Home / Romansa / Pemuas Nafsu Sang CEO / Bab 8 Ciuman Pertama

Share

Bab 8 Ciuman Pertama

Author: Lia Safitri
last update Last Updated: 2023-11-28 13:44:18

"Apapun?" tanya Nathan dengan nada menggoda sambil meraih ujung dagu Vira dan mengarahkan wajahnya hingga menatap ke arahnya hingga bola mata keduanya saling bertatapan.

Vira mengangguk pelan sembari menatap wajah Nathan yang tepat berada dihadapannya dengan jarak yang begitu dekat. Bahkan Vira bisa merasakan aroma yang khas dari hembusan nafas yang terasa hangat dari mulut lelaki itu menerpa wajahnya.

"Aku yakin kau tahu bahwa aku menginginkanmu, Vira." ucap Nathan dengan setengah berbisik tepat di telinga Vira.

Deg! Mata Vira membulat sempurna, dia menelan salivanya dengan kasar. Namun, sesaat kemudian Vira memejamkan matanya dan menjawab.

"I-iya Pak Nathan, sa-saya tahu," sahut Vira gelagapan.

Nathan tersenyum sambil menghirup aroma shampo yang tertinggal di rambut Vira. Mata Nathan terpejam, aroma shampo tersebut benar-benar memabukkannya.

"Baiklah, katakan berapa uang yang kau inginkan?" tanya Nathan.

"Dua ratus juta, pak."

"Hanya dua ratus juta?" tanya Nathan seolah nominal uang yang diminta Vira adalah uang yang sedikit.

Vira pun mengangguk.

Nathan berbalik, lalu berjalan ke arah meja tempat kerjanya, kemudian dia membuka dan mengambil sesuatu dari dalam sebuah laci. Nathan terlihat menuliskan jumlah uang yang diinginkan Vira di selembar sebuah cek.

"Kau yakin hanya ini?" tanya Nathan lagi.

"I-iya pak."

"Baiklah, ambil ini!" Nathan menyerahkan cek tersebut.

Dengan ragu-ragu, Vira pun mengulurkan tangannya untuk menerima selembar cek itu.

"Terimakasih Pak Nathan," ucap Vira lirih.

"Dan ambil ini!" Nathan menyerahkan sebuah kartu.

"Kartu apa ini, Pak?" tanya Vira.

"Itu adalah kartu akses untuk masuk ke apartemenku. Jadi bawalah! Karena sebentar lagi kamu akan membutuhkannya," ucap Nathan yang tiada henti mencetak senyum miring di bibirnya.

Vira menerima kartu itu dengan tangan bergetar. Meski hati kecilnya sangat menentang apa yang ia putuskan saat ini tetapi Vira tetap harus melakukannya untuk Ningrum.

Mata bulatnya melekat pada kartu akses yang tadi disodorkan oleh Nathan. Tiba-tiba Vira menelan ludahnya berat, benaknya membayangkan apa yang akan terjadi dengan dirinya setelah ini.

"Kenapa kau terlihat gugup? Kau tahu kan, Vira. Sekali kau memutuskan maka kau tidak akan pernah bisa membatalkannya."

Nathan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, matanya mengamati keresahan yang tergambar jelas di wajah Vira.

"Ingat Vira! Selama tiga bulan ke depan, kamu akan menjadi wanitaku. Dan kamu harus bersedia melakukan apapun untukku," bisik Nathan, tangannya mengelus leher jenjang Vira dengan gerakan seringan bulu membuat Vira memejamkan matanya sejenak.

Ingin rasanya ia menghindar, tetapi sialnya Vira tidak bisa melakukan itu.

Hembusan nafas yang menerpa kulit pipi membuat Vira bergidik. Terlebih ketika matanya menatap bola mata Nathan yang menggelap, sorot mata hazel abu itu tampak berkabut penuh gairah.

"B-baik pak, saya mengerti. Tetapi sebelum itu tolong berikan saya waktu sampai operasi ibu saya selesai," pinta Vira.

"Baiklah, tidak masalah. Berhubung suasana hatiku sedang bagus jadi aku akan berbaik hati menunggumu," sahut Nathan.

"Akan tetapi..." Nathan menggantung ucapannya.

"Tapi apa, Pak?" tanya Vira.

Grep! Nathan menarik dan merangkul pinggang Vira hingga tubuh keduanya saling menempel. Dada mereka nyaris tak berjarak membuat Vira menahan nafasnya.

"Jangan pernah coba-coba untuk menipuku!" ucap Nathan dengan nada penuh penekanan.

Bola mata keduanya saling bertemu kembali, namun Vira langsung mengalihkan pandangannya. Bertatapan dengan lelaki itu membuat Vira merasa gugup saja.

"Iya pak. Anda tidak perlu khawatir, saya tidak akan berani menipu anda," sahut Vira.

Nathan tersenyum, pandangan matanya berganti menatap ke arah bibir mungil milik Vira.

Cup! Tanpa aba-aba Nathan langsung menempelkan bibirnya di bibir Vira. Nathan mencium dan melumat bibir Vira sekilas.

Mata Vira terbelalak saat lelaki itu merenggut first kissnya tanpa permisi. Bahkan selama ini Vira belum pernah berciuman saat ia menjalin hubungan dengan Andi. Dan beruntung Vira tidak melakukannya, jika iya mungkin Vira akan sangat menyesalinya.

"Pak, anda..." Vira memegangi bibirnya.

Hampir saja Vira mengajukan protes. Namun beruntung dia langsung teringat bahwa lelaki itu kini sudah berhak atas dirinya.

"Kenapa? Anggap saja ini adalah sebagai ganti bayaran yang sudah aku berikan," ucap Nathan.

Vira terdiam dan bungkam. Dia masih sedikit syok karena harus kehilangan first kissnya dengan cara yang seperti ini.

"Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, bahkan sebelum kamu melakukan tugasmu. Jadi, aku juga berhak mendapatkan hakku, jadi kita impas," ucap Nathan sambil tersenyum tipis.

"Pak Nathan maaf, saya permisi dulu. Saya harus segera ke rumah sakit, saya harus segera membayar biaya operasi ibu saya," ucap Vira sembari melepaskan dirinya dari dekapan Nathan.

"Baik, pergilah! Selesaikan urusanmu terlebih dahulu sebelum kita memulai urusan kita," ucap Nathan.

"Baik, pak. Saya permisi dulu," ucap Vira lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan Nathan dengan begitu terburu-buru.

Sementara Nathan hanya menatap kepergian Vira sambil tersenyum miring.

Dengan begitu terburu-buru, Vira melangkahkan kakinya keluar dari perusahaan tersebut untuk segera menuju ke rumah sakit.

Vira masuk ke dalam sebuah mobil taxi.

"Pak, kita ke rumah sakit," ucap Vira.

"Baik mbak," sahut sopir taxi itu.

"Tapi nanti kita mampir dulu di bank ya, pak," ucap Vira lagi.

"Iya mbak," ucap sopir taxi itu sambil menyalakan mesin mobilnya lalu mengemudikannya.

Vira menyandarkan tubuhnya di kursi mobil tersebut. Vira merasa lega karena akhirnya dia berhasil mendapatkan uang untuk biaya operasi ibunya. Namun semua masalahnya belum sepenuhnya selesai, justru masalah yang sebenarnya belum dimulai.

Vira benar-benar gusar memikirkan dirinya yang akan menjadi penghangat ranjang atasannya selama tiga bulan. Vira masih tidak percaya bahwa dia akan melakukan hal serendah itu hanya demi seonggok uang.

Vira benar-benar merasa menjadi wanita murahan. Namun apa boleh buat, rasa cinta terhadap sang ibu yang membuat Vira terpaksa mengambil jalan pintas tersebut.

Tiba-tiba Vira teringat akan kejadian yang baru saja ia alami bersama atasannya. Jantung Vira mendadak kembali berdebar-debar saat ia mengingat dirinya yang baru saja berciuman dengan Nathan.

Vira meraba bibirnya, ia seakan masih bisa merasakan bibir yang begitu hangat dari lelaki itu yang melumat bibirnya.

"Ssshh, sial!" umpat Vira merutuki dirinya.

Beberapa saat kemudian, Vira mendengar suara dering dari ponselnya. Dia pun membuka tasnya untuk mengambil ponselnya.

Vira mendengus sembari tersenyum getir saat ia melihat panggilan masuk dari Andi, kekasihnya yang telah mengkhianatinya.

"Dasar sampah!" ucap Vira mengumpat.

Vira tidak menjawab panggilan dari Andi, dia sudah terlanjur sakit hati. Bahkan bayangan lelaki itu yang sedang bercinta dengan wanita lain masih terbayang dengan begitu jelas di dalam pikirannya, dan itu benar-benar menyakiti perasaannya.

Ponsel Vira kembali berdering. Namun, Vira masih tidak menghiraukannya.

Ddrrtt! Ting!

Sebuah chat masuk di ponsel Vira.

(Vira, maaf. Tolong jangan marah! Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu menelepon. Tadi aku sedang ada meeting dengan klien) isi pesan Andi.

Cih!

Vira mendengus sambil berdecih saat ia membaca pesan dari Andi yang dipenuhi dengan dusta.

"Meeting?" gumam Vira.

"Kau pikir aku ini bodoh?" ucap Vira sambil menatap layar ponselnya. Namun, ia sama sekali tidak berniat membalas pesan dari lelaki itu.

"Dasar bajingan! Penghianat!" ucap Vira tidak berhenti merutuk.

"Aku bahkan tidak sudi untuk melihat wajahmu," ucap Vira lagi.

Vira pun kemudian mematikan ponselnya. Dia tidak ingin lelaki itu mengganggunya lagi.

--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 39 Wanita itu Bukan Ibuku!

    Pria paruh baya itu melangkah mantap ke tengah ruangan, sorot matanya tajam menyapu setiap sudut hingga membuat suasana terasa kian menegangkan. Para pegawai sontak terdiam, tak ada yang berani bersuara. Vira yang berdiri paling ujung hanya bisa menatap penuh tanya, siapa sebenarnya orang ini hingga semua orang begitu menghormatinya?Vira menelan ludah, ia tak tahan lagi untuk berbisik pada Ana, "Siapa dia, Na?"Ana meliriknya sekilas, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Vira. "Itu… Ayahnya Pak Nathan, namanya Pak Bramantyo!"Dengan suara berat namun penuh wibawa, pria paruh baya itu akhirnya membuka mulutnya, "Apa Nathan ada di ruangannya?" tanyanya. Ana yang berdiri di samping Vira buru-buru menyikut pelan lengannya, memberi isyarat agar ia segera maju. Bagaimanapun juga, Vira adalah asisten pribadi Nathan jadi sudah sepatutnya dialah yang harus berurusan langsung dengan pria penting itu.Mau tak mau, Vira melangkah mendekat, menundukkan sedikit tubuhnya sebagai bentuk hormat. "S

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 38 Tumpukan Berkas di Meja CEO

    Makan malam akhirnya usai, menyisakan meja yang dipenuhi piring dan gelas kotor. Namun, alih-alih beranjak, Nathan masih bersandar santai di kursinya, matanya tak lepas dari sosok Vira di seberangnya. "Vira," suaranya dalam, membuat wanita itu menoleh dengan bingung. "Ada sesuatu di sudut bibirmu!" ucap Nathan sambil menunjuk dengan telunjuknya. Refleks Vira menyeka dengan punggung tangannya. "Sudah belum?" tanyanya polos.Nathan menggeleng, sudut bibirnya terangkat tipis. "Bukan di situ… di sebelah kanan!"Dengan kikuk, Vira mencoba lagi, menggunakan ujung jarinya. "Sekarang?" tanyanya, semakin salah arah.Nathan mendesah pendek, matanya menyipit antara kesal dan geli. "Bukan di situ. Kau justru membuatnya semakin berantakan!" Wajah Vira memanas, ia kembali menyeka dengan buru-buru. "Dimana sebenarnya? Ini tidak ada kok!" ucapnya sedikit jengkel.Nathan hanya menghela napas panjang sebelum akhirnya bangkit dari kursinya. "Sudahlah…" gumamnya pelan.Tanpa banyak kata, ia melangkah

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 37 Tugasmu Menghangatkan Ranjangku!

    Nathan menarik napas dalam, membiarkan jarak di antara mereka terasa lebih intim. Matanya menatap Vira, seolah ingin menembus setiap perasaan yang tersembunyi di balik tatapannya.Vira masih meringkuk di sudut sofa, jantungnya berdegup kencang, campuran rasa gugup dan hangat yang tiba-tiba membanjiri dadanya. Ia tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa menatap Nathan dengan mata yang sedikit membelalak.Vira menunduk, bibirnya bergetar sedikit. "Nathan…" ucapnya dengan suara lirih, nyaris tersedak. "A-apa… kau tidak lapar?" Lanjutnya terbata. Nathan tersenyum tipis, matanya berkilat nakal. "Tentu saja aku sangat lapar… sampai aku ingin memakanmu sekarang juga!" jawabnya sambil menyeringai, nada bercandanya berhasil membuat wajah Vira memerah hebat. Vira terdiam sejenak, menelan ludah dan menundukkan wajahnya. Jantungnya berdetak lebih kencang, antara kesal dan malu. "Bu-bukan itu maksudku… hmmpptthh…" ucapnya terbata, wajahnya memerah hebat.Namun sebelum kata-katanya tuntas, Natha

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 36 Aku Menunggumu

    Kini hidangan yang ia olah dengan sepenuh hati, tersusun rapi di atas meja makan. Vira duduk di kursinya, menyendok nasi lalu menambahkan lauk ke piringnya. Perutnya pun mulai keroncongan, membuatnya benar-benar ingin segera menyuapkan makanan itu ke mulutnya. Namun saat sendok nyaris menyentuh mulutnya, sebuah kalimat Nathan kembali terlintas di kepalanya, "Aku tidak suka makan sendirian." Vira terdiam. Tangannya yang memegang sendok refleks terhenti di udara. Pandangannya jatuh pada kursi kosong di seberangnya, kursi yang semestinya terisi oleh Nathan. Seketika rasa lapar itu sirna, digantikan dengan perasaan hampa. Entah mengapa, ia merasa tidak tega menghabiskan makanan itu sendirian. Seolah Nathan benar-benar hadir di antara ingatannya, menahannya untuk tidak menikmati makan malam itu tanpa dirinya. Dengan helaan napas panjang, Vira meletakkan kembali sendoknya di atas piringnya. Ia hanya duduk memandangi meja, membiarkan makanan tetap utuh, sembari berharap pintu apartemen i

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 35 Milikku, Hanya Milikku

    Keheningan di antara mereka tak berlangsung lama. Nathan menarik napas dalam, seolah tengah menimbang sesuatu yang berat. Dia tidak mengerti kenapa dirinya harus semarah itu. Namun jujur saja, Nathan merasa tidak terima jika ada pria lain yang menyentuh Vira.Tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan gejolak yang mendesak keluar."Sekarang aku ingin kau... memberikan identitas orang itu padaku!" ucapnya penuh penekanan. "Untuk apa, Pak?" tanya Vira lirih. "Vira! Jangan membantah. Lakukan saja apa yang kukatakan. Sekarang, berikan identitas pria itu padaku!" suara Nathan meninggi, tegas dan penuh tekanan."B-baik, Pak…" ucap Vira terbata. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponselnya. Air matanya masih mengalir, membasahi pipinya saat ia menggulir layar, mencari nama yang paling ingin ia hapus dari hidupnya. Beberapa detik kemudian, data itu terkirim."Aku… sudah mengirimkannya, Pak!" ucapnya pelan, seolah melepaskan beban berat dari dadanya.Nathan segera menunduk pada layar ponselnya.

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 34 Tamparan Harga Diri

    Langkah Nathan dan Vira langsung terhenti. Nathan menoleh perlahan, rahangnya mengeras saat melihat Andi masih berdiri di tempat yang sama. "Kau masih belum tahu diri rupanya," ucap Nathan pelan, namun penuh penekanan. Andi maju selangkah, sorot matanya liar. "Kau tidak bisa membawanya pergi begitu saja!" seru Andi."Aku belum selesai berurusan dengannya!"Nathan mendorong Vira perlahan ke belakang tubuhnya, seolah menjadi tameng. Tatapannya tajam menantang."Kau sudah selesai sejak kau memilih mengkhianatinya!"Andi mendengus."Dia milikku!""Dia bukan milikmu lagi! Sekarang, dia bersamaku. Kau tak punya hak sedikit pun untuk menahannya," ucap Nathan tegas. "Pak, tenang saja. Aku hanya ingin meminjamnya sebentar. Setelah itu, akan ku kembalikan lagi padamu," ucap Andi dengan nada seenaknya."Lagi pula... wanita seperti dia, bukankah kita bisa berbagi?"Deg!Mata Vira membelalak. Berbagi?Apa dia pikir dirinya itu barang? Yang bisa dipinjam dan dikembalikan sesuka hati? Hatinya be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status