“Benar. Saya Ibunda dari Alan Faena dan ... salah seorang teman kuliah kamu, Sherly Faena ....”Angel terkejut setengah mati mendengar nama terakhir yang diucapkan Wanita itu. Sejak awal bertemu dengan pemilik awal dari Hotel Mendez, dia tak pernah berpikir tentang Sherly dan ternyata dia baru mengetahui kalau Sherly memiliki nama belakang seperti pemilik awal Hotel Mendez yang tak lain adalah Alan Diego Faena. ‘Wah, sepertinya yang ‘Kaya’ itu bukanlah Camille, tapi si Sherly! Wah, gila sih!’ bisik Angel dalam hati. Sejak awal masuk kuliah, Angel sama sekali tidak begitu memperdulikan nama lengkap dari teman-teman sekelasnya. Dia tidak menyangka kalau ternyata Sherly adalah keturunan dari orang yang terbilang kaya, jika dilihat dari Kakaknya yang dulunya pemilik Hotel yang sekarang menjadi milik Angel. “Ada apa, Angel? Mengapa raut wajahmu terlihat terkejut seperti itu?” tanya Wanita itu menyeringai kearah Angel. “Hmm? Tidak ada. Lanjutkan,” jawab Angel singkat. “Seperti
Meski masih ada lanjutan di perkataan Angel, mendengar kalau sebenarnya dia setuju dengan penawarannya, Wanita paruh baya itu terlihat sangat terkejut. Dia tidak akan menduga kalau di harga se-rendah itu Angel langsung menyetujuinya. Seketika, pikiran jahat yang sejak awal merasuki kepalanya langsung merangkai kata per kata untuk menghasut Angel lebih jauh.Samuel yang hanya bisa berdiri dengan bibir yang sejak dari tadi ingin berbicara menyanggah pembahasan Angel dan Wanita itu, seketika ikut terkejut mendengar perkataan Angel. Namun lagi-lagi dia masih tidak bisa berbuat apa-apa dengan ujung pistol yang masih menempel di punggung belakangnya. “Eh, kenapa? Ada apa?! Saya belum selesai bicara loh ...,” kata Angel, sesekali melihat ke sekeliling. “Ah, hahaha. Maaf, Ngel, saya hanya sedikit syok saja mendengarnya. Silahkan lanjutkan,” sahut wanita itu “I-iya, saya sebenarnya setuju dengan penawaran anda, tapi ya itu ... balik ke awal, tanpa Assisten saya, saya tetap belum
“Ditambah lagi, seperti yang anda katakan sebelumnya kalau Hotel itu belum beranjak satu tahun, tapi keuntungannya sudah menutupi modal beli dan modal renovasi. Apakah itu yang dinamakan harga asset sedang turun? Oke, katakanlah harga asset sedang turun, tapi tidak untuk harga jasanya, Nyonya. Sama halnya dengan mobil taksi tadi, benar?” ‘Sialan! Kenapa tiba-tiba dia bisa menjadi se-pintar itu!?’Wanita itu langsung terdiam dengan bertubi-tubi serangan yang dilontarkan oleh Angel. Dia tidak menyangka kalau Angel memiliki pengetahuan yang cukup tinggi di dunia bisnis. Berniat ingin menipu yang berakhir menjadi malu. Begitulah pikir Wanita itu. Melihat itu, Angel langsung tersenyum tipis. Dia sadar kalau saat itu, dia sudah menang. ‘Coba lawan perkataanku!’ bisiknya dalam hati. “Cih! Ternyata benar, kamu masih ‘Awam’ di dunia bisnis ya, Ngel ...,” “Loh!? Ada yang salah dengan perkataan saya, Nyonya?” tanya Angel, terkejut. “Oh, tidak. Perkataan kamu itu tidak salah, tap
“Nah, sekarang ... mau kemana? Ngga mungkin pulang ‘kan? Iya ‘kan? Iya dong!?”Dengan kecepatan dibawah lima puluh Kilometer Per Jam, Angel mengemudi sembari memikirkan tujuan selanjutnya. Ditengah perjalanan dia hanya melihat kearah kiri dan kanan sambil berbicara sendirian. Dia benar – benar sangat bingung pada saat itu. “Sumpah ya! Kemana aku harus pergi sekarang!? Otak! Tolong berpikir dong! Kasih aku tujuan supaya nggak bosen begini! Aaaghhhh!” teriak Angel sambil memukul kemudi mobil. Brum – brumm ...Angel menepikan mobil dan menghentikannya di tepi jalan tepat di belakang beberapa mobil yang tengah terparkir. Lalu, dia pun mematikkan mesin mobil dan menyandarkan tubuhnya di tempat duduk mobil. Seeettt ...Dia mengambil tas miliknya yang tergeletak di tempat duduk yang ada di sebelahnya dan mengeluarkan ponselnya. Kemudian, baru saja dia menghidupkan layar ponselnya, “Lah! Aku ngapain, coba!?”Lagi-lagi dia berbicara sendiri. Dia juga menghentikan mobil dan tida
“Tidak, Tuan, tadi ‘kan saya sudah bilang. Saya juga sudah selesai makan,” jawab Angel dengan santai. “Ah, baiklah. Sebelum itu, saya ingin memperkenalkan diri. Saya Faena Christ Dalbert. Saya ingin ...,” “Tadi Istrinya, sekarang Suaminya mungkin, hadehhh ....” gumam Angel sambil memasukkan ponsel ke dalam tas miliknya. “Ah, maaf?” tanya Pria itu, seketika menghentikan perkataannya. “Ah, tidak – tidak. Lanjutkan, Tuan,” jawab Angel. “Maaf, tapi sepertinya tadi anda sedang berbicara ...,” “Oh, ngga, saya sedikit terkejut saja dengan ... ya, tadi Istri anda sempat menemui saya sih. Yah, walau pertemuan itu AGAK sedikit kurang meng-enakkan, hehehe ...,” potong Angel.Raut wajah Angel seketika berubah setelah mengetahui kalau orang yang saat itu ada di hadapannya adalah Suami dari Rebecca Carolinna, atau Rebecca Faena, atau Ayah dari Alan Faena dan Sherly Faena. Seketika dia langsung paham dengan apa yang ingin disampaikan Pria itu selanjutnya. “Ah, jadi
Nada bicara Tuan Faena seketika berubah semenjak Angel melakukan sedikit kesalahan saja padanya. Saat itu, yang awalnya Angel merasa bosan dan muak dengan pembahasan itu, seketika jantungnya langsung berdetak kencang. Posisi sekarang berbalik padanya. Angel langsung terdiam saat mendengar itu. “Jangan sombong kamu! Kamu pikir karena saya sangat membutuhkan Hotel itu, kamu bisa se-enaknya berbicara, hah! Saya bisa saja mendapatkan Hotel itu secepatnya! Masih baik saya menemui kamu dengan cara baik-baik seperti ini!” Krekkk ... “Eh, ada apa tuh?”*** “Spike, kita istirahat dulu kali ya ....”Setelah beberapa saat mengelilingi kota, Hans merasa lelah. Dia pun memutuskan untuk menghentikan mobilnya di dekat sebuah taman. Dia pun keluar dari mobil dan mengunjungi sebuah market kecil untuk membeli minuman dan sebungkus rokok, lalu kembali ke Spike. Dia pun mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku kayu panjang yang ada di dekat mobilnya. Kemudian, membakar sebatang rokok dan ber
Brum – brum!Dalam perjalanan, Nyonya Faena atau biasa dipanggil Rebecca, meminta Supirnya untuk menambah kecepatan mobilnya saking panik, mengingat kalau Joe, Davin beserta tim dari kepolisiannya masih mengikuti. Dia bermaksud langsung menuju ke pesisir pantai, karena beberapa timnya sudah berada disana bersama dengan kapal untuk bisa melarikan diri. Titik awal Hotel, dimana mereka bertemu dengan Angel menuju pantai membutuhkan waktu dua jam perjalanan. “Mereka masih mengikuti!?” tanya Nyonya Faena panik. “Masih, Nyonya. Beberapa mobil polisi sudah hampir mendekati mobil kita. Ada dua unit SUV juga mengikuti,” jawab salah seorang tim perempuan Nyonya Faena yang duduk di kursi belakang mobil. “Sialan! Hmm ..., kamu! Di depan, ambil jalur kanan, kemudian langsung ambil ke kiri dan masuk ke jalur kecil!” bentak Nyonya Faena.Mendengar itu, Supir perempuan Nyonya Faena langsung mengangguk, mengiyakan perkataannya. Tibalah mereka di perempatan dan kebetulan, lampu saat itu t
Joe dan Samuel langsung melompat dan terguling di atas pasir. Lalu, Joe dengan cepat langsung bangkit dan berlari langsung menuju Nyonya Faena dan langsung menangkapnya, menarik tangannya ke belakang dan mengarahkan pistol kearah kepalanya. Samuel mengikuti Joe, lalu menyandra salah seorang Wanita dari tim Nyonya Faena. Bersamaan dengan itu, tim dari kepolisian tiba dan sudah dapat dipastikan kalau Nyonya Faena beserta tim tidak dapat melakukan apa-apa saat itu. “Cih!” kesal Nyonya Faena. “Mau kemana?” tanya Joe sambil tersenyum tipis.Nyonya Faena beserta tim dibawa masuk ke salah satu mobil dari tim kepolisian, lalu pergi meninggalkan kapal.*** “Iya, jadi begitu, Ngel ... padahal ngga tahu bagaimana ceritanya Dosen itu bisa begitu,” “Hahaha, iya terkadang memang seperti itu lah kelakuan Dosen, ya.”Setelah Tuan Faena pergi meninggalkan Cafe, Angel dan Hans masih duduk sambil berbicara santai. Mereka sepertinya sudah melupakan kejadian sebelumnya. “Eh, teman-tema