Home / Rumah Tangga / Pemuas Nafsu Liar Majikanku / Berhenti Bekerja Hari Ini Juga!

Share

Berhenti Bekerja Hari Ini Juga!

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-03-26 15:43:05

"Terima kasih, Nyonya," ucap Alea sambil tersenyum.

Tak lama, Alea langsung diajak mengelilingi rumah, "Ini kamar kamu, Alea," katanya seraya menunjukkan kamar pembantu kepada Alea.

Saat melihat kamar tersebut, Alea menarik napas panjang, kembali meratapi nasibnya. Dulu kamarnya begitu luas dengan berbagai fasilitas mewah, sementara kini ia harus tidur di kasur kecil dan hanya ditemani kipas kecil.

Setelah meletakkan barang-barang pribadinya, Alea kembali keluar untuk mendengarkan majikannya menjelaskan tugas Alea sebagai ART.

“Selain bersih-bersih dan masak, kamu juga harus melayani suami saya ya. Bangunkan dia, dan siapkan pakaian juga.”

Permintaan dari majikannya seketika membuat Alea tercengang. Apakah memang semua ART memiliki tugas seperti itu? Kenapa ia harus melayani segala hal kebutuhan pribadi suami majikannya? Bukankah Alea bukan mahramnya?

"Nyonya, apakah saya juga yang harus menyiapkan keperluan yang bersifat pribadi itu?" tanya Alea dengan ragu.

"Aku menggaji kamu dengan tidak sedikit, Alea. Aku sengaja mempekerjakan kamu supaya bisa meringankan tugas saya sebagai istri. Sudah, lakukan saja sesuai intruksi!” jawab majikannya dengan tegas.

Alea akhirnya hanya bisa menurut. Meskipun ia masih merasa janggal, tapi, ia jelas tak punya pilihan.

Setelah Dokter Gina selesai memberikan arahan pada Alea, Alea pun diminta untuk menyiapkan makanan. Saat Alea menata masakan sederhana yang ia buat demi mengejar waktu, Dokter Gina kembali turun, kali ini bersama seorang pria.

"Mas, ini ART yang baru datang kemarin. Kalau ada yang diperlukan, bilang saja padanya," ucap Gina memperkenalkan Alea kepada Adrian.

"ART baru lagi?" Adrian mengernyitkan dahi, menatap penuh rasa tak suka pada wanita yang berdiri tak jauh darinya.

Adrian adalah pria introvert dan posesif. Ia lebih suka mempekerjakan ART secara freelance untuk bersih-bersih, dan ingin Gina yang mengurusi kebutuhannya. Namun Gina, seorang dokter yang sibuk, menginginkan ART tinggal di rumah untuk membantu Adrian sekaligus.

"Iya Mas," jawab Gina.

Tatapan tajam Adrian mengarah langsung pada istrinya. Ia tampak geram karena lagi-lagi, Gina mengambil keputusan sepihak tanpa persetujuannya.

"Mengapa tidak mendiskusikannya dulu denganku? Yang harusnya mengurus kebutuhan itu kamu, Gina, bukannya orang lain. Kamu itu istri saya!" Suara bariton Adrian menggema penuh kemarahan.

Suasana hangat pun langsung berubah tegang, karena pernyataan Adrian memicu emosi Gina.

"Aku harus bekerja Mas! Aku tidak sanggup jika harus mengurusmu juga!"

"Berhenti saja dari pekerjaanmu, penghasilanku lebih dari cukup untuk kita!" Adrian semakin kesal.

"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Moodku jadi buruk, lebih baik aku berangkat."

Gina mengambil selembar roti lalu pergi meninggalkan Adrian.

Sementara itu Adrian meluapkan amarahnya dengan mengepalkan tangan ke udara. "Sial!"

Alea merasa takut dan hanya berdiri diam menunduk.

Kini pandangan Adrian tertuju pada Alea. Ia marah karena kehadiran ART tersebut membuat Gina tidak mengurusnya lagi.

"Kamu berhenti bekerja hari ini juga!" suara Adrian makin keras dan marah.

Alea terkejut dan menggeleng kuat-kuat. Menjadi ART adalah satu-satunya cara agar ia punya tempat tinggal; jika berhenti, ia tak tahu harus tinggal di mana.

"Saya tidak bisa, Tuan." Netra Alea menatap Adrian lekat-lekat, mencoba meluluhkan hati suami majikannya.

"Aku tidak membutuhkanmu!" balas Adrian.

"Tapi Nyonya memerlukan saya."

Alea berusaha tegas meski hatinya takut setengah mati menghadapi kemarahan suami dari majikannya itu.

Tak ingin berdebat lagi, Adrian bangkit dan pergi. Sedangkan Alea merasa lega, ia harus bertahan di rumah itu bagaimanapun caranya.

**

Malam itu, Gina ada piket di kantornya, sehingga ia terpaksa meminta Alea untuk mengurus Adrian. Mendapati pesan tersebut, Alea hanya bisa menghela napas panjang.

Sesuai perintah Gina, Alea menunggu Adrian pulang di ruang tamu. Tak lama kemudian, terdengar suara mobil masuk carport. Alea pun bergegas untuk membuka pintu.

"Malam, Tuan," sapa Alea sambil menunduk.

Pria dingin itu masuk ke rumah tanpa membalas sapaan pembantunya.

"Biar saya bawakan tasnya, Tuan Adrian," Alea mengulurkan tangannya untuk meraih tas jinjik milik Adrian. Namun, di luar dugaannya, pria itu justru membanting tasnya, dan mencengkeram pergelangan tangan Alea. Tak hanya itu, Adrian juga menariknya hingga keduanya hanya berjarak beberapa senti, membuat Alea bahkan bisa merasakan napas dari suami majikannya itu

“Bukankah kubilang padamu untuk berhenti kerja hari ini juga?”

Jarak antara keduanya yang terlalu dekat membuat Alea tak nyaman, sehingga ia mendorong Adrian dengan sekuat tenaga, sembari menggeleng pelan, “Saya sudah bilang, Tuan, Nyonya Gina yang meminta saya untuk mengurus Tuan. Jadi, saya gak akan berhenti. Sekarang, saya mau permisi, Tuan, biar saya siapkan air untuk Tuan mandi.”

Alea pun bergegas, menghapus air yang mulai berkumpul di pelupuk matanya. Dia merasa direndahkan, dan dia tak suka keadaan ini, namun apa daya, dia harus bertahan.

Ia segera naik ke atas, menyiapkan kebutuhan mandi Adrian seperti yang diinstruksikan Gina. Baju ganti pun sudah ia siapkan dengan rapi. Selesai menjalankan tugasnya, Alea turun untuk melaporkan. "Airnya sudah siap, Tuan bisa mandi sekarang," katanya, menunduk dalam rasa takut.

Adrian hanya menatapnya tajam sebelum melangkah pergi tanpa sepatah kata, meninggalkan Alea dengan jantung berdegup kencang dan rahang yang mengeras.

Saat pria itu berada di kamar mandi, Alea menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam lengkap dengan secangkir kopi seperti biasanya. Namun, setelah waktu berlalu cukup lama, Adrian tak juga turun ke ruang makan, membuat Alea mulai gelisah.

"Apa aku antar saja makan malam ke atas?" gumam Alea, mengingat makanan sudah mulai dingin.

Mengikuti suara hatinya, Alea pun naik ke atas, menuju kamar utama milik majikannya. Baru saja di ujung tangga, Alea terheran karena melihat pintu kamar yang biasanya tertutup rapat itu, justru terbuka sebagian. Apa memang Tuan Adrian sengaja karena dari awal ia mengharapkan makanannya diantar?

Penasaran, Alea pun berjalan perlahan menuju kamar.

Begitu langkahnya mencapai tepat di depan pintu, Alea sangat terkejut ketika mendengar suara yang bersumber dari kamar mandi dalam. Bahkan, Alea hampir saja menjatuhkan nampan yang ia pegang.

Suara itu … suara gemericik air yang bercampur dengan suara aneh.

“Ungh!”

Dan apa yang ia dengar selanjutnya, membuat Alea yakin, bahwa suami majikannya bukan hanya sekedar mandi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
brmain solo kah?? xixixiii
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Liar Majikanku   Haruskah! Aku Resign?

    Gina bergegas pergi ke apotek untuk mengambil tespek, dia ingin memastikan Apa benar dia hamil atau hanya masuk angin. Saat Gina memeriksanya, benar saja dua garis muncul di tespacknya dan untuk kedua kalinya dia hamil."Tidak! tidak...." Gina berteriak. Dia menolak bayi yang ada di rahimnya. Tangisnya pecah, dia merasa apabila dunia tak adil padanya. Saat dia berhasil menetap di ibukota kini malah ada benih tumbuh di perutnya. Dan parahnya siapa ayah biologis anaknya dia tidak tahu. “Kenapa hal seperti ini selalu terjadi padaku! Kenapa bukan Alea saja!” Katanya keras. Lagi-lagi dia terus menyalahkan orang lain atas tindakannya, tidak ada yang menyuruh memberi obat perangsang pada Aiden dan Adrian, tidak ada juga yang menyuruhnya menginginkan suami orang tapi ketika perbuatannya dibalas dia malah menyalahkan orang lain. Tangan Gina mengepal, dendam terhadap Alea membara, dia menyesal karena waktu itu tidak langsung membunuh Alea. Waktu menunjukkan pukul tiga sore hari, sudah wa

  • Pemuas Nafsu Liar Majikanku   Jangan-jangan....

    Pagi harinya Gina menangis mendapati dirinya yang tak berbusana di samping beberapa pria tak dikenal. Dia mengutuk Aiden dan Adrian yang berlaku kejam terhadapnya. Masih menangis dia memunguti pakaiannya, lalu dia keluar kamar neraka itu. Niatnya ingin bersama Adrian dan Aiden tapi dirinya justru dikoyak pria yang tak dikenal. Di bawah shower Gina mengamuk, warna biru di sekujur tubuhnya membuktikan betapa ganasnya orang-orang semalam. “Adrian, Aiden!” Wanita itu berteriak. Usai membersihkan diri dia bersiap ke rumah sakit, kebetulan di depan lobi dia bertemu dengan Adrian. “Adrian brengsek kamu!” makinya dan langsung menampar pipi mantan suaminya itu. Kejadian itu tentu menjadi pusat perhatian banyak orang. Tangan Adrian mengepal, ingin rasanya mencekik Gina di depan umum. “Apa maksudmu datang-datang langsung main tampar.” Sambil mencengkram kuat lengan Gina. “Apa pantas perbuatan kamu semalam!” Air matanya keluar. Adrian melepas tangannya, “Bukankah kamu dulu yang mencari

  • Pemuas Nafsu Liar Majikanku   Siasat Aiden

    “Tenang Sayang gak usah malu.” bajuk Adrian sambil tersenyum licik. Tidak ada yang bisa Alea lakukan selain menuruti kemauan suaminya lagi pula ini semua demi Azalea. “Baiklah.” Sahut Alea pasrah. “Yes,” kata Adrian. Pria itu begitu senang akhirnya setelah beberapa hari dia bisa mencicipi dada istrinya. Sudah dapat dipastikan jika Adrian menghisap area dadanya, Alea pasti menggeliat keenakan. “Ahhh Mas.” Alea menggeliat. Isapan suaminya membuat hasrat wanita itu mencuat, tangan Alea menekan kepala Adrian agar menghisap lebih kuat. “Mas, terus.” Pintanya sambil memejamkan mata. “Dengan senang hati.” Sahut Adrian. Tak hanya hasrat Alea, hasrat Adrian pun mencuat. Miliknya kini sudah menegang, “Sayang apa sudah surut?” Tanyanya.Bersamaan Aiden masuk, dia yang mendengar pertanyaan Aiden langsung menyahut. “Jangan macam-macam Alea baru saja sembuh.” Ujar Aiden. Adrian melemas lalu bagaimana dengan nasibnya kali ini, semalam dia sudah disuntik obat disfungsi ereksi, apakah sek

  • Pemuas Nafsu Liar Majikanku   Apa Rencana Selanjutnya

    “Beri kami obat disfungsi ereksi!” Kata Aiden sambil menahan hasratnya yang terus bergejolak. Gina terdiam dia menatap Adrian dan Aiden secara bergantian. “Cepat atau kami berdua akan memakanmu disini!” Sambung Aiden. Digilir Aiden dan Adrian, mungkin itu yang Gina inginkan. “Kalau itu bisa membuat kalian sembuh tidak masalah.” Ujar Gina. Meski tubuhnya dipenuhi hasrat membara tapi Adrian masih sadar.“Tidak!” Kedua pria itu menggeliat seperti cacing Adrian bahkan sudah melepas semua kancing bajunya. Tubuhnya yang putih dan berotot terpampang jelas di hadapan Gina. Melihat pemandangan indah itu, Gina menelan salivanya dengan kasar. Pikirannya melayang kembali ke saat dia masih menjadi istri Adrian. Dia teringat cara pria itu menciumnya, dia juga dapat merasakan bagaimana otot perut yang bak roti sobek itu menjadi satu dengan tubuhnya. Namun belum sempat mengingat lebih jauh suara Aiden membuyarkan lamunannya. “Cepat! Teriak Aiden. Tangan Aiden menarik tangan Gina, Adrian y

  • Pemuas Nafsu Liar Majikanku   Apa Yang Bisa Aku Lakukan?

    Pagi itu saat Gina hendak menuju ruangannya dia melihat Aira yang sedang menggendong baby Grey. Sontak tangan Gina mengepal, dendam karena tidak dibantu telah menyelimuti hatinya. Dengan langkah cepat wanita itu segera menghampiri Aira. “Hey Aira.” Panggil Gina. “Hai Dok.” Sahut Aira sambil tersenyum. Dia bersikap biasa pada Gina karena Aira memang merasa tak bersalah. “Aku kira kamu berbaik hati akan membantu Namun ternyata kamu tidak melakukannya.” kata Gina sambil menunjukkan ekspresi sedih. Melihat Gina, Aira merasa bersalah. Bukan tidak ingin membantu tapi suaminya memang tidak ingin membahas masalah itu. “Maafkan saya Dok.” Ujar Aira. “Tidak bisakah kamu mencobanya lagi Aira?” Pinta Gina memelas. Helaan nafas terdengar, Aira benar-benar tidak bisa membujuk Aiden. “Tuan Aiden tidak bisa dibujuk.” Kata Aira. Gina terus memohon, tapi bagaimana lagi karakter suaminya memang seperti itu jika dia tidak mau sampai mati pun tak kan tidak mau.Sekali lagi maafkan saya Dokter

  • Pemuas Nafsu Liar Majikanku   Azalea

    “Bagaimana ya Dok, bukannya aku tidak mau tapi tahu sendiri kan bagaimana Tuan Aiden.” Kata Aira yang mencoba menolak keinginan Gina. Wanita itu tak menyerah dia kembali memprovokasi Aira supaya mau menolongnya bahkan dia tak segan mengeluarkan air mata buayanya agar mendapatkan iba. Melihat Gina Aira tak tega dia pun mengangguk tapi dia juga tidak berjanji membuat Aiden mendengarkannya. Senyum indah merekah di bibir Gina pasti Aiden mau mendengarkan perkataan Aira. “Aku tunggu kabar baiknya Aira.” kata Gina lalu dia meninggalkan Aira di depan lobby rumah sakit. Meski hanya membujuk tapi itu benar-benar menjadi beban Aira walaupun Aiden mencintainya tapi suaminya tetaplah seorang yang berpendirian teguh bukan lelaki menya-menye yang apabila bucin mengikuti semua kemauannya. Esok harinya Aira datang ke rumah sakit dengan membawa baby Grey dan baby sitternya. Bersamaan anak Alea juga dibawa ke rumah sakit oleh orang tua Adrian, jadi di ruang rawat Alea rame dengan beberapa orang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status