Merasa masih belum puas juga, Daffa pun minta nambah jatah dari Nada. Meskipun tadi dia dan Nada sudah crot berkali-kali, tetapi nyatanya batang pria itu tetap tegang dan seolah tak lelah sama sekali.Tanpa buang waktu, Daffa cepat-cepat melucuti bra dan celana dalam milik Nada. Tubuh Nada menggeliat kegelian.Kedua tangan kekarnya itu segera melepaskan pengait yang menutup kedua dada Nada, menariknya dengan lembut, hingga membuat dua tetek besar itu menggempa dan berayun.“Wah, tetek kamu selalu saja menggoda aku, Sayang,” puji Daffa, matanya sudah berkabut penuh gairah.“Mmmph, Daffa, aku ….”Cup!Daffa langsung membungkam mulut Nada dengan mulutnya sendiri. Ia lumayan bibir kekasihnya itu dengan sangat lembut, tetapi liar."Ummmpphhh." Nada berusaha melepaskan tautan bibirnya dari bibir kekasihnya itu, tetapi Daffa malah semakin kuat menyesap bibir atas dan bawah gadis itu secara bergantian."Ummmpphh, cckk ckk."Suara decakan khas orang berciuman terdengar memenuhi kamar tersebut.
Crot! Crot! Crot!“Ahh, Daffa, aku keluar,” ringis Nada sambil menutupi wajahnya sendiri karena merasa malu.Cairannya muncrat dengan deras, membasahi wajah tampan Daffa. Nada benar-benar malu hingga membuat wajahnya memerah!Ia bahkan hendak menutup kedua kakinya, tetapi dengan cepat Daffa segera mencegahnya.“Jangan ditutup, Sayang. Kenapa malu? Aku malah senang kalau kamu bisa squirt. Itu artinya, kamu puas dengan permainanku,” ujar Daffa, sambil kembali membuka kedua kaki Nada lebar-lebar.Pria itu tersenyum puas, melihat meki Nada yang kini sudah basah kuyup oleh cairan hangatnya yang tumpah ruah. Daffa malah mendekatkan wajahnya lagi, hingga membuat Nada refleks menggeser bokongnya mundur.“Daffa, mau ngapain?” tanya gadis itu dengan kaget.“Aku cuma mau jilatin memek kamu yang udah banjir ini loh, Sayang.”“Tapi jijik, aku ….”“Ssstt! Nggak apa-apa. Udah kamu diem aja ya.”Tanpa menunggu jawaban dari Nada lagi, Daffa segera menjulurkan lidahnya dan menjilati memew basah Nada ya
Gadis itu masih terperangah. Wajahnya memerah, tubuhnya refleks bergerak cepat menutupi dirinya yang telanjang hanya dengan kedua tangan dan posisi tubuh yang segera merapat ke tembok kamar mandi. Air masih menetes dari rambutnya yang basah, kulitnya terlihat mengilap oleh sisa-sisa sabun yang belum sempat dibersihkan sempurna.“Jeffan, kamu … Kamu ngapain ke sini?” suara Nada bergetar karena panik.Tangannya refleks menutupi payudara dan meki nya yang telanjang, tanpa ditutupi oleh apapun.“Ma … maaf.” Suara Jeffan tersendat.Jeffan berdiri di ambang pintu, membeku sejenak. Matanya sempat menangkap bayangan tubuh Nada. Lekuk-lekuk sempurna yang selama ini hanya dia bayangkan dalam diam. Tapi ia cepat-cepat menunduk, menahan nafas, dan menyadari situasi yang sangat tidak pantas."Aku.… Aku minta maaf!" ucap Jeffan terbata, matanya melirik ke arah gantungan handuk yang tergantung di dinding.Dengan cepat, ia mengambilnya dan melemparkan handuk itu ke arah Nada, lalu membalikkan badanny
“Ahhh, Daffa!” Nada meremas-remas rambut Daffa, sambil tubuhnya terus saja menggeliat kenikmatan karena lubang basahnya ditusuk-tusuk jari besar milik oleh pria itu.“Ohh, aku kangen banget sama memew kamu yang nikmat ini, Nada. Uhh!” Daffa melenguh, seraya kini bibirnya menghisap dan melumat habis bibir Nada.Sedangkan tangannya di bawah sana terus saja mengocok-ngocok liang memew Nada yang semakin basah, hingga terdengar bunyi cairan lengket yang diobok-obok keluar masuk.Suara desahan Nada terdengar sangat sensual memenuhi kamar tersebut. Setelah cukup lama mengobok-obok liang surgawi kekasihnya itu, Daffa pun menyudahi permainan jarinya tersebut.Kini ia mulai melepaskan seluruh pakaian Nada. Melucuti piyama gadis itu, dan membuangnya begitu saja ke sembarang tempat.Daffa tercengang, matanya sayu saat melihat tetek jumbo Nada yang bergelantungan seperti pepaya matang. Sangat ranum dan menggairahkan.“Aku kangen banget sama tetekmu juga, Sayang.”“Mmpphh! Mmpphh.” Daffa melenguh p
BRAK!!Pintu kamar itu mendadak jebol dihantam keras dari luar. Engselnya terlepas, menghantam dinding dengan bunyi dentuman yang memekakkan telinga. Asap debu beterbangan. Nada masih membeku di lantai yang dingin, tubuhnya menggigil, matanya membelalak penuh ketakutan.Suara langkah sepatu berlari cepat, disusul pekikan nyaring yang menggema di seluruh ruangan.“LEPASKAN NADA! JAUH-JAUH DARI DIA!!”Teriakan itu seperti sambaran petir di tengah malam yang mencekam. Pak Bayu yang tadinya hendak melesapkan batang besarnya ke dalam meki Nada, kini dengan ekspresi buasnya ia langsung terperanjat. Tatapannya berubah panik saat matanya menangkap sosok Daffa berdiri di ambang pintu dengan napas memburu, wajah merah padam penuh amarah. Di belakangnya, Jeffan menerobos masuk bersama beberapa polisi bersenjata lengkap.“POLISI! ANGKAT TANGAN SEMUA!” seru salah satu petugas.Kekacauan pun pecah. Para petugas menyerbu masuk, menjatuhkan dua anak buah Mami Lulu ke lantai dan memiting mereka denga
Hujan turun deras malam itu, memukul-mukul atap seng rumah bordil yang terletak di pinggiran kota. Di dalam ruang sempit dan remang itu, Nada didorong dan dihempaskan dengan paksa oleh kedua pria bertubuh kekar anak buah Mami Lulu, hingga tubuhnya membentur tepian ranjang.Brukk!“Sekarang lebih baik kamu diam di sini, biar mami Lulu yang akan memberi pelajaran padamu!” kata salah seorang pria dengan kasar.“Enggak! Aku nggak mau di sini! Lepaskan aku!”Brakk!Pintu kamar itu ditutup dengan keras, meninggalkan Nada yang masih menangis seorang diri di dalam kamar. “Huhuhu, Daffa, tolong aku! Nenek, aku takut di sini.” Nada menangis semakin menjadi-jadi.Ia terduduk di lantai dengan napas terengah dan tubuh gemetar. Matanya menatap kosong ke arah dinding, namun tubuhnya berkeringat dingin, seolah maut mengintai dari sudut ruangan.“Baru satu malam aku berada di tempat terkutuk ini, tapi rasanya aku sudah hampir mati. Huhuhu,” tangis Nada kian tak terbendung lagi.Mata sayu nya melirik