pada orang-orang keji dan serakah itu." Cairan bening menetes di pipi Shanum, seiring rasa sesak yang menyeruak. Selama berta

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    99~

    "Selamat Tuan. Sekarang Anda sudah resmi menjadi pimpinan tetap di perusahaan ini," ucap salah satu dewan pemegang saham, yang sejak awal mendukung Ozkhan."Terimakasih." Ozkhan menatap satu persatu beberapa orang yang masih berada di ruang rapat. "Berkat dukungan kalian, saya bisa sampai ke posisi ini. Saya janji akan membuat perusahaan ini semakin maju dan berkembang."Semua para pendukung Ozkhan yang dulunya mendukung Tuan Baris menaruh harapan besar kepada pemimpin baru mereka.Satu persatu dari mereka meninggalkan ruang rapat tersebut, setelah Ozkhan lebih dulu pergi dari sana. Ozkhan kembali ke ruangannya dengan Emir yang mengikuti di belakang."Apa ada kabar dari Pedro?" tanya Ozkhan seraya meloloskan kancing jas, lalu duduk di kursinya."Belum, Tuan." Emir berdiri di depan meja atasannya. Pemuda itu tidak lupa memberikan ucapan selamat. "Selamat, Tuan. Anda berhasil menjadi pimpinan utama sekarang." Dia menunduk sekilas—sebagai simbol penghormatan."Terimakasih, Emir. Berkat k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status