共有

Bab 4

last update 最終更新日: 2025-04-29 13:46:07

Nada menatap Daffa dengan mata terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"A … Apa?” suaranya bergetar, menggema di antara mereka.

Wajah Daffa terlihat penuh penderitaan, tubuhnya meronta seolah menahan rasa sakit yang sudah tak tertahankan lagi.

"Argh!" erangan Daffa menggema, membuat Nada gemetar di tempatnya berdiri.

Dia tak bisa berpikir jernih, rasa takut dan panik bergemuruh dalam dirinya. Tubuhnya terasa lemas, bingung, dan tak tahu harus berbuat apa. Dadanya sesak, dan pikirannya buntu. Memberikan air susunya pada Daffa?

Itu tidak mungkin!

Selama ini bahkan tidak pernah ada seorang pun laki-laki yang berani menyentuhnya, apalagi sampai sejauh itu.

“Apa … apa yang harus aku lakukan?” tanyanya dengan suara gemetar, hampir tak terdengar.

Mata Daffa semakin sayu, wajahnya semakin pucat seperti hilang dalam kegelapan yang menyesakkan.

“Aku butuh–” Suaranya terdengar hiba, hampir putus asa.

Nada merasakan detak jantungnya yang semakin kencang, seolah hendak meledak. Dia teringat ucapan Tuan Hendra.

"Daffa hanya bisa sembuh dengan air susu dari seorang gadis."

Tapi bagaimana mungkin Nada melakukan itu? Dia masih seorang gadis suci, belum pernah disentuh. Bagaimana mungkin dia menyerahkan dirinya begitu saja?

“Enggak!” Nada menggelengkan kepalanya dengan cepat, air mata hampir menggenang di matanya. "Aku nggak bisa melakukan ini."

Namun, tiba-tiba perkataan Tuan Hendra tadi terngiang di telinganya, membuatnya terdiam di tempat.

"Saya tidak menerima penolakan. Ingat, saya bisa menghancurkan hidup kamu kalau kamu berani membantah perintah saya!”

Ancaman itu bergema dalam pikirannya, membuat tubuhnya semakin gemetar. Jika Tuan Hendra tahu segala tentang dirinya, maka ia tahu semua termasuk tentang Nek Ijah.

Apa yang akan terjadi jika Tuan Hendra marah? Pasti dia akan mencelakai Nek Ijah juga.

Pikiran Nada dipenuhi bayangan buruk tentang Nek Ijah yang bisa saja terluka, atau lebih parah lagi.

“Ya Tuhan." Nada memejamkan matanya, air mata mulai mengalir di pipinya. "Apa aku harus melakukan ini? Apa ini satu-satunya jalan?”

Ketakutan, keraguan, dan rasa bersalah bercampur aduk dalam dirinya, menenggelamkannya dalam lautan kebingungan.

"Argh!" erangan Daffa kembali terdengar, membuat Nada tersentak dengan perasaan panik.

"Cepat! Tolong aku–" Suara Daffa tercekat.

Nada tergeragap. Dalam panik, ia akhirnya memutuskan, "Ba-baiklah. Aku akan memberikan air susu untuk Tuan Muda."

Nada ketakutan dan tak punya pilihan lain selain menuruti permintaan Daffa. Daripada nanti neneknya yang menjadi pelampiasan kemarahan Tuan Hendra, maka lebih baik ia yang berkorban sekarang.

Dengan tangan gemetar, perlahan Nada mulai meraba bagian depan tubuhnya. Gaun berbelahan rendah yang dikenakannya itu kini sudah basah, karena dia memang tak mengenakan bra.

Pelan-pelan Nada menurunkan belahan gaunnya hingga di bawah. Dua gundukan indah milik Nada sedikit bergoyang, terbebas dari sesaknya impitan gaun tersebut. Keindahan dua aset Nada yang sangat besar, padat, dan kencang itu sukses membuat mata Daffa sedikit lebih melebar. Ia menatap takjub, karena selama ini ia tak pernah melihat yang seindah dan sebesar milik Nada.

Puncaknya yang kemerahan dan tampak mengeras itu tak hentinya menitikkan air susu yang jatuh tepat di wajah Daffa.

Nada memegang miliknya dengan tangan gemetar, lalu setengah menunduk dan mengarahkan puncaknya tepat ke mulut Daffa.

"Bu ... Buka mulutmu lebih lebar, Tuan.”
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (2)
goodnovel comment avatar
Elis Achriya
katanya tonton 2 iklan tuk membuka kunci tp ga bisa kebuka zonk aahh
goodnovel comment avatar
Syifa Putri Chaniago
gila ni cerita
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   Bab 230

    “Sialan!” geram pria paruh baya itu. Tangan Hadi masih menggenggam kertas lusuh yang tadi terlipat di bawah batu. Angin malam menerpa wajahnya yang penuh peluh, meski suhu udara di luar tidak panas sama sekali. Lampu jalan berkedip pelan di kejauhan, menciptakan bayangan panjang di atas aspal yang

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   Bab 229

    Kamar Ayu terasa lebih hangat malam ini. Bukan karena suhu tubuhnya yang masih sedikit demam, tapi karena sosok Yugo yang duduk di samping tempat tidurnya. Cahaya lampu tidur temaram menyapu wajah mereka. Ayu sudah berbaring dengan selimut rapi, namun tangannya tetap menggenggam jemari Yugo yang ha

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   Bab 228

    Tok. Tok. Tok. Ketukan itu kembali terdengar, pelan tapi tegas. Yugo menelan ludah. Lampu teras yang remang di luar sana, membuat wajah pria di luar terlihat samar. Tapi saat pandangan mereka bertemu, jantung Yugo mendadak berdebar cepat. “Pak Hadi?” gumamnya nyaris tak terdengar. Pria paruh bay

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   Bab 227

    “Besok-besok jangan ngilang-ngilang lagi ya, Rey. Gue hampir gila nyariin lo.” Mereka sempat berbasa-basi sejenak, lalu berpisah. Namun, kini Yugo tidak langsung pulang menuju ke rumahnya. Tangannya memutar setir ke arah lain, yakni ke rumah Ayu. Karena ia merasa sudah terlalu lama meninggalkan gad

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   Bab 226

    Mobil Daffa kini melaju pelan di jalanan kota yang mulai sepi. Lampu jalan berpendar lembut di kaca depan, memantul samar di wajah dua anak muda yang duduk di dalam kabin. Dari luar, mereka terlihat seperti pasangan biasa yang pulang dari kencan. Tapi di dalamnya, ada banyak luka dan pertanyaan yang

  • Pemuas Nafsu Tuan Muda   Bab 225

    Jeffan memicingkan mata. “Apa-apaan ini? Kamu bawa polisi segala?” Yugo maju satu langkah. “Biar Reyhand yang jelasin.” Reyhand melangkah, matanya menatap tajam pada kakak Daffa itu. “Setelah aku disekap, aku hilang kontak selama beberapa hari. Tapi begitu aku dan Yugo keluar dari penginapan mala

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status