Share

2. Susui Dia

last update Last Updated: 2025-04-29 13:45:04

Entah sudah berapa lama dan apa yang terjadi. Namun, tiba-tiba Nada membuka mata, dan gadis itu terbangun dengan perasaan bingung. Kepalanya terasa berat, dan pandangannya masih kabur.

"Aku di mana?" gumamnya lemah, seraya mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengerti situasi yang tengah dia hadapi.

Saat matanya terbuka sepenuhnya, dia mendapati dirinya berada di sebuah kamar yang asing. Cahaya redup dari jendela yang tertutup tirai tebal membuat ruangan terasa suram. Di hadapannya berdiri seorang wanita paruh baya dengan wajah dingin.

"Kamu ada di rumah Tuan Hendra," jawab wanita itu ketus, tanpa memperkenalkan diri atau memberikan penjelasan lebih lanjut.

"Siapa kamu?" tanya Nada dengan mata membelalak, terkejut.

"Tidak penting siapa aku, yang jelas aku ada di sini untuk mengurusmu," sahut wanita itu lagi.

Nada mengerutkan kening, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Dia tak tahu bagaimana dia bisa sampai di sini. Tapi yang dia ingat hanyalah bahwa tubuhnya ditarik paksa oleh beberapa orang, lalu semuanya menjadi gelap.

"Siapa Tuan Hendra?" tanya Nada akhirnya, suaranya mengandung nada kebingungan dan ketakutan.

Namun, wanita itu hanya memandangnya dengan tatapan dingin, tanpa berniat menjawab.

Tatapan wanita itu beralih ke seragam SMA yang dikenakan Nada, yang basah di bagian dada karena susu Nada yang sudah tumpah ruah.

"Cepat ganti pakaianmu!" perintah wanita itu sambil melemparkan sehelai pakaian tepat ke wajah Nada.

Nada terkejut, tubuhnya gemetar. Refleks ia langsung menyingkirkan sehelai pakaian yang mendarat di wajahnya sambil menatap pada wanita paruh baya itu.

"Kenapa aku harus mengganti pakaian? Aku nggak mau," jawabnya, berusaha menolak dengan suara lirih.

Ada rasa takut yang begitu mendalam di hatinya. Siapa wanita ini? Dan siapa Tuan Hendra?

"Jangan membantah!" sergah wanita itu dengan Nada tinggi. "Sebentar lagi Tuan Hendra akan segera datang. Kamu harus siap."

Nada ancaman dalam suara wanita itu membuat Nada terpaksa menyerah. Dia tahu dia tidak punya pilihan. Dengan tangan gemetar, dia pun mengambil pakaian yang diberikan, lalu menuju ke kamar mandi yang ditunjukkan oleh wanita tersebut.

Sambil menggigil, Nada mencoba menenangkan dirinya, berharap bisa mencari jalan keluar dari situasi mengerikan ini.

"Pakaian apa ini?" Nada terkejut saat ia menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi.

Bagaimana tidak?

Pakaian yang diberikan wanita paruh baya itu kepadanya adalah sebuah mini dress dengan belahan dada rendah. Mini dress tanpa lengan itu hanya punya panjang sampai setengah paha Nada. Belahan payudara nya juga sangat rendah, hingga menonjolkan belahan bukit kembar Nada yang besar dan padat.

Dress itu juga melekat di tubuhnya dengan sangat ketat, benar-benar menampilkan keseksian tubuh Nada yang memang dianugerahi dada besar dibandingkan gadis seusianya itu.

Pakaian itu benar-benar membuat Nada risih dan merasa tak nyaman. Namun, ia bimbang karena sudah tak punya pakaian lain lagi. Bahkan ia juga tak diberikan bra oleh wanita paruh baya tadi. Hanya diberikan mini dress itu dan sebuah g string. Untuk memakai seragam dan bra nya yang tadi rasanya sangat tidak mungkin. Karena semua pakaian Nada sudah basah oleh air susunya.

"Aduh, bagaimana ini? Nggak mungkin aku keluar dengan pakaian setengah jadi seperti ini kan?" Nada gusar.

Tok! Tok! Tok!

Nada tercengang, karena sebelum ia berhasil mengambil keputusan, tiba-tiba sudah terdengar suara ketukan keras di pintu kamar mandi tersebut.

"Cepat keluar! Tuan Hendra sudah datang dan dia tidak punya waktu untuk menunggumu berlama-lama di kamar mandi," kata wanita di luar sana dengan nada suara yang ketus dan sinis seperti tadi.

Nada kebingungan, tapi ia juga tak punya pilihan lain selain menuruti apa yang dikatakan oleh wanita. Dengan jari-jarinya, Nada menyisir rambutnya yang tampak berantakan. Setelah itu, barulah ia membuka pintu kamar mandi dengan tangan gemetar.

Ceklek!

Begitu pintu terbuka, tanpa berkata apa-apa lagi, wanita paruh baya itu langsung menarik tangan Nada dengan kasar.

"Aw, ini sakit, Nyonya," keluh Nada meringis kesakitan saat pergelangan tangannya dicengkeram dengan erat oleh wanita itu.

"Kita tidak punya banyak waktu, karena kamu sudah terlalu lama berada di kamar mandi. Sekarang ayo cepat ikut aku. Tuan Hendra Sudah menunggu!"

"Akh!" Nada meringis tertahan, dan akhirnya hanya menurut saja saat ia ditarik paksa masuk kembali ke dalam kamar.

Setibanya di kamar, Nada tercengang karena di hadapannya sedang berdiri seorang pria paruh baya berusia sekitar 60 tahun yang didampingi oleh dua orang bodyguard berbadan kekar.

"Si ... Siapa kalian?" jerit Nada panik, dan cepat-cepat menutup tonjolan dada besarnya itu serta paha dengan menggunakan tangannya.

Rasanya saat ini dia benar-benar risih, karena berpenampilan seperti gadis malam di hadapan tiga pria tak dikenal itu.

"Sstt! Jangan banyak bicara! Saya tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaan kamu," kata pria itu pada Nada.

"Ira," panggil pria tua itu pada si wanita paruh baya tadi.

"Iya, Tuan Hendra," angguk Ira dengan patuh.

"Bawa gadis ini ke kamar Daffa. Kita bicarakan semuanya di sana!" perintah pria tua yang ternyata adalah Tuan Hendra itu.

"Baik, Tuan."

Tuan Hendra dan kedua bodyguard nya itu segera keluar dari kamar. Sedangkan Ira cepat-cepat menarik tangan Nada untuk mengikuti mereka.

Mereka berjalan melalui beberapa koridor di rumah mewah itu, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah lift. Nada heran, karena ada lift di sebuah rumah.

Tanpa membuang waktu, Ira segera menuntun Nada masuk ke lift bersama Tuan Hendra dan yang lain. Tak butuh waktu lama, akhirnya lift pun berhenti di lantai yang menuju ke sebuah kamar. Dan hanya satu-satunya kamar di lantai itu, lantai paling atas rumah mewah tersebut.

Nada dan yang lainnya mengikuti langkah Tuan Hendra, yang masuk ke dalam kamar tersebut. Begitu ia membuka pintu, tampaklah seorang pria berusia sekitar 25 tahun yang sedang terbaring dengan wajah yang tampak lemah.

Di tangannya terpasang tak hanya satu infus. Wajahnya sangat tampan dan berkulit putih, tapi terlihat sangat pucat.

"Dia putraku satu-satunya, namanya Daffa," ujar Tuan Hendra tiba-tiba sambil menunjuk ke arah pria tersebut.

"Daffa mengidap penyakit langka selama satu tahun terakhir. Separuh tubuhnya lumpuh dan dia sering sesak nafas secara tiba-tiba karena gangguan di paru-parunya. Tapi penyakitnya ini tidak bisa diobati dengan peralatan medis. Saya sudah berusaha membawa Daffa berobat kemana saja, bahkan ke luar negeri, ke rumah sakit terbaik sekali pun. Tapi hasilnya tetap saja nihil."

Nada hanya diam dan tak berani menyahut sedikit pun. Ia bahkan terus menunduk dan tak berani menatap Daffa maupun tuan Hendra.

"Nada," panggil Tuan Hendra, yang seketika membuat Nada mengangkat wajahnya karena kaget, sebab Tuan Hendra mengetahui namanya.

"Iya, Tuan." Nada mengangguk pelan.

"Saya ingin kamu menolong putra saya. Nanti saya akan berikan imbalan besar untuk kamu."

"Menolong? Apa yang harus saya lakukan?" tanya Nada kebingungan.

Tuan Hendra menghela nafas dalam-dalam, lalu menatap pada Ira dan juga kedua bodyguard nya secara bergantian.

"Tolong susui Daffa, karena selama ini dia hanya bisa ditolong dengan air susu seorang gadis.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   8. Minta Jatah

    “Nah, karena nenek kamu sudah setuju, maka kita bisa pergi ke rumahku malam ini, Nada. Kalian nggak perlu menyiapkan apapun, karena di rumahku semuanya sudah tersedia.” Daffa berkata dengan sangat antusias.“Ta … tapi kami nggak bisa meninggalkan rumah kami. Rumah ini sudah ….”“Setiap weekend aku bakalan mengantar kalian untuk mengunjungi rumah ini. Lagipula aku akan meminta anak buahku untuk merenovasi rumah ini supaya terlihat lebih bagus,” lanjut Daffa yang seolah tak memberi kesempatan pada Nada untuk berbicara.Nek Siti tampak sangat terkejut dan tak menyangka dengan jawaban Daffa. Ia bahkan terlihat antusias dan merasa bahagia.“Tuan Daffa, benarkah itu? Rumah kami akan direnovasi?”“Benar, Nek. Karena itu lebih baik sekarang kita pergi ke rumahku agar para anak buahku bisa segera merenovasi rumah ini.”“Baiklah kalau begitu, tuan. Saya nurut saja dengan Nada,” angguk Nek Siti sembari melirik pada cucunya itu.“Ya sudah, ayo kalau begitu.” Daffa te

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   7. Oh, Kamu Sangat Menggoda

    “Apa yang kamu lakukan, Tuan Muda?” seru Nada dengan wajah pucat, tetapi Daffa sama sekali tak menghiraukan teriakannya itu.“Tenanglah, Nada. Aku hanya ingin mengajak kamu bersenang-senang saja aja kok,” jawab pria itu santai.“Jangan lakukan ini, Tuan Muda!” teriak Nada sambil berusaha mendorong tubuh Daffa supaya menjauh darinya.Kakinya menendang dan meronta-ronta, tetapi itu sama sekali tak menyurutkan niat Daffa sedikit pun. Entah kenapa rasanya Nada terlihat semakin seksi dan menantang di hadapannya di kala sedang memberontak seperti itu.“Kamu tenang aja, Nada. Aku nggak akan menyakiti kamu kok. Aku hanya ingin minta sedikit saja dari tubuhmu, dan ini tetap nggak akan mengurangi kecantikanmu. Seksimu juga nggak akan berkurang, tapi kamu malah akan semakin seksi. Aku bisa membuat dada mu semakin bertambah besar dan menggoda dengan remasanku. Jadi kamu tenang saja,” bisik Daffa sambil mencengkram kedua pergelangan tangan Nada, lalu menyatukannya di atas kepala gadis itu.“Enggak

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   6. Tuan Muda, Ahhh

    “Hah?”Kedua mata Nada membelalak lebar bahkan mungkin nyaris melompat keluar dari tempatnya. Ia sangat terkejut mendengar perkataan Daffa.“Apa maksud Tuan Muda? Aku harus ganti baju di depanmu, begitu?” tanya Nada, jantungnya terasa berdegup sangat kencang.“Iya. Memangnya kenapa? Apa kamu nggak mau? Toh aku juga udah lihat dada mu kan?” Daffa berkata dengan santainya sambil bersedekap dada.“Ta … tapi ….”“Cepatlah! Aku nggak menerima penolakan,” desak Daffa yang terus menatap tajam pada Nada.“Aku hitung sampai tiga. Kalau kamu nggak mau ganti baju juga, maka aku yang akan melepas bajumu dengan paksa. Aku yang akan mengganti bajumu. Satu …!” Daffa mengangkat jari telunjuknya ke udara.Nada semakin gemetar mendengar perkataan Daffa. Ia ragu, apakah harus melepaskan pakaiannya di hadapan Daffa atau tidak?“Dua!”“Sebentar, Tuan!” Nada memekik karena masih ragu.Walaupun Daffa sudah melihat dada nya dan bahkan sudah meny*su darinya, tapi tetap saja Nada malu jika bagian sensitifnya h

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   5. Ganti Baju di Depanku

    Terdengar suara pintu terbuka dari luar, bersamaan dengan suara seorang pria yang berseru cukup keras memanggil nama Daffa dan Nada. Sontak suara itu membuat keduanya terkejut dan cepat-cepat menoleh ke sumber suara."Papa," lirih Daffa terbelalak, saat melihat keberadaan Tuan Hendra yang sudah berdiri di ambang pintu.“Tu ... Tuan," ucap Nada pula.Gadis itu pun cepat-cepat menarik dada nya dari mulut Daffa begitu saja lalu memasukkan kembali dada nya yang besar itu ke balik dress berbelahan rendah yang sedang ia kenakan. Wajah Nada pucat pasi, karena ia khawatir jika Tuan Hendra sampai melihat apa yang ia lakukan terhadap Daffa tadi.Daffa mencoba bangkit perlahan dari pangkuan Nada dengan dibantu oleh gadis itu. Setelah itu, Nada dan Daffa duduk berdampingan dan masih bersimpuh di lantai. Sedangkan Tuan Hendra segera berjalan menghampiri mereka berdua, kali ini tanpa didampingi oleh Ira ataupun kedua bodyguard nya."Kamu sudah melakukan tugasmu dengan baik," kata Tuan Hendra sambil

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   4. Menyusui Tuan Muda

    Nada menatap Daffa dengan mata terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."A … Apa?” suaranya bergetar, menggema di antara mereka.Wajah Daffa terlihat penuh penderitaan, tubuhnya meronta seolah menahan rasa sakit yang sudah tak tertahankan lagi."Argh!" erangan Daffa menggema, membuat Nada gemetar di tempatnya berdiri.Dia tak bisa berpikir jernih, rasa takut dan panik bergemuruh dalam dirinya. Tubuhnya terasa lemas, bingung, dan tak tahu harus berbuat apa. Dadanya sesak, dan pikirannya buntu. Memberikan air susunya pada Daffa?Itu tidak mungkin!Selama ini bahkan tidak pernah ada seorang pun laki-laki yang berani menyentuhnya, apalagi sampai sejauh itu.“Apa … Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya dengan suara gemetar, hampir tak terdengar.Mata Daffa semakin sayu, wajahnya semakin pucat seperti hilang dalam kegelapan yang menyesakkan.“Aku butuh air susumu …” suaranya terdengar hiba, hampir putus asa.Nada memegang dada nya, merasakan detak jantungnya yang sem

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda 21+   3. Aku Butuh Susumu

    Duarr!Bagaikan tersambar petir di siang bolong telinga Nada, ketika mendengar apa yang baru saja ditangkap oleh telinganya itu."Apa?" Nada membelalak kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Tuan Hendra."Ya. Saya sudah tau dari para anak buah saya, kalau kamu sudah bisa menghasilkan asi. Karena itu saya membawa kamu kesini untuk menolong Daffa. Saya pasti akan memberikan banyak uang untukmu dan nenekmu itu, asalkan anak saya bisa sembuh," kata Tuan Hendra dengan suara dingin."Ta ... Tapi, Tuan, saya nggak bisa. Saya masih sekolah dan saya ….""Saya tidak menerima penolakan, dan saya bisa saja menghancurkan hidup kamu, kalau kamu berani membantah perintah saya!" Tuan Hendra menatap tajam pada Nada dengan sangat dingin.Tanpa menunggu jawaban dari gadis muda itu, Tuan Hendra segera keluar dari kamar dengan diikuti oleh kedua anak buahnya. Sedangkan Nada masih terdiam, bersama dengan Ira yang masih berdiri di sampingnya. Ia terpaku menatap hampa pada Daffa yang terbaring lem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status